Tidak ada perasaan yang tetap. Begitulah cara Tuhan menakdirkan kehidupan.
Yoora melangkah memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Hari ini ia ingin menghabiskan waktu di apartemen saja dengan segunung snack, cokelat atau juga minuman bersoda.
Tentang Donghyuk, lelaki itu adalah pemberian Tuhan yang paling indah baginya. Sejauh mereka bersama, Donghyuk belum pernah membuat ia terluka. Mereka nyaris tidak pernah bertengkar apalagi untuk masalah sepele. Atau mungkin lelaki itu sengaja mengalah untuk membuatnya senang.
Namun, seperti halnya roda. Ia mungkin berputar, tapi porosnya tetap tidak berubah. Yoora menilai Donghyuk memiliki segalanya yang ia inginkan. Perhatian, kasih sayang dan sikap hangat yang belum pernah Yoora dapatkan dari hubungan sebelumnya. Namun, semua itu nyatanya belum bisa membuat hatinya berkata jika itu cinta.
"Ini..ini..ini.. Ah, sepertinya sudah cukup."
Gadis itu mengira-ngira seberapa banyak makanan yang sudah ia masukan keranjang. Yoora dengan tersenyum puas melangkahkan kaki ke meja kasir sebelum matanya menangkap bungkusan marshmelo berbentuk kubus kecil yang terjejer rapi di depannya.
"Tebak apa yang kubawa. Kau pasti akan menyesal dan menyudahi aksi marah tidak pentingmu itu."
Hyesung melirik gemas Yoora yang masih cemberut sambil menonton acara tv tanpa mempedulikan Hyesung yang baru kembali dari Osaka.
"Ahh, kau tetap tidak mau?. Baiklah." Kakak laki-lakinya menenteng paper bag dengan santai dan berbalik sambil menggerutu.
"Padahal ini marshmelo yang hanya dijual di musim gugur."
Yoora menoleh cepat dan jelas membuat Hyesung terkekeh. Lihat saja, anak itu tidak bisa jauh dari makanan manis.
"Yakk!!. Berikan padaku."
Mata Yoora tiba-tiba mengabur. Benar saja, dia menjadi melankolis hanya karena sebungkus makanan.
Sudah hampir lima tahun. Dan ini sudah bulan ketiga ia berada di Seoul. Yoora belum memiliki keberanian yang cukup untuk sekadar melihat rumah orangtuanya. Sejak pembatalan pernikahan sepihaknya, praktis Yoora tidak memiliki muka lagi di hadapan ayah juga ibunya.
Gadis itu menggeleng cepat dan menghela nafas panjang. Kakinya dengan cepat melangkahkan diri ke kasir.
***
"Kau yakin baik-baik saja?." Hwayeon melirik Donghyuk dengan khawatir. Dia lebih lama mengenal Donghyuk daripada Yoora. Tentu saja, karena lelaki itu adalah sepupunya. Hwayeon adalah orang pertama yang paling memahami sifat tersembunyi Donghyuk.
"Jangan menatapku begitu. Kau sedang mengasihaniku, eoh?."
Hwayeon menghela nafas sebentar. Rasa bersalah menyelimuti dirinya ketika mengingat jika gadis itulah dalang utama yang menyebabkan Yoora mengenal sosok Donghyuk.
"Astaga, ke mana dia pergi. Dia belum tahu benar daerah ini."
Hwayeon pontang-panting kebingungan saat ponsel Yoora tidak bisa dihubungi. Hari sudah malam dan temannya itu tidak ada di kamar apartemennya.
Hwayeon mengeja beberapa alfabet dalam ponselnya kemudian berusaha menghubungi nomor tersebut.
"Ada apa?"
"Dongdong~ah. Kau ingat seseorang yang fotonya pernah kukirimkan padamu?."
Seseorang di seberang sana mengangguk malas. Yang benar saja, Hwayeon menelepon di malam seperti ini hanya untuk menanyakan foto gadis itu saja. Apa dia sedang mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN : Replacement Woman (COMPLETED)
FanfictionShin Yoora tidak pernah tahu jika hidupnya akan hancur dalam kurun waktu yang singkat. Kenyataan jika ia harus berhadapan dengan Cho Kyuhyun membuat semua yang ia bangun selama ini menjadi sia-sia. Shin Yoora menjadi model, untuk menghancurkan Cho...