Part 20 Rumah Baru.

8 0 0
                                    

Di rumah baru Eka, berbeda dengan rumah Eka di Solo, meskipun disana selama mereka di Jakarta, ditempati oleh Galuh dan Parmin.

     Rumahnya memang bentuknya sederhana, namun dia tinggal di perumahan, dan suasananya sudah pasti berbeda, di dalamnya ada tiga kamar dengan jendela model kotak, menghadap kearah jalan, dan ruang tamu serta ruang Tv, menjadi satu juga meja makan, dapurpun, modelnya hanya kecil dekat dengan kamar mandi, namun yang penting, rumah ini aman dan nyaman di tempati, di teras rumahpun kadang tetangga suka berkumpul, sambil mengobrol atau yang anak muda bernyanyi sambil bermain gitar.

      Eka masuk ke dalam kamarnya, di kamar barunya bentuknya tidak jauh berbeda dengan kamarnya yang lama, namun dirumah ini jika Diki nanti sudah besar, dia sudah punya kamar sendjri karena masih ada satu kamar yang kosong.

       Eka, membuka lemari yang terbuat dari kayu, berada di depan tempat tidurnya, yang sama terbuat dari kayu juga, dan disana dia mulai merapikan baju - bajunya untuk dimasukkan ke dalam lemari, mata Eka, menatap juga kearah sebuah benda berwarna hitam, berada di pojok tempat tidur, dan itu adalah sebuah radio.

     Gairahnya, adalah ingin menyalakannyam namun dia masih ingjn membereskan baju - bajunya.

       "Kamu orang baru yahhhh....", dari luar jendela, Eka mendengar seorang pemuda menegur dirinya dari teras rumahnya, diapun menengok kearahnya.

        "Iyah kami dari Solo, baru saja pindah kesini..,", dia mengangguk.

"Oh yah, Yanti kamu coba tanya - tanya orang terdekat, sekolah kejuruan dekat sini dimana...", ? Nano menjelaskan pada Yanti, diapun mengangguk.

        Keesokan harinya, adalah satu hari dimana, pada akhirnya Eka mendaftar ke sekolah yang baru, Nanopun mulai bekerja di tempat kerja barunya.

      Rasanya, seperti mimpi baru saja kemarjn Eka menjadi anak SMP, sekarang dia sudah menjadi anak SMA.

    Eka berhadapan dengan kepala sekolahnya yang bernama Pak Budi, dan disana dia menyuruh Eka untuk ikut test masuk esok hari, dan tidak disangka dia diterima di sekolah tersebut.

     Namun selama tiga hari Eka, masih mengenakan seragam SMPnya, karena dia harus mengikuti kegiatan ospek.

       Eka duduk paling depan pada saat di kelasnya, dan seorang gadis masuk ke dalam kelasnya, dia terlihat berwajah manis, dan bertubuh tinggi, gadis itu nampak seorang yang pendiam, tidak banyak bicara dengan orang lain, dan ketika melihat Eka dia hanya menegurnya.

        "Kamu murid yang dari Solo itu yah....", tangannya menunjuk kearah Eka.

         "Eka...", dengan ramah Eka langsung memperkenalkan dirinya.

         "Icha...", gadis itu membalasnya.

Tidak lama kemudian, segerombolan anggota OSIS, masuk ke dalam kelas mereka dan memperkenalkan djri mereka masing - masing.

        "Saya Reza, dan saya sebagai ketua Osis",

        "Saya Lila, saya sebagai Wakil ketua Osis",

        "Dan saya Firman, saya sesi mading....", mendengar kata mading, Eka langsung membelalakan mata, dalam hasratnya kelak dia bisa mengirim puisi - puisi itu di mading.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang