Part 38 Kisah Tentang Icha Di Jakarta

9 0 0
                                    

Di kota Jakarta, seorang teman baik Eka yang pernah bersamanya dulu, Icha kini juga sudah kuliah entah kenapa rasanya perasaan yang dulu pernah tertanam di hatinya masih sulit untuk dilupakan karena itu adalah kekuatan cinta.

  Kini usia, Icha juga sudah menginjak sembilan belas tahun, perasaan itu masih sangat lekat di dalam jiwanya, dia kuliah di jurusan Desain Tekstil di kampus namun sebenarnya itu bukan jurusan yang diinginkan oleh Icha, pada dasarnya Icha, sudah memilih Desain Grafis yang diinginkan olehnya, namun dia justru hasil testnya di terima di jurusan tersebut, tapi sesuatu yang lebih berat itu bukan hanya masalah jurusan, melainkan Eka, rasa sesal yang masih terpendam apa yang pernah di lakukan Icha pada Eka dulu, dan di kampusnya ini Icha juga punya sahabat baru bernama Haris, dia sangat baik, namun dia orang yamg sangat idealis bahkan lebih idealis daripada Eka dulu.

        Pada saat itu, Icha sedang duduk di anak tangga fakultas, pikirannya sedang kalut tentang Eka dan selalu tentang Eka, seakan pikiran tersbut melebihi yang lainnya, ada separuh yang hilang dalam dirinya.

        Icha tertegun memandang kedepan dan kala itu Haris menghampirinya dia ikut duduk di anak tersebur, tepat di sebelah kiri Icha.

          "Kelihatannya, kamu orang yang suka melamun, aku sering melihat dirimu sedang kosong.....", Haris mengamati wajahnya dengan seksama, dan Icha mendesah nafas berat, rasanya hal itu berat untuk di ungkapan.

         "Sebenarnya, aku bukan merasa tidak cocok di Desain Tekstil juga, tapi....", Icha tidak bisa meneruskan kata - katanya.

          "Waktu dulu SMA, sebenarnya hal yang biasa saja, tapi terasa istimewa karena aku bersamanya, namun akhir cerita aku yang membuatnya sendiri menjadi duka, dan harusnya aku sadari jika itu salah dan tidak pantas untuknya...", Icha berkata panjang lebar.

          "Aku tahu lagipula, nanti semester dua kamu bisa pindah jurusan....", Haris mengangguk.
    
           "Terlalu lama menunggu ris...", Icha terlihat resah, yang bukah hanya satu melainkan ribuan keresahan dalam dirinya.

             "Mungkin aku akan pindah kuliah saja, tapi aku tidak tahu juga harus bagaimana..."  , ? Dia menggeleng sambil kembali melamun.

             "Aku ingin bicara dengan orang tuaku....", Icha menambahkan kata - katanya.

              "Lalu soal perasaanmu yang lain, aku menangkapnya jika kamu pernah mencintai seseorang, tapi aku melakukan kesalahan padanya...", Haris nampak tertegun ketika mengatakan hal tersebut, seperti ada yang disembunyikan juga di dalam hatinya, kemudian dia menelan ludah.

              "Ini misteri aku tidak bisa menjawabnya Haris...", Icha berkata lembut, kemudian dia melirik jam tangannya dan masuk ke dalam kelas lebih dulu.

             Semakin hari, beban pikiran itu semakin merajai dirinya, dan rasanya dia sudah tidak tahan lagi, jika akhirnya dia masuk ke dalam ruang lingkup yang bukan suatu kebahagiaan untuk dirinya.
Dan pada saat bersamaan, Haris yang masih menunggu jedah waktu kuliahnya, dia menunduk ikut memikirkan apa yang di rasakannya, kemudian barulah Haris masuk ke dalam kelasnya juga.

              Perasaan yang semakin bertubi di rasakan Icha, tidak pernah hilang dan semakin menjadi, namun entah harus bagaimana, dia harus mencari Eka, sejak saat itu mereka kehilangan kontak begitu saja.

            Ketika malam hari di rumahnya, Icha menghidupkan komputer, dia ingin sekedar pelampiasan perasaan itu, dengan bermain kartu atau tetris, namun teryata belum juga dapat hilang, yang akhirnya membuka website para artis sekedar melihat foto mereka, tidak bisa hilang juga.

          Perasaan itu semakin bertambah, karena dimana hal yang diinginkannya itu belum tercapai, apa rasanya menjalani kuliah tapi tidak bahagia, yang pada akhirnya Icha menceritakannya kepada Cynthia ibu Icha, dan menurut Ridho papa Icha, dia akan menghubungi keluarga siapa ada yang bantu.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang