Sekembalinya di Solo, Eka kembali menempati rumah lama mereka, yang sangat menyisakan kenangan masa kecilnya dulu, disana dia pula mulai mencari pekerjaan apa saja, dan hasilnya Eka mendapat uang dari bekerja sebagai supir taksi, dan uangnya sudah cukup untuk pendaftaran kuliah, dia mengambil jurusan teater, tapi belum ada yang di lakukan Eka, pada saat dia mulai masuk kuliah, adalah berpamitan kepada Icha, kala itu dia sedang merasa kecewa dengan perkataan Icha, hingga meninggalkannya begitu saja.
Icha sendiri, yang berada di Jakarta, tidak tahu apa - apa jika Eka dan keluarganya sudah kembali ke Solo.
Dia kala itu datang, dengan tenangnya kerumah Eka, dan mengetuk pintunya, lama sekali Icha berdiri di depan pagar hingga pada akhirnya, ada tetangganya yang melihatnya kemudian menegurnya.
"Mau cari siapa....", ? Dia bertanya, dan Icha memberikan senyuman sopan kepada laki - laki tersebut, tetangga Eka.
"Mau ketemu Eka, tumben terlihat kosong rumahnya...", Icha menjelaskan tanpa ada perasaan apapun yang meliputi pikirannya dengan firasat macam apapun.
"Memang kamu belum tahu, kalau Eka dan keluarganya sudah pindah ke Solo...", air mata Icha menetes mendengar perkataan tersebut, entah kenapa dia menjadi menyesal jika pada akhir pertemuannya dengan Eka, adalah dengan cara kurang baik - baik, karena kesalahan yang diperbuat oleh Icha kepadanya, yang hanya mau mempermainkan perasaannya, tetapi dia sebenarnya benar - benar cinta kepada Eka.
Tapi jika dipikir kembali, dalam satu sisi masalah lainnya, Icha merasa janggal dengan kepindahan Eka kembali ke Solo dengan keluarga, seperti secara tiba - tiba, hatinya benar - benar diliputi keresahan dia tidak mampu bicara apapun, menanggapi orang itu, dan akhirnya meninggalkannya pergi begitu saja.
Jika memang Icha memiliki niat tidak baik, kepada Eka, kenapa juga masih ada rasa peduli padanya, dan itu yang menjadi pertanyaan hatinya, tapi apa penyebabnya mereka semua pindah, entah seperti ada sesuatu dibalik ini semua, rasanya itu memang berkaitan dengan dirinya.
Icha sangat menyesal dengan rencana tidak baik kepadanya, yang pernah di susunnya, bersama Adit dulu, tetapi nasi sudah jadi bubur, entah kemana juga harus mencari Eka, doa hanya memendam perasaan itu sendiri, tapi ada hal yang akhirnya juga Icha rasakan, Eka bukanlah orang yang bisa sembarangan dicintai oleh perempuan.
Di kota Solo, Eka yang kini akhirnya sudah kuliah, dia juga sudah berumur sembilan belas tahun juga, entah kenapa, sejenak karena rasa senangnya dengan hasil jerih payahnya dia bisa mendaftar masuk kuliah dengan uangnya sendiri, dia telah lupa dengan apa yang Icha pernah katakan kepadanya dan sangat menusuk hatjnya, Diki sendiri juga sekarang sudah mulai tumbuh besar lamban laun, bahkan sudah hampir remaja, umurnya sudah menginjak sepuluh tahun, ketika Eka duduk di semester satu.
Tetapi rumah lama itu, membawa kenangan dimana kehidupan masih menjadi kebahagiaan bagi keluarga mereka, ingatan Eka kembali kepada Nano, yang meninggalkannya begitu saja, entah seperti apa mantan ayahnya sekarang, bisa jadi sudah menikah dengan perempuan itu.
Keluarga di kampungnya juga turut prihatin dan tidak percaya dengan apa yang di perbuat Nano kepada mereka.
Eka kala itu, dia menelusuri jalan di trotoar untuk mencari angkutan umum ke kota, dan menuju kampusnya, uangnya baru di kumpulkan lagi, untuk bisa akhirnya membeli motor, dan saat itu ada mobil angkutan umum yang baru saja melintas dan Eka langsung naik, seorang laki - laki terlihat sudah tua menegurnya.
"Kamu Eka kan.....", ? Dia bertanya, dan Eka mengingat wajah laki - laki itu.
"Pak Harno, teman bapakku...", dia tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomanceEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...