Ini adalah hari ulang tahun, Eka yang keenam belas tahun, tanpa terasa usianya memang semakin bertambah, dia berulang tahun hanya sederhana saja, tidak ada perayaan apapun, karena tidak memiliki uang untuk merayakannya, namun Icha datang memberikan novel Torey Hayden yang di janjikan sempat tertunda.
Dia datang kerumah Eka, dan tidak terduga, olehnya sebelumnya, namun Eka ingat jika Icha sempat melintas di komplek perumahannya dan melewati rumahnya, Diki sendiri sudah berumur empat tahun saat ini.
Dia datang kerumah Eka, dan tidak terduga, olehnya sebelumnya, namun Eka ingat jika Icha sempat melintas di komplek perumahannya dan melewati rumahnya, Diki sendiri sudah berumur empat tahun saat ini.
"Tanpa aku memberikan alamat, kamu bisa tahu rumahku yah...", Eka nyengir kuda di depan Icha yang berdiri di depan pagar rumahnya.
"Yah karena, aku memang pernah melintas disini kan....", Icha tersenyum padanya, dan Eka mempersilahkan masuk.
"Aku tahu hari ini adalah ulang tahun kamu...", Icha menambahkan kata - katanya.
Dan Icha mengeluarkan sesuatu dj dalam ranselnya dan itu adalah berisikan sebuah buku novel lalu memberikannya kepada Eka.
"Oh terima kasih Kevinnya....", Eka berucap ramah kepadanya.
"Selamat ulang tahun....", Icha menjabat tangannya."Terima kasih", dia membalasnya dengan ramah, dan mengajak Icha duduk di teras rumahnya yang sederhana dengan kursi model dari bambu.
"Banyak hal yang aku pikirkan tentang kamu..., namun aku enggan kalau terlalu mengumbarnya, jujur kamu seorang yang tidak pantas untuk mendengar kata - kata yang menyakiti hati...", kata - kata Icha, membuat Eka tercengang mendengarnya.
"Kamu merasa, kalau kamu ingin menyakiti hati seseorang......", Eka memicingkan matanya."Mudah - mudahan tidak begitu....", wajah Icha entah kenapa berubah menjadi tegang, namun dia mencoba untuk tenang.
"Karena besok masih hari ulangan tengah semester, aku belum sempat membava novel yang baru saja aku beli...., seri dari cerita Chicken Soup, tapi sempat membuka lembarannya disitu ada kata - kata, yang membuat aku ingin menangis, tentang sebuah ketulusan hati yang lebih besar artinya daripada cinta....", Icha berkata panjang lebar.
"Cinta hanyalah sebuah nama, namun yang sebenarnya melekat itu adalah hati, yang membuat seseorang akan jatuh cinta...", Eka menyahutnya dengan lembut.
Pada akhirnya Icha berpamitan, dan Eka kembali masuk ke dalam rumahnya, dia mendesah nafas menatap keadaan di sekitar, lalu memeluk Diki yang sedang bermain dengan polosnya mobil - mobilan dari kaleng.
"Tidak ada hadiah yang meriah, tapi kesederhanaan itu adalah kebahagiaan, aku sudah merasa bahagia hidup seperti ini, walau statusku sekarang sudah menjadi anak broken home...", Diki tidak paham akan maksud kata - kata dari Eka, tapi dia menyerapnya dengan Nano sudah meninggalkan mereka dengan jahat sekali.
Keesokan harinya....
Di sekolah adalah hari ketiga ulangan tengah semester, dan Icha seolah sedang berpikir tentang apa yang di katakannya oleh Eka semalam, Ingga yang mendapatinya sedang melamun pada saat sudah sampai di sekolah.
"Sepertinya kamu berusaha jujur dengan Eka, tapi kamu takut dengan kata - katamu sendiri..., karena kamu takut menyakiti orang lain...", Ingga mencoba menebak perasaan hati Icha.
"Aku merasa takut jika harus jatuh cinta dengan Eka, tapi rasanya aku tidak bisa mencegahnya lagi...", Icha berkata dengan terbata.
"Kamu jangan berpikir begitu....", Ingga menasehati Icha, dia hanya mengangguk lesu.
Pada saat yang bersamaan, Eka baru saja datang, sama sekali juga tidak ada perasaan apapun jika Icha sedang membicarakan tentang dirinya.
"Kamu kelihatan lesu sekali cha,..", namun teryata Eka memerhatikan dirinya, dan Ingga meninggalkan kelas mereka, agar mereka bisa berdua.
"Aku tidak apa - apa, aku hanya terbawa arus cerita di novel yang aku baca...", Icha mencoba menutupi dirinya.
Dan Eka hanya mengangguk, dan kemudian dia mengeluarkan buku yang akan di pelajarinya sebelum bel berbunyi hari ini.
Mata Icha meliriknya sekali lagi seakan, masih ada yang ingin di katakan di hatinya namun belum sempat keluar dan sudah terlanjur terdengar bel berbunyi.
Dan ulangan tengah semester jam mata pelajaran pertama adalah, Kimia, soal yang di pertanyakkan kebanyakkan ada rumus - rumus, yang sulit untuk dipecahkan namun biarpun begitu Eka mampu menyelesaikannya dengan nilai hasil yang bagus semua, mata pelajaran walau dia seorang pujangga puitis juga, dan lebih menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Inggris.
Pada waktu jam sepuluh semua soal harus di kumpulkan, pada saat terdengar bel, Eka yang mengumpulkan lebih dulu, dia langsung berjalan keluar kelas lalu duduk di kursi samping kelasnya.
Lalu Icha menyusulnya sambil duduk di sebelahnya, matanya menatap kearah Eka dengan tatapan penuh makna di dalam hatinya.
"Ada sesuatu yang hilang yang tidak bisa di pungkiri oleh hidupmu, aku tahu hal itu...", Icha mulai berkata.
"Cha, aku tidak sanggup untuk mengatakannya bahkan aku benci menyebutnya, lebih baik aku menerima hidupku sekarang ini...", ! Tiba - tiba saja gejolak emosi Eka keluar di depan Icha dan ini tidak biasanya terjadi.
"Aku tahu itu sakit, tapi lebih sakit kalau kamu pendam, apa yang kamu lakukan biasanya sepulang sekolah....", ? Icha mulai menyelidik dirinya.
"Hal yang tidak mudah juga aku katakan, namun aku juga ingin bertanya, sebenarnya apa yang kamu rasakan saat membaca buku Kevin....", ? Eka bertanya kembali.
"Aku memang ingin membacanya meskipun berat juga, tapi aku memang suka membaca...", Eka mulai kehilangan kata di depan Icha entah kenapa...?
"Apa kisah hidupmu seperti cerita Kevin, itu yang kamu pikirkan....", perkataan Icha membuat Eka hanya bengong di depan Icha, nampaknya gadis ini sangat kritis sekali, namun apakah benar - benar Icha jatuh cinta kepada Eka, atau hanya sebatas penganggum saja.
Pada pukul sebelas bel berbunyi lagi dan ulangan terakhir hari ini adalah, mata pelajaran Matematika, Eka harus lebih berkonsentrasi dari sebelumnya untuk mengerjakannya, dan setelah selesai sepulang sekolah, seperti biasanya dia ke tempat kerjanya di toko tersebut sebagai cleaning servis.
Nampaknya uang yang diperoleh, walau sedikit namun bisa mencukupi keluarganya terutama dengan memberikan kepada Yanti untuk membeli makanan dirumah.
Biasanya Eka, selesai pada malam hari, dan malam itu di dalam kamarnya entah kenapa dia terus memikirkan sikap Icha, apakah mungkin Eka yang selama ini tidak mudah jatuh cinta dia akhirnya jatuh cinta kepada seorang gadis, selama ini dia hanya bersikap biasa saja dengan apa yang di lakukannya itu adalah kepada semua orang, hingga sulit ditebak siapa yang sebenarnya spesial di hati Eka, jika memperlakukan semua orang itu adalah sama.
Dia hanya beranggapan dia berbuat baik kepada semua sahabatnya, namun sebenarnya kapan Eka jatuh cinta....? Ini adalah salah satu sikap misterius dirinya yang sebenarnya tidak banyak orang tahu, karena mengenal hati Eka itu adalah sulit jika harus membongkar tentang dirinya sebenarnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomanceEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...