Anak kedua Yanti, di beri nama Diki Enggar Setya, yah nama indah, untuk dirinya, meskipun wajah Diki tidak mirip dengan Eka, walau mereka saudara kandung, namun ada perilaku yang agak mirip dengan Eka, yaitu sifatnya yang sopan terhadap orang tua, hal itu di tunjukkannya meskipun saat ini Diki masih bayi, dan Eka sangat menyayangi adiknya itu.
Sebelum berangkat ke sekolah, Eka yang selalu mendengar tangisan Diki, karena lapar, dia langsung menemuinya, dan mencium keningnya di dalam gendongan Yanti.
"Bagaimana sekolah kamu" ? Tanya Yanti, pada saat Eka baru saja hendak berangkat sekolah.
"Baik, bu oh yah tahun ini aku ikut lomba baca puisi, dan pendaftarannya gratis, belum tahu kapan, tapi nanti akan di kabari oleh anggota Osis di sekolah...", Eka menjawab sambil mengamati tingkah laku Diki yang merasa senang mendengar mengobrol
"Aku mohon doanya bu....", Eka mencium tangan Yanti, kemudian berbisik di telinga Diki
"Mas Eka, berangkat sekolah dulu yah....", dia berjalan meninggalkan rumah, dengan langkah semangat.
"Bukan karena hanya, dia sekarang memiliki seorang adik, tetapi rumah keluarga mereka bertambah bahagja dengan kehadiran anggota baru di rumahnya, meskipun dalm satu sisi lain Nano, saat ini yang masih bekerja sebagai petani dan menjual hasil panennya ke kota, lebih banyak menerima pasang surut oleh pendapatan yang diperolehnya, dari hasil kerjanya.
Seperti biasa, Eka berdiri dibawah pohon, pinggir jalan mengamati satu demi satu kendaraan yang akan mengantarnya ke sekolah, dia meronggok saku di seragamnya, wajahnya terlihat senyum melihat tukang ojek yang sedang bersantai di bawah pohon.
"Mas, anterke aku sampe smp neng kono yoo....", Eka menunjuk kearahnya.
"Oh Inggih dek...", orang itu mulai menghidupkan mesinnya, dan Eka naik ke atas boncengannya.
"Neg ndi...., sekolahne...", ? Orang itu menengok ke belakang.
"Di ujung sana mas....", Eka telunjuknya menunjuk kearah depan,
"Oh yang, di ujung sana...", tukang ojek itu menimpali, dan pada saat sudah sampai di tujuan, Eka turun, dan tukang ojek tersebut menyebut tagiham bayarannya.
"Dua puluh yah, agak jauh soalnya....", dia berkata.
"Saya hanya punya uang segini", dengan malu Eka memperlihatkannya."Yoo piye thooo , " !! Tukang ojek tersebut terdengar marah juga mengeluh, dan pada saat yang bersamaan, Indah baru saja melintas di pagar sekolah lalu melihat Eka sedang ada masalah dengan tukang ojek tersebut.
"Enek opo ini mas...", ? Dia bertanya
"Ini lhooo, naik ojek tapi tidak mau bayar,.,", dia menunjuk kearah Eka.
"Ohh yah, sudah saya yang bayar saja,...", Indah mengeluarkan uangnya dari dalam saku seragamnya, dan Eka terperanga melihatnya.
"Indah, sudah tidak apa - apa, aku memang hanya punya segini, tapi tidak masalah", Eka menggeleng berusaha untuk bersikap bijak.
"Sudah biar aku tambahkan saja....", Indah mengelak dan memberikan uang itu kepada tukang ojek tersebut, diapun meninggalkan kedua anak tersebut di depan pagar sekolah.
"Sebenarnya jujur, aku agak keberatan kamu melakukan itu, tapi wes ora opo - opo, aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain", Eka mengungkapkan perasaannya.
"Inggih....", indah hanya mengangguk.
"Lalu bagaimana, dengan lomba baca puisi kamu, kamu sudah mendapat kabar dari anggota OSIS......", ? Indah bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomanceEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...