Part 24 Pertengkaran Itu Semakin Hebat.

7 0 0
                                    

Pada malam harinya, Eka baru saja mengerjakan tugas, membuat mainan rakitan dari bambu untuk dibawah ke sekolah, yang namanya kadang memang diberi tugas yang macam - macam, tapi untungnya besok adalah hari terakhir Mos sekolah.

      Dan kegaduhan, diluar kamar mulai terdengar lagi, kali ini terdengar suara Yanti menangis meskipun hanya seegukkan tapi suaranya jelas terdengar, Diki nampak mengetuk pintu kamar Eka dengan ketukan nada suara panik, dan Eka langsung membukanya dan memeluk adiknya yang masih kecil itu, sambil menyuruhnya masuk ke dalam kamar.

        "Mas Eka, akhir - akhir ini, bapak dan ibu bertengkar terus...", nampak wajah anak itu sedang bersedih air matanya menetes dari bola matanya, namun Eka yang tegar meskipun dia merasakan yang sama, malah menghibur adiknya, dengan merangkulnya.

       "Tidak usah di dengarkan, mungkin mereka baru punya masalah besar,..", dia mengelus kepala adiknya.

       "Kamu dikamar saja dengan mas..., ini mas baru saja buatkan mainan untuk kamu...", dia membujuk adiknya dengan membuatkan mainan dari kaleng, dengan sekejap Diki bisa melupakan perasaannya, namun Eka tidak, dia masih memikirkan apa yang terjadi dengan keluarganya tersebut.

     Dengan mencoba memberanikan diri, Eka keluar kamarnya, dan perlahan menemui Yanti dan Nano untuk bertanya, dikulumnya dahulu ludahnya agar bisa menguatkan dirinya sendiri mendengar tanggapan mereka.

       "Sekedap, bapak dan ibu dari kemarin aku dengar kalian bertengkar terus, kasihan Diki dia masih kecil dan ketakutan...", Eka mencoba berkata sopan, dan Yanti yang merasa sangat marah dengan Nano langsung menunjuk kearah wajah Nano didepan anaknya.

       "Kamu tanyakan saja dengan bapakmu", ! Tanpa sadar Yanti berkata ketus dengan Eka, dan dia masuk ke dalam kamar, sekarang yang berdiri di hadapannya adalah Nano.

       "Ada apa ini pak...", ? Eka agak meninggikan suaranya, agar terdengar tegas dan dia adalah orang yang kuat apapun yang terjadi di dalam keluarganya.

       "Ibumu salah paham dengan ibu Riris...", Nano menjelaskan dengan mendesah.

       "Jadi masalahnya karena ibu Riris, adik dari Pak Parno....", ? Akhirnya Eka tersadar semua itu berlangsung sejak Nano sering membawa bakwan darinya.

       "Iyah nak.., ibumu menyangka jika bapak akan meninggalkan kalian..., " dia berkata dengan bijak, namun entah kenapa Eka merasa tidak yakin dengan perkataan tersebut dari Nano, air matanya menetes, namun bukan karena dia bersedih tapi karena air mata kekuatan dari hatinya.

      "Tunjukkan padaku bila itu benar", ! Tiba - tiba saja sikap Eka, menjadi agak keras kepada Nano bapak kandungnya sendiri.

    Dan Riris, dirumahnya dia mendapat berita itu dari Yanto karena Yanto mendengar ceritanya dari Nano.

       "Mereka bertengkar karena aku", ? Dia bertanya sambil berpikir, namun yang ada dalam pikiran Riris, adalah dia sulit untuk melepaskan pikirannya tentang Nano, padahal ini adalah jalan yang salah untuk mencintai seseorang.

     Riris berbuat demikian, karena dia sudah tidak tahan, dengan hidupnya yang selalu sendiri, entah apa alasannya laki - laki tidak ada yang tertarik padanya, hingga akhirnya kalap jatuh cinta dengan orang yang sudah punya keluarga.

      "Aku tahu, tapi aku tidak akan mundur...", entah bagaimana kata - kata itu keluar dari mulut Riris, dan tanpa sadar Yanto menampar adiknya tersebut, dia pula menunjuk kearah wajahnya.

       "Demi Tuhan, aku tidak menyangka punya adik seorang perusak rumah tangga orang", ! Dia membentak keras.

        Riris justru menatapnya dengan tatapan marah, dan masuk ke dalam kamarnya, dia terisak disana karena rasa inginnya, adalah bosan hidup tidak sendiri, dam tidak ingin menjadi perawan tua, mestjnya Riris merenungi diri untuk bertanya kepada dirinya, penyebab dari tidak ada laki - laki yang mau dengannya, dan memang Riris memiliki watak yang keras kepala.

Keesokan harinya...

    Eka duduk dj kelas sendiri, dan Icha menghampiri dirinya, dia duduk di sebelahnya, Eka yang menyadari adanya Icha di sebelahnya, dia langsung memperlihatkan senyuman ramahnya, namun Icha menangkap adanya tetap keganjilan dalam diri Eka.

   "Aku dirumah sebenarnya, adalah anak tunggal, dan aku hanya punya kakak angkat, namun dia menyayangiku seperti adiknya sendiri, mamaku mengambil anak perempuan untuk teman dirumah, bernama Rena....", Icha bercerita panjang lebar.

    "Pada dasarnya kehidupan ini, adalah kesendirian, namun manusia tidak mungkin bisa akan selalu sendiri, karena ada manusia lainnya yang mendampinginya...", Icha berkata panjang lebar.

    "Namun ada hal yang kadang menjadi sebuah pertanyaan besar dalam hidupku, adalah aku kenapa aku harus sendiri...", ? Icha mencoba mengungkapkan perasaan hatinya.

    "Karena memang saat terlahir manusia sendiri, dan baru akan memiliki teman disaat tumbuh dan berkembang, saat itulah manusia menyadari tentang saling membutuhkan satu sama lain...", Eka berkata panjang lebar.

     "Aku membutuhkanmu untuk jadi sahabatku....", tiba - tiba saja kata - kata ini keluar dari mulut Icha, dan Eka hanya mengangguk mereka bersalaman tanda sebuah persahabatan.

Part 24 Hari Terakhir Mos.

Anggota Osis, masuk ke dalam kelas, dan mulai memberikan tugasnya lagi, kali ini tugas yang diberikannya adalah membersihkan kelas, dan mereka semua membersihkan kelas secara bersama - sama, dan pada saat Eka sedang menyapu tiba - tiba saja Icha yang sedang berjalan tanpa sengaja menginjak sapu Eka dan tersendung, dengan sigap Eka menahan tubuhnya, dengan memegang pergelangan tangannya, Icha menatap Eka lama, dan pada saat itu semua mata tertuju kepadanya.

     "Ciyeeeeee",

Mereka semua bersorak, Icha yang tersadar langsung agak menghindar dari Eka, sambil meminta maaf, namun peristiwa itu tidak terlupakan dalam hidupnya, dan pada saat tugas selesai mereka, masih diberi tugas lagi untuk persiapan malam Inagurasi.

    Dan di malam Inagurasi, mereka harus bermain drama Cinderella, dan entah bagaimana, yang terpilih menjadi Cinderella dan Eka sebagai pangerannya.

    Di hari itu juga, Icha menjadi merenungi tentang dirinya sendiri, dia duduk di kursi pinggir kelas, tatapan matanya menatap kearah lapangan dengan berbinar.

      "Besok adalah hari kita akan memakai seragam SMA, dan aku bahagia membayangkannya, karena aku akan memakainya dengan dirimu, yang kini menjadi sahabatku...", Icha berkata sayu.

     "Kamu sepertinya adalah sosok milik semua orang yang akan menjadi sahabatmu, namun adakah pernah yang memiliki dirimu sebagai pacarmu...", perkataan Icha membuat Eka tercengang mendengarmya.

     "Dari SMP, kasih sayang yang ku rasakan terhadap orang lain adalah hanya persahabatan..", Eka berkata polos.

     "Yah persahabatan, namun kamu tahu kita sekarang sudah anak SMA, dan kamu tahu apa arti dari itu semua...", ! Perkataan Icha berubah menjadi tegas, dan Eka hanya djam saja melongo di depannya.

       "Aku berencana nanti hari minggu mau kerumahmu boleh...", ? Icha bertanya lagi.

       "Boleh saja.., Icha terus terang kamu seperti menyembunyikan sesuatu di balik kata, boleh aku tahu itu apa...", ? Eka mencoba menelusuri hatinya, namun Icha hanya menggeleng.

       "Kita akan tahu nanti...", kemudian dia berjalan meninggalkan lorong sekolah.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang