Kehilangan pekerjaan yang sudah ia anggap seperti rumah kedua adalah hal paling buruk yang Yoora rasakan selama hidupnya. Dua tahun dia mendedikasikan diri untuk dapat menjadi editor terbaik di perusahaan itu, mencapai puncak setelah sekian lama bukanlah hal yang mudah.
Namun kini, semua yang ia capai tiba-tiba musnah ketika email yang tidak pernah ia tulis telah mengirimkan surat pengunduran dirinya. Jika saja ia tahu sejak awal, Yoora akan mencoba menarik kembali semuanya. Akan tetapi, segalanya sudah terlambat. Miranda bahkan sudah mengirimkan sejumlah nominal ke dalam rekeningnya sebagai pesangon atas pengunduran dirinya.
Aera yang melihat aura muram dari wajah Yoora hanya diam dan tidak berani berkomentar seperti biasanya. Kakak ipar Yoora itu tahu jika dalam kondisi seperti itu, Yoora tidak akan bisa diajak berbicara.
"Kak, aku akan pulang larut malam. Katakan pada semua orang untuk tidak menungguku." Dengan balutan celana hitam dan jaket kulit senada, Yoora meninggalkan rumah. Satu-satunya tempat yang ingin ia kunjungi adalah bar milik Hwayeon, teman masa sekolahnya.
• • • •
Moonlight Club, salah satu kelab malam yang belum lama berdiri di kawasan Seoul. Tempat yang akhir-akhir ini melejit di kalangan para pengusaha yang senang pergi menghabiskan waktu di malam hari.
Hari ini Hwayeon kebetulan ingin mendatangi kelab malamnya setelah beberapa hari sibuk dengan urusan dunia model yang ia tekuni.
"Yeon–ah." Gadis berambut merah terang dengan panjang melewati pundak itu menoleh saat suara yang beberapa tahun ini hanya menyapanya lewat ponsel terdengar di kelab malam miliknya.
"Ra–ya, kau di Seoul." Hwayeon berhambur memeluk Yoora, teman masa sekolah yang sangat dekat dengannya. "Kau tidak memberitahuku jika kau akan kembali kemari. Setidaknya kirimkan satu pesan saja."
"Model super sibuk sepertimu mana sempat membaca pesanku."cibir Yoora. Hwayeon terkekeh, sebenarnya dia sendiri belum sempat mengecek isi ponselnya sepekan ini.
"Duduklah. Biar pelayanku mengantarkan minuman istimewa untukmu." Hwayeon sudah sangat hafal jika Yoora bukan gadis yang senang dengan tempat ramai seperti kelab miliknya. Sesekali ia kemari, pasti ada hal yang mengganggu pikirannya. Ia pernah menemui gadis itu di New York ketika baru saja putus dari Jason—mantan kekasihnya, dan tentu saja tempat yang Yoora kunjungi adalah kelab malam.
"Tequilla with little alcohol." Yoora tersenyum simpul melihat Hwayeon masih mengingat benar minuman favoritnya. Gadis itu tahu jika Yoora tidak tahan dengan alkohol berkadar tinggi.
"Jadi, ada yang ingin kau ceritakan padaku nona Shin?." Hwayeon mengaduk minuman miliknya dengan sedotan sambil menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Yoora.
"Sepertinya kau sudah hafal dengan kebiasaanku."
"Tentu saja. Gadis penggemar naskah sepertimu tidak akan sudi keluar dari kamar hanya untuk pergi ke tempat laknat seperti ini. Lebih baik kau menghabiskan waktumu di kamar dengan laptop dan secangkir susu vanilla. Is it true, Shin?." ujar Hwayeon.
"Kau benar. Hahh.." Yoora menghela nafas panjang, raut wajahnya berubah muram saat gadis itu menatap Hwayeon. "Seseorang sedang berusaha menghancurkan hidupku." ucap Yoora lirih.
"Apa maksudmu Ra–ya?." Tubuh langsing Hwayeon menegak, gadis itu begitu penasaran dengan kelanjutan cerita Yoora.
"Seseorang telah meretas akun emailku dan mengirimkan surat pengunduran diri pada Miranda, bahkan orang itu juga mengatakan jika aku ingin posisiku digantikan oleh Alice." Kemudian Yoora menyesap tequillanya pelan-pelan. "Kau tahu bukan, aku dan Alice bukan rekan yang baik. Lagipula, mana mungkin aku sukarela memberikan posisi pekerjaan yang sudah aku capai dengan susah payah pada rivalku sendiri." lanjutnya.
Kesedihan tampak begitu jelas di mata Yoora. Seberapa kuat gadis itu menahannya, Hwayeon sangat tahu jika Yoora merasa terluka. Untuk mencapai posisinya sebagai salah satu ketua editor di sana membutuhkan kerja keras yang tidak mudah. Hwayeon sering mendengar keluh-kesah sampai jatuh-bangun sahabatnya itu. Lalu, bagaiman mungkin seseorang tega melakukan hal sekejam ini padanya.
"Kau tidak mengatakan pada Miranda jika bukan kau yang mengirim pesan itu?."tanya Hwayeon.
"It's more too late. Jika bukan karena Nathan memberitahuku, aku mungkin tidak akan tahu jika aku telah mengundurkan diri. Miranda bahkan sudah mengirimkan beberapa nominal sebagai pencapaian atas kinerjaku selama beberapa tahun belakangan ini."
Mata Yoora berkaca-kaca, hal penting dalam hidupnya setelah putus dari Jason adalah pekerjaan yang begitu ia banggakan. Hwayeon bisa merasakan gadis itu menjadi begitu lemah. Tidak terlihat Yoora yang ceria dan banyak bicara seperti biasanya.
"Jangan sesedih itu Ra–ya, anggap saja dengan begini kau bisa mencari pekerjaan di Seoul saja atau mungkin kau bisa menikah dan tidak perlu lagi bekerja." Satu pukulan cukup keras mendarat di kepala Hwayeon saat gadis itu malah tertawa melihat raut wajah Yoora.
"Kau senang melihatku menderita, eoh.?." Kedua gadis itu tertawa bersamaan seolah sedang membahas cerita humor.
"Ngomong-ngomong soal pernikahan, ada pria aneh yang barusaja melamarku." Perkataan yang baru saja dilontarkan Yoora menjadi perhatian baru untuk Hwayeon.
"Benarkah?. Siapa pria itu?. Kau tidak menceritakannya padaku." Hwayeon tampak begitu antusias.
"Aku bahkan malas mengatakannya." keluh Yoora. Gadis itu menatap seisi kelab malam dengan sedikit risih. Suara bising bukanlah temannya selama ini.
"Cho Kyuhyun." Tatapan Yoora terhenti pada pintu utama kelab Hwayeon. Gadis itu bisa melihat Kyuhyun memasuki kelab dengan balutan pakaian santai. Celana jeans, kaos berleher V, dan jaket kulit. Tidak terlihat seperti pria bersetelan formal yang ia temui sebelumnya.
Hwayeon mengikuti arah ke mana Yoora memandang. Dan benar saja, segerombolan wanita berpakaian minim sedang berkumpul di sisi pintu mengagumi sosok Kyuhyun yang memasuki kelab.
"Gosh, He's so fuckin' handsome." Tidak dipungkiri Hwayeon sungguh terpesona dengan sosok Kyuhyun. Pria tampan dengan segudang harta dan kharismatik yang menawan.
Yoora memutar bola matanya jengah, bahkan sahabatnya begitu tergila-gila dengan pria iblis itu. Luar biasa.
"Kau menyukainya?."tanya Yoora malas.
"Tentu saja. Dia tampan, mempesona, pemilik Cho Corporation. Apalagi yang kurang."
Sepertinya kekayaan Kyuhyun adalah senjata utama pria itu untuk menarik hati para wanita. Mereka seolah rela memberikan apasaja supaya bisa hanya berinteraksi fisik dengan pria itu. Yoora bisa melihat jelas bagaimana lenggak-lenggok wanita di depan sana berusaha menggoda Kyuhyun.
"Kalau begitu, bagaimana jika kau menggantikanku untuk menikah dengannya?."
Hwayeon menoleh menatap Yoora dengan tatapan tidak percaya. Menikah? Dengan Cho Kyuhyun?.
TBC — 15 Agustus 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN : Replacement Woman (COMPLETED)
FanfictionShin Yoora tidak pernah tahu jika hidupnya akan hancur dalam kurun waktu yang singkat. Kenyataan jika ia harus berhadapan dengan Cho Kyuhyun membuat semua yang ia bangun selama ini menjadi sia-sia. Shin Yoora menjadi model, untuk menghancurkan Cho...