Part 5 Pada Saat Ulangan Tengah Semester

9 1 0
                                    

Akhirnya hari yang di tunggunya tiba dan pada hari pertama ini, mereka mengerjakan dengan sungguh - sungguh, apalagi sudah kelas enam SD, sebentar lagi akan masuk SMP, bahkan Ekapun juga sebentar lagi akan menginjak usianya yang kedua belas tahun.

    Eka memang selalu lebih dulu selesai, tetapi jawabannya bukan karena dia asal - asalan, namun karena Eka memang benar - benar sudah merasa mantap untuk menjawabnya dan setelah selesai Eka, menaruhnya diatas meja guru kemudian melangkah kearah perpustakaan dan disana dia menemukan buku cerita anak yang belum dibacanya berjudul Si kerudung merah.

          Menurut pendapat Eka, hanya cerita ini yang tidak biasa dari biasanya, alurnya karena jika dibandingkan dengan Cinderella, Putri Salju, atau kisah para putri tersebut hanya alur si kerundung merah berbeda, sama halnya juga dengan Si cantik dan si buruk rupa, selesai membaca cerita tersebut, terdapat di rak tersebut banyaknya komik superhero, dan memilih Superman.

     Tengah asyik, membaca ada sebuah suara teguran dari arah samping kanan Eka, dan itu suara Darmo.

         "Asyik sekali, yang baca buku cerita, memang kamu sudah belajar pelajaran Matematika",  kata - kata Darmo tampak menyindir dirinya.

          "Aku sudah menghafalnya", Eka menanggapi dengan malas meskipun dia anak yang cerdas, sesungguhnya Eka membenci pelajaran tersebut, namun jika diambil positifnya agar bisa memahami berhitung.

        "Besok mata pelajarannya adalah sejarah, pasti kamu suka...", Darmo memancing reaksi dirinya, karena tahu itu juga salah satu mata pelajaran yang disukai oleh Eka.

        "Jangan menyindir, sejarah lagipula pada dasarnya, tanpa perlu dipelajarinya, yah pada dasarnya itulah hidup kita, bermatomorfosis, bertumbuh, bahkan pertumbuhan ini aku sangat menginginkannya, aku cepat menjadi besar dan dewasa...", Eka menggerutu namun dengan cara bijak.

      "Lalu ibu kamu sendiri piye, kapan kamu punya adik...". ? Entah bagaimana pertanyaan ini justru membuat Eka terdiam hening sejenak, sebelum akhirnya dia menjawab.

       "Hanya Tuhan yang tahu, kapan aku punya seorang adik, tapi memang sebenarnya aku menginginkan, wajar manusia punya harapan dan impian, tapi bukan hanya bicara saja melainkan berusaha...", dengan polos dia mengatakannya, sikap Eka yang jauh seperti anak tidak anak seumurannya dalam berbicara, membuat Darmo mengucek mata.

         "Kamu dewasa sekali, padahal kita baru sebelas tahun...", dia terlihat kagum padanya, dan itulah sifat Eka, sahabatnya sama sekali tidak terbesit pikiran buruk mengenainya, meskipun Eka adalah hanya manusia biasa dan pasti pernah punya salah.

       Tetapi hal itu, sama sekali tidak terbesit oleh pikiran mereka, karena kebaikan Eka sudah sangat menutupj kekurangannya, dan itu hal yang membuat dirinya dipandang selalu baik, Eka selalu bersikap baik dan positif, sahabat - sahabatnya, hanya selalu mengingat kebaikannya, bahkan banyak memuji dirinya,

         Tetapi pujian tersebut, tidak menjadikan Eka akhirnya bersikap sombong, karena kadang kala manusia lupa diri akan sebuah pujian.

        Pada saat kembali ke dalam kelas, Eka memang tidak pernah jago dengan Matematika, tetapi entah bagaimana selalu jawabannya benar.

       Mungkin memang sudah kuasa Tuhan, kalau dia selalu diberikan keberuntungsn dari sejak lahir.

       Sore harinya, Eka belajar kembali di rumahnya, dan sayup dari balik pintu kamarnya sebenarnya dia mendengar pembicaraan antara Yanti dan Nano mengenai kehamilan Yanti yang belum ada tanda - tanda juga, hari ini Galuh juga sedang berada di rumah mereka, nenek Eka yang biasa dipanggil Mbah Putri.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang