Sebelum bel berbunyi di sekolah tersebut, Eka mengeluarkan buku hariannya untuk mencurahkan isi hatinya ke dalam puisi.
Aku hanya ingin memberi tanpa harus mengharap
Apapun yang aku terima dari orang lain
Tidakkah itu adalah perbuatan mulia
Di mata Tuhan kitapun bukanlah siapa - siapaAku bukan siapa - siapa di bumi
Dan apa yang ku lakukan
Tetaplah hanya sejatinya diriku
Dan bukan siapa - siapa.Lalu kembali menutup buku hariannya, pada hari itu Icha datang, dan langsung mengulurkan buku tersebut kepadanya, diapun terlihat bahagia dan antusias, ketika melihat sebuah buku novel, dan dengan semangat Eka menerimanya.
"Terima kasih...", Eka berucap sambil menaruhnya di dalam ranselnya.
Tanpa sengaja, mata Icha melirik kearah buku tersebut, sebelum berada di dalam ransel, dan masih berada di tangannya."Buku apa itu...", ? Dia bertanya ingin tahu.
"Hanya buku harian", Eka menjawab datar.
Dia membuka buku yang di berikan oleh Icha, dan pada halaman pertama, tiba - tiba saja ingatannya teringat oleh buku Torey Hayden yang pernah dibicarakan oleh mereka sebelumnya, dan Eka menengok kearahnya dengan mata dibesarkan.
"Kita pernah membicarakan novel Kevin, oh yah aku boleh pinjam juga...", ? Eka mengutarakan perasaannya.
"Dengan senang hati, aku juga bawa hari jni kebetulan...", Icha mengeluarkan satu buku lagi, dan novel dengan sampul berwarna putih dimasukkannya ke dalam ransel Eka juga.
Bel terdengar berbunyi, dan Eka juga Icha, mulai menatap kearah papan tulis, untuk fokus terhadap mata pelajaran Fisika jam pertama pada hari ini, Pak Reza, yang mengajar terlihat dia masuk ke dalam kelas dan membacakan absen satu demi satu, setelah itu dia mulai membahas pelajaran hari ini, sambil memberikan rumus - rumus di papan tulis untuk catatan murid - muridnya.
Pada jam sepuluh, bel kembali berbunyi dan Eka merapikan bukunya ke dalam ransel, dan Icha yang masih duduk di sebelah Eka, dia menatap Eka dengan sorot mata yang tajam sejenak.
"Jujur sebenarnya aku mau bilang sesuatu denganmu, apa yang kamu rasakan sebenarnya dalam hidup ini.....", ? Pertanyaan Icha membuat Eka mendesah lebih dulu sebelum menjawabnya.
"Kamu berpikir apa tentang aku...", ? Dia bertanya kembali.
"Sebuah rahasia hati, aku boleh mengoreknya...", ? Suara Icha nampak terbata - bata, dan sangat berhati - hati saat berucap.
"Sudah chaa..., kita bicarakan yang lain saja...", Eka berkilah, namun perasaan Icha tetap mengatakan jika ada yang disembunyikan darinya.
Pada waktu mata pelajaran Bahasa Inggris, di jam kedua, perasaan itu semakin berputar di hati Icha, meskipun dia mencoba menghilangkannya tetap saja dia tidak hilang.
Sepulang sekolah, Eka ke tempat kerjanya di toko tersebut, dia mulai membersihkan kamar mandi yang kotor wastafelnya, dan pada saat yang bersamaan seorang pria bernama Yudha datang menemuinya dia adalah rekan kerja Eka.
"Aku jujur terkesima dengan perjuangan hidupmu, padahal kamu belum tamat SMA, tapi mau - maunya bekerja...", dia berkata panjang lebar.
"Sudahlah Yudh...., jika tidak begitu aku tidak ada uang untuk hidup aku dan keluargaku...:, dia menanggapi dengan bijak.
"Hidupmu sangat membutuhkan uang kan.....", ? Yudha berkata dengan sangat hati - hati, dan Eka mengangguk, ingatannya kepada Nano, membuat perasaan hatinya sangat benci dan muak mengingat dirinya, kalau perlu anggap saja sudah mati, tidak ada yang memperdulikan Yanti dan Diki selain Eka sekarang ini, juga tidak memperdulikan dirinya juga.
"Aku sangat muak mengingatnya", dia berguman pelan.
"Maksudnya", ? Yudha bertanya heran.
"Abaikan saja perkataanku itu....", Eka berkilah tentang hidupnya, bukan hanya terhadap Icha tapi juga dengan lainnya seolah dia sangat menutup rapat kisah hidupnya dengan yang lainnya.
Setelah pulang dari pekerjaannya, Eka mulai mencurahkan isi hatinya ke dalam buku hariannya dengan puisi.
Kemelut dalam hidup biar aku yang rasakan
Tidak perlu angin mencoba membacanya
Biar aku menyimpannya di dalam lemari
Dan menguncinya sangat rapatPada saat sudah selesai, dia mulai mengerjakan PRnya, dan Dika tiba tiba saja muncul di sampingnya raut wajahnya terlihat sedih.
"Mas, bapak memang benar - benar sudah tidak sayang kita lagi...", ? Dia berkata dengan sangat polos dan berlari kecil sambil memeluk Eka.
"Sudahlah Dik, anggap saja dia sudah mati...", dengan penuh kebencian Eka mengatakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomantikEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...