Part 15 Indah

3 0 0
                                    

Memang belakangan ini Indah terlihat sangat antusias sekali, pada saat berdekatan dengan Eka, entah kharisma apa yang ada dalam dirinya, membuat kalau bersama Eka dia selalu bersemangat, dan Indah sendiri adalah gadis dua belas tahun, yang sama halnya dengan Eka baru saja menatap dunia itu lebih luas.

    Selesai jam pelajaran, Indah sudah tahu, kalau Eka pasti baca suratnya, dia menunggu Eka di dalam perpustakaan, karena tahu pasti akan kesana dan itu tempat favoritnya, dan benar Indah melihat dari kejauhan, kalau Eka akan menghampirinya, dan kini dia suda berada di dekatnya.

     "Aku tahu, kamu pasti kesini...", Indah memandang bola matanya.

     "Aku sudah terima surat kamu..., kalau begitu kita bisa mengobrol tentang novel", Eka nampak bersemangat.

     "Aku mau pjnjami kamu lagi nanti..., jujur aku merasa senang kalau ada teman yang biasa diajak ngobrol..., karena terus terang sebenarnya di antara rak ini, ada satu buku yang tidak jngin aku sentuh...", Indah berkata sambil mengingat sesuatu yang tidak enak dalam hidupnya, dia hanya menunduk sambil menggeleng, ada rasa yang mengganjal dalam hidupnya.

      "Sebenarnya, meskipun aku punya banyak teman, tapi aku tetap merasa butuh teman, walau mereka menemaniku, aku merasa tetap ada yang berkurang dalam hidupku", Indah bercerita panjang lebar.

      Eka memilih - milih buku, sedangkan Indah terdiam sambil menunduk disana, ada sesuatu yang rumit di dalam hatinya.

     "Chicken Soup For The Soul...", Eka dengan girang menyebut namanya, dan menyodorkannnya kepada Indah, namun entah bagaimana reaksi gadis itu tiba - tiba saja seperti tidak suka.

      "Eka, buku itu yang tidak ingin aku baca, kamu ini tahu perasaan perempuan tidak...", ! Tiba - tiba saja reaksjnya menjadi kasar kepada Eka, dan pertama kalinya, Eka mendapat perlakuan begitu dengan temannya, namun sebenarnya Eka paham, jika Indah tengah menyembunyikan sesuatu, dia mengembalikan buku tersebut di dalam rak dan mengambil yang lain.

Sepulang sekolah, entah kenapa tidak biasanya hati Eka memikirkan orang lain dan kepada seorang gadis, namun perasaan itu tidak dirasakannya terlalu dalam, meskipun dia sedikit berpikjr apa maksud dari kata - katanya tersebut.

Eka membuka bukunya, dan membacanya hingga terlelap tidur, esok hari adalah minggu dan saatnya berkumpul bersama keluarga, sambil mengobrol disana juga ada Yeni, dan Galuh serta Parman.

      "Ka, bagaimana teman kamu Indah....", ? Dia bertanya.

      "Dia orang yang punya hobi sama denganku", Eka menjawab polos.

   "Dia orang yang punya hobi sama denganku", Eka menjawab polos.

      "Tapi dia juga aneh, entahlah sifatnya misterius, sepertinya mungkin aku melakukan kesalahan padanya....", Eka meneruskan kata - katanya sambil berpikir.

Keesokan harinya....

Di sekolah Eka, berusaha untuk menemui Indah, dan meminta maaf padanya, awalnya siksp gadis itu masih kaku padanya, namun entah kenapa dia menjadi luluh.

"Eka..., aku yang salah padamu, memang ada hal yang aku tutupi dalam kisah hidupku, tapi nanti kamu akan tahu sendiri", perkataan Indah, membuat Eka berpikir, dan sampai akhirnya terdengar suara bel tanda semua murid harus masuk ke dalam kelasnya masing - masing dsn mata pelajaran pertama ini adalah Fisika, dan pada jam sepuluh bel terdengar lagi, Eka masih terbawa perasaan dengan apa yang di katakan Indah kepadanya, dia berusaha untuk menemui   Indah di kelasnya.

     "Tidak ada yang salah diantara kita, tapi harusnya yang minta maaf lebih dulu, karena maaf aku tidak membaca isi hatimu....", Eka berkata panjang lebar.

      "Sebenarnya kadang aku merasa kesepian dirumah Eka, bapak dan ibukku terlalu sibuk bekerja, hingga tidak terlalu memerhatikanku", Indah bercerita panjang lebar.

        "Tapi kamu beruntung Indah, kamu terlahir dari keluarga yang bahagia", Eka seperti biasanya selalu memberikan motivasi hidup untuk teman - temannya.

         "Sungguh begitu...", ? Dia bertanya malu - malu.

         "Iyah benar", dengan polos Eka menganggukan kepala.

         "Oh yah, Eka apa boleh aku minta sesuatu....", entah kenapa perasaan, Indah akhirnya menjadi menginginkan sesuatu kepada Eka.

         "Yah boleh", Eka mengangguk sopan.

         "Kirimkan aku satu saja, puisi karya kamu....", Indah memintanya dengan malu - malu, dan Eka hanya tertawa terbahak - bahak mendengarnya.

         "Nanti aku kirimkan....", akhirnya dia menyetujui.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang