akhirnya, yang di tunggu, telah tiba, Yanti mulai merasakan ingin melahirkan, dan dia melahirkan di rumah sakit di Kota, meskipun harus menahan rasa sakit, entah kenapa ada semangat menggebu di dalam dadanya, dan lahirlah anak laki - laki pertama mereka dengan keadaan sehat tanpa cacat, bahkan wajahnya nampak berseri, tangisannya terlihat seorang bayi yang kuat, hingga Yanti meneteskan air mata saat menggendongnya.
"Anak kita tampan sekali....", Yanti berbisik kepada Nano yang berdiri di sebelahnya.
"Inggih, dia juga tidak cengeng, kelihatannya, dia nampak akan tumbuh menjadi orang yang hebat...", ucapan Nano seperti doa kepada anak pertamanya itu.
"Kalau begitu aku sudah berikan namanya, aku sudah hitung juga namanya Eka Dwi Angga, nama yang indah seperti dirinya, karena anak kita sudah mulai mencerminkan sifatnya kelak nanti", Nano mengusulkan, dan Yanti mengangguk senang.
Dan benar, Eka nama panggilan anak laki - laki itu, dia tidak seperti bayi - bayi lainnya, sepertinya Yanti diberikan anugrah dari Tuhan yang tidak biasa, dan seakan kelahirannya sangatlah istimewa, pada saat Eka dibawah pulang kerumahpun, matahari menyambutnya dengan kehangatan.
Udara, di desa tempat tinggal mereka terasa semakin sejuk, dia juga menunjukkan jika dirinya kelak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, Eka tidak akan menangis di malam hari, seorang bayi yang masih polos, nampak seperti sudah mencerminkan sifatnya yang tidak akan menyusahkan air mata, pada pukul delapan malam atau tujuh malam, Eka hanya menangis sebentar tetapj tidak rewel, dia hanya ingin minum susu, yang keluar dari tubuh Yanti.
Tuhan, seakan mengirimkan seorang anak seperti halnya anak emas, dalam hidup mereka, pantas kalau kelahirannya sangat di tunggu oleh keluarga mereka.
Terlihat juga jika dia akan menjadi orang yang baik hati, dan tidak menyusahkan air mata, karena tidak banyak rewel.
Suatu hari, Yeni berkunjung kerumah Yanti, hanya sekedar melihat anak pertama mereka, dia langsung masuk ke dalam kamar, dan nampak Eka tertawa mengenalnya.
Hari itu masih menunjukkan pukul sembilan pagi, dan Nano sudah berangkat ke sawah dari jam delapan pagi tadi.
"Biasanya bayi suka menangis di pagi, dia tidak...", ? Yeni bertanya heran.
"Dia menangis bukan karena rewel, tapi hanya lapar saja, itupun hanya sejenak", baru saja dibicarakan suara Eka sudah terdengar seakan dia mengerti jika mereka membicarakan dirinya.
Yanti, langsung menghampiri dirinya, dan memberikan asupan gizi untuknya.
"Di panggilnya Eka kan...., sepertinya cocok untuk anakmu, pada akhirnya di keluarga kita, seorang anak laki - lakinya, menjadi bertambah karena lebih banyak anak perempuannya", Yeni bernafas lega.
"Anak ini yang memang sudah kalian nanti - nanti kelahirannya bukan...", mendengar kata - kata Yanti Yeni hanya terkekeh pelan, dan Eka menunjukkan kecerdasannya, dia memahami kalau ada orang mengobrol di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
Lãng mạnEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...