CHAPTER 22 : LONELY

3K 216 8
                                    


Terkadang memulai segalanya dengan susah payah tidak akan membuatmu mengerti mengapa kesepian ini masih saja terus ada.

Seperti angin malam. Ia akan berhembus begitu saja, menembus setiap sisi dimensi. Menimbulkan kekosongan dan rasa hampa yang semakin membuatmu menggigil.

Tepi jalanan Los Angeles, di tengah-tengah hiruk pikuk kota yang begitu ramai. Kekosongan itu masih ada, menempati ruang yang begitu dalam. Ruang yang tidak pernah lagi bisa dijamah oleh siapapun.

"Mengenaskan sekali..."

Lagi-lagi hanya sepatah keluhan atau sindiran yang tepat untuk diri sendiri.

Di ujung jalan, seseorang dengan tubuh tinggi tegap berlari panik seolah ada ribuan orang tengah berusaha ingin menangkapnya.

Pemuda itu berlari dengan langkah panjangnya dan sesekali menabrak sisi tubuh beberapa orang yang tanpa sengaja ia lewati.

"Aish. Bagaimana bisa mereka masih mengenaliku."

Dengan menggerutu ia tetap berlari. Bahkan ia beberapa kali mencoba menoleh ke belakang untuk memastikan beberapa wanita yang berusaha mengejarnya tadi. Hingga tanpa sadar tubuhnya yang begitu tinggi itu menabrak tubuh gadis di hadapannya sampai limbung.

"Omo. Maafkan aku."

Pemuda itu menatap ngeri jauh di balik punggung gadis itu. Tampaknya, ada segerombolan wanita tadi masih mencoba mencari-cari keberadaannya.

"Bisakah kau menjauh?."

Gadis itu menyingkirkan tangan pemuda di depannta dengan cepat tanpa menunggu. Sepertinya dengan setengah sadar pemuda itu masih kebingungan.

"Chogi, aku tahu kau orang Korea. Bisakah kau membantuku sekali saja."

Mata gadis itu menelaah teliti mencoba membuktikan kecurigaannya pada pemuda yang baru saja ia temui.

"Aku tidak terbiasa membantu orang asing."

Dengan rasa tidak peduli gadis itu melenggang pergi meninggalkan pemuda yang masih menatapnya dengan memohon.

"Aish, jebal-yo. Hanya sekali ini saja." Pemuda itu terus menghalangi jalan gadis bermantel hitam dengan merentangkan kedua tangannya.

Dengan tidak sabar, pemuda itu memilih menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan bersembunyi di sela gang jalanan.

"Apa yang kau lakukan?." teriaknya.

"Ssstt.. Just a minute. Setelah sekumpulan wanita liar itu pergi kita akan keluar."

Waktu berlalu beberapa menit. Mereka menghabiskan dengan canggung dan hening di sebuah gang kecil di kota Los Angeles itu.

Gadis itu mendorong kuat tubuh pemuda jangkung itu dan menatapnya dengan sebal.

"Ah, maafkan aku. Aku Park Chanyeol. Dan terima kas—."

Sepertinya permohonan maaf sekalipun terima kasih itu, tidak diterima dengan baik. Gadis itu melenggang pergi dengan tidak peduli.

"Dia gadis kesepian yang begitu cerah.." puji Chanyeol.

"Aish, dia tidak memberitahukan namanya, padahal aku sudah memperkenalkan diriku."

• • • •

Kyuhyun berdiri di hadapan kaca ventilator kantornya. Suasana malam di Korea begitu indah, apalagi dilihat dari gedung setinggi ini.

Beberapa lampu yang menyala dari pinggir jalan atau mobil yang berjajar membuat pemandangan tersendiri.

Semua masih sama. Kekayaan, kemewahan dan kesempurnaan yang ia miliki tidak pernah berkurang sedikitpun. Hanya saja, rasanya tidak semenarik dulu lagi.

Menghabiskan waktu sampai larut di kantor menjadi kegiatan yang sudah biasa ia lakukan beberapa tahun terakhir.

"Di tempat seperti ini. Apakah hanya aku saja yang merasa kesepian.."

Sejak kapan ia merasakan kesakitan yang begitu dalam, padahal dulu ia bisa melakukan apapun untuk segala hal yang ia ambisikan. Tetapi untuk saat ini, ia hanya sanggup menatap langit gelap dengan mata sedih.

"Anda belum pulang, sajangnim."

Jaebum memasuki ruangan Kyuhyun dan memang bermaksud ingin mengecek sendiri keberadaan boss-nya.

"Kau bisa pulang dulu."

Jaebum mengangguk paham tanpa melayangkan protes dan meninggalkan ruangan dengan hanya menyisakan Kyuhyun sendiri.

• • • •

"Kau yakin untuk kembali ke sana?." Hwayeon mendekati Yoora yang sedang mempersiapkan diri untuk pemotretan salah satu majalah fashion bersama Aiden.

"Aku sudah pernah mengatakannya Yeon."

Lebih dari tiga kali dalam sehari dan sudah selama sepekan, Hwayeon terus menanyai perihal tawaran Aiden beberapa waktu lalu.

"Ta..tapi itu Seoul." ujar Hwayeon lemah.

Yoora menghela nafas jengah. Gadis itu melirik Hwayeon yang menatapnya takut-takut.

"Seoul juga negara kelahiranku. Apa kau tidak ingin bertemu dengan kafe yang lama tidak kau kunjungi."

Mata Hwayeon berbinar. Salah satu asset favoritnya adalah kafe tersebut.

"Kapan jadwalnya?."

Yoora memoleskan lipstick di bibirnya dan menatap lurus ke dalam kaca.

"Beberapa hari lagi, aku sengaja tidak memberitahu karena aku takut sewaktu-waktu kalian berubah pikiran."

"Yak!!. Beberapa hari lagi, dan kau baru mengatakan sekarang."

Hwayeon berteriak tidak terima sementara Aiden dengan cepat menutup kedua telinganya. Teriakan gadis itu sanggup merusak gendang telinganya.

"Aku kira kalian tidak yakin dengan keputusan itu." sahut Aiden pelan.

"Hwayeon-ah, persiapkan dirimu. Kita akan berangkat besok."

Yoora berdiri meninggalkan keduanya dan keluar dari studio.

Aiden menatap Hwayeon tidak mengerti. Pria itu melirik dokumen sponsorship yang masih berada di dalam tasnya.

***

Hallo I'm back.
Aku berfikir ini seperti season pertama yang akhirnya selesai.
Setelah ini ada season kedua yang bakalan makin memperjelas.

Btw, usia Yoora sudah 25 tahun di sini. Dan anggap saja Kyuhyun sudah 33 tahun atau berapalah..

Bonus picture from Nation Boyfriend's. 😁😁

Jangan lupa like & comment ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa like & comment ya..

BROKEN : Replacement Woman (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang