Nano baru saja, mengelap mobil di bengkel, dan pada saat itu juga, Riris adik dari teman Nano yang memberikan pekerjaan tersebut di bengkel milik keluarganya Yanto dan Nuri, menghampiri dirinya dia membawakan makanan untuk Nano, sebuah gorengan bakwan.
Dan memang Riris sendiri, adalah seorang wanita yang juga belum menikah, dan sulit untuk mendapatkan jodoh, setiap kali dia sedang dekat dengan pria, pria itu meninggalkannya dengan berbagai alasan, entah apa yang ada dalam diri Riris, namun disamping itu setidaknya Ririspun menyadari jika Nano sudah berkeluarga.
Dia membuka kotak makannya, wanita itu memiliki penampilan, tubuhnya mungil dan rambutnya lurus pendek sebahu, dan dia memakai kaos berwarna biru muda serta celana panjang warna hitam, Rirjs membukakan tempat makannya di hadapan Nano, dia hanya melongo kearah kotak makan tersebut.
"Riris, taruh saja di sana, nanti aku ambil bakwannya, terima kasih yah...", dia berkata lembut.
"Saya, membuatkan makanan ini, karena kata Kak Yanto, Mas Nano suka sekali, waktu di kampung....", Riris berkata dengan ramah.
"Ibu, kalau kerumah suka membuatkannya, teryata begini yah rasanya hidup di Jakarta, tidak seperti di kampung...", Nano bercerita panjang lebar.
"Yah sudah, kalau begitu sekaligus itu buat kalian sekeluarga..., masih banyak juga, karena ssya buat sendiri...", Riris berkata sambil berlalu.
Di tempat yang berbeda, di sekolah Eka, pada hari pertama ospek selesai, dia nampak masih duduk di kelasnya, Eka terlihat membereskan barangnya ke dalam ransel, dan disana terlihat Icha juga belum keluar kelas.
"Selama di Jakarta, kamu tinggal dimana..", ? Dia bertanya.
"Tangerang...", Eka menjawab singkat.
"Dimananya....", ? Icha bertanya lebih dalam.
"Bsd....", Eka menjawab singkat.
"Berarti sudah dekat dengan daerah sini yahhhh...., kalau aku di daerah kuningan, jauh memang darj sjnj, dan aku pasti berangkat dari rumah setengah lima kurang, belum lagi macet..., begitulah orang yang hidup di Kota Jakarta....", Icha bercerita panjang lebar.
"Lalu, kamu kenapa mencari sekolah disini...", ? Eka mencoba ingin tahu lebih dalam.
"Karena masalah biayanya sekolah, kalau kejuruan lebih murah, meskipun pada akhirnya berat dj ongkos, namun kita nanti pada saat lulus bisa langsung bekerja atau kuliah, kalau mau...", Icha berkata panjang lebar, nampaknya teryata gadis itu sangat ramah, walau terlihat pendiam juga.
"Senang berkenalan denganmu, nanti besok kita ketemu lagi di sekolah...", Eka meninggalkan tempat tersebut dan melambaikan tangan kepada Icha.
Eka berjalan menelusuri trotoar, keadaan pada siang hari ini, sangat padat kendaraan, dan dia benar - benar sekarang merasakan hal yang baru itu dalam hidupnya, yang bukan dari peragai orang - orangnya saja di kota besar ini.
Eka duduk di sebuah halte, dan disana sebuah bis tepat berhenti di depannya, Ekapun masuk ke dalamnya, pandangannya menatap keluar jendela, suasana yang baru itu, semakin terasa dengan adanya teriakan keras dari kenek bis.
"Ehhhh mau naikkk gakkkk....", !!! Serta seorang pengendara motor yang menggerutu karena ingin buru - buru sampai ke tujuan, dan ingin menyalip kendaraan yang ada di depannya hingga tanpa sadar, membuat keadaan justru malah semakin semerawut.
Ada orang bilang siapa suruh datang ke Jakarta, tapi pada akhirnya kota ini dijadikan banyak tumpuan hidup orang lain untuk bekerja dan mencari nafkah.
Meskipun begitu, orang banyak memilih kota Jakarta, sebagai segala sesuatu hal untuk mencari penghasilan hidup, walau apapun banyak rintangan yang di hadapi di kota Jakarta.
Meskipun Eka belum banyak mengenal jalan di Jakarta, namun dia mencoba mencari tahu jalan pulang kerumahnya dengan memerhatikan jalan, Eka memang anak yang cerdas, dia bisa dengan cepat menangkap sgala sesuatunya.
Pada akhirnya Eka sampai di stasiun dekat komplek perumahannya, dan baru saja beberapa langkah kaki, untuk masuk ke dalamnya di hadapannya dia tercengang melihat seorang wanita menangis, dan Eka segera berlari kecil mendekatinya.
"Ada apa bu...", ? Dia bertanya.
"Itu uang saya kecopetan.....", dia meraung dengan berkata terbata - bata, perasaan sosial Eka mengalir dalam tubuhnya, anak laki - laki remaja itu, segera mengejar pencuri tersebut yang belum jauh langkahnya, dia seorang pria berbadan tinggi dengan jaket hitam
"Kembalikan uang ibu itu....", Eka menatapnya dengan mengancam, dan karena merasa terdesak, entah bagaimana dia mengeluarkan pisau dari sakunya namun dengan cepat Eka berhasil melumpuhkannya dan mengembalikan uang wanita itu.
Dan kembali meneruskan langkah kakinya, masuk ke dalam komplek rumah, serta membuka pintu pagar rumahnya yang berwarna biru, setibanya di ruang Tv, dia melihat ada makanan yang di tutup oleh tutup saji diatas meja makan, yang letaknya memang dekat ruang Tv.
Eka membuka penutupnya sambil menunduk melihat makanan tersebut, dan tiba - tiba saja dia mendengar suara Diki memanggilnya dari dalam kamar, anak itu nampak membawa mobil - mobilan dari plastik.
"Hoyeee, Mas Eka pulang....", dia nampak girang sekali, menyambut kakaknya.
"Ibu mana Dik...", ? Eka membalas sambutannya sambil menggendongnya dengan bertanya.
"Ada di kamar dengan bapak sudah pulang juga, itu bakwan dari bapak..." , Diki berkata dengan polos dan nada suara yang masih belum jelas gaya bicaranya.
"Oh begitu...", Eka segera menurunkan Diki lagi dari gendongannya, terlihat dia juga memiliki sifat penyayang terhadap keluarganya juga terutama adiknya, selain kepada orang lain.
Dia langsung mengambil bakwan diatas meja, dan mulai mengobrol dengan Yanti dan Nano sa,mbil menikmati bakwan tersebut.
"Ini beli", ? Eka menunjukkannya kepada kedua orang tuanya.
"Bukan dari ibu Riris, adik dari Pak Yanto yang memberikan pekerjaan bapak di Jakarta...", Yanti menjelaskan panjang lebar.
"Itu buat sendiri dan masih banyak juga untuk kita...", Nano menimpali.
Dan pada saat yang bersamaaan, Riris sedang berada di rumahnya, dia terlihat masuk ke dalam kamarnya dan menyisir rambutnya, Nuri menghampiri adik suaminya tersebut.
"Oh kak Nuri, tadi aku baru bertemu mas Nano, membawakan dia bakwan goreng, dan untuk keluarganya juga....", Riris bercerita panjang lebar.
"Tapi kamu harus ingat, kalau dia sudah punya keluarga...", Nuri menanggapi dengan bijak
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomanceEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...