Part 4 Senang Membaca Buku.

11 1 0
                                    

Tahun demi tahun terus berganti, kini usia Eka memasukki sebelas tahun, dan dia sudah duduk di kelas enam SD, disini, dia mulai memang semakin menunjukkan minat membacanya tetapi bukan hanya itu Eka sempat memenangkan lomba membaca puisi juara satu antar sekolah.

      Tanpa terasa tubuh Ekapun, semakin meninggi, dia semakin terlihat akan mulai akan memasukki usia remaja, Eka mulai berteman dengan anak perempuan, dan berdekatan dengannya.

       Salah satunya adalah, Sari dia anak perempuan yang sedang dekat dengan Eka, namun ada juga Mawar, pada dasarnya, perilakunya sama halnya seperti dulu, tidak ada bedanya, ketika Eka ingin memeluk sahabatnya dia akan memeluk tanpa memikirkan hal lain apapun, semua diperlakukan sama olehnya, tidak terkecuali anak perempuan sekalipun.

         Tetapi karena dia anak yang tampan, dan memiliki wajah ciri khas dengan lonjong telurnya, serta potongan rambut ikal dengan belahan rambut kesamping, banyak yang salah kaprah dengannya.

          Suatu hari di sekolahnya, Eka dengan Fajar sedang perpustakaan, dia mengajak Fajar untuk membaca buku.

           "Cerita ini bagus, aku ingin pinjam", ! Dia berseru, sambil membalikkan tubuh kearah tempat penjaga untuk memberi tahukan agar bisa meminjam buku tersebut.

           "Dari mulai kelas lima SD, aku melihatmu, memang hobi sekali membaca buku Eka...", Fajar memberikan komentarnya.

              "Bukankah buku itu memang adalah pendoman hidup kita", Eka berkata dengan bijak.
          
           "Sebenarnya aku baru saja beli buku cerita anak, penulisnya orang luar negeri namanya Hans Christian Andersen....", Fajar berkata dengan semangat.

            "Aku pernah mendengar namanya, cerita miliknya bagus - bagus semua", ! Eka menanggapi dengan semangat.

              Dia memang selalu semangat menanggapi orang lain bicara, jika itu mengenai tentang buku atau novel daripada permainan, meskipun Eka juga suka bermain seperti halnya anak - anak pada umumnya.

             "Nanti aku pinjami....", Fajar berkata dengan senang.

             "Jar, aku menabung sendiri saja, untuk beli buku, aku mau mengumpulkan uang untuk membeli tabungan atau pinjam di perpustakaan sekolah disana banyak sekali buku anak yang belum aku baca, karena aku membacanya setelah selesai memgerjakam PR.....", dan begitulah sifat Eka, dia juga seorang yang tidak ingin membebani orang lain, meskipun keadaan dirinya dalam keadaan susah.

              "Selama ini, kamu sering pinjam buku aku, aku tidak masalah karena kamu adalah sahabatku...", Fajar berkata dengan polosnya.

               "Wis ora opo - opo", Eka menggeleng bijak.
       
            "Aku pinjam saja, di perpustakaan kalau tidak, perkewo kalau pinjam terus menerus juga...", Eka berkata dengan bijak.

       Jelas sudah, kalau sifat Eka, adalah memang orang yang hanya ingin memberikan apapunnya, tidak ingin membebani orang lain, atau merepotkan orang lain, yang diberikannya hanyalah keikhlasan hatinya saja.

            Setelah Fajar pulang kerumahnya, Eka, mulai menyikat giginya untuk mulai akan pergo tidur, tetapi seperti biasanya, dia senang melihat bulan purnama dahulu di kursi bawah pohon depan rumahnya.

              Yanti yang baru saja keluar rumah, menghampirinya untuk duduk di dekatnya, sambil mengusap rambutnya.

               "Belum tidur ndok...", ? Dia bertanya.

                "Sedang melihat bulan dulu...", jawab Eka.

                 "Nanti hari minggu, ibu mau ajak kamu ke rumah mbah putri, katanya beliau rindu denganmu, meski jarak rumah kita tidak jauh, namun terkadang mbah putri sering rindu dengan cucu kesayangannya ini...", Yanti berkata lembut.

                 "Inggih bu, mbah putri memang sangat menyayangiku...", Eka mengangguk.

Pada akhirnya diapun merasa mengantuk dan, pergi masuk ke dalam rumah, untuk segera tidur dan mulai aktivitasnya besok pagi.

Keesokan harinya, Eka kembali ke sekolah, dan tanpa terasa sudah mulai pengumuman untuk  ulangan tengah semester minggu depan, dia segera mempersiapkan dirinya, agar bisa mendapat nilai yang bagus, dan Eka yang selalu menjadi juara satu di kelasnya, tidak menurun rankingnya.

          Pada saat sudah selesai mata pelajaran pertama Eka mencatat jadwal ulang tersebut di majalah dinding sekolah, dari arah samping tiba - tiba saja Fajar menghampiri dirinya sambil menepuk bahunya.

           "Nanti hari pertama adalah Bahasa Indonesia, baru kemudian Matematika..." , Fajar memicingkan matanya, seolah ingin berkata kalau Eka pasti menyukainya, dan isyarat tersebut di baca olehnya.

           Yah, memang aku menyukai pelajaran tersebut...", Eka mngiyakan.

  Seperti biasanya, mereka pergi ke kantin, untuk jajan dan Fajar, sebenarnya berniat untuk membayari Eka makan bakso, namun karena dia sudah tahu Eka, pastinya akan menolaknya maka Fajar melakukannya dengan diam - diam, dia tidak memberi tahukan kepada Eka lebih dulu, bahkan Fajar sudah berbisik kepada si penjual Mas Parno agar tidak bergeming sedikitpun.

      "Siapa yang memesan bakso untukku, perasaan aku tidak memesannya...", ? Eka berkata dengan polos, dan akhirnya karena sudah waktu yang tepat.

     "Aku", Fajar memberi tahukan dirinya, dan Eka hanya menghembuskan nafas dari mulutnya sejenak.

      "Kamu sudah bayar", ? Dia bertanya memperlihatkan sikap keberatannya.

       "Sudah..", Fajar menjawab polos.

         "Kalau sudah terlanjur tidak apa - apa, sebenarnya aku malah berniat sekali - kali aku yang ingin mentraktir, tapi aku tidak punya uang.....", Eka mengungkapkan perasaan hatinya.

         
           

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang