Part 14 Cerita Di SMP

4 0 0
                                    

Eka menaruh buku tersebut, di dalam laci meja belajarnya, dan kembali ke ruang Tv, untuk menemani Indah mengobrol, dan pada saat pukul tujuh malam, Nano dan Yanti, mengajak Indah untuk ikut makan bersama mereka, diatas meja makan memang hanya ada tempe dan tahu serta sambal, namun mereka sangat bahagia.

     Dan pada saat itu, Nano mulai mengajak ngobrol, Indah di meja makan, dia menyuap makanannya lebih dulu sebelum membuka suaranya.

      "Kamu memang tinggal dimana", ? Tanya Nano.

       "Di daerah Mojosongo.....", Indah jawab singkat.

       "Saya tinggal dengan bapak dan ibu saya juga, serta kakak laki - laki saya...", Indah menjelaskan panjang lebar.

       "Kamu punya kakak laki - laki", Eka menimpali, dan Indah mengangguk.

        "Dan kamu adik laki - laki....", Indah membalasnya dengan menyahut.

        "Eka memang sejak dulu, dia suka sekali membaca buku, dan buku apa saja, tapi juga kelihatannya dia memang suka menulis juga....", Yantj memuji dirinya.

         "Saya juga hobi membaca, tapi saya belum terpjkirkan kearah sana, namun Eka sepertinya dia sudah berpikir jauh kedepan dengan matang akan cita - citanya mau jadi apa....", Indah berkata panjang lebar.

        "Barangkali dia akan menjadi penulis terkenal esok hari....", Indah menoleh kearahnya.

         "Aku hanya ingin menjadi orang yang sukses....", Eka berkata dengan merendah.

         "Sebenarnya, di keluarga saya bakat turun temurunnya adalah menari, Eka juga bisa menari namun teryata dia juga memiliki bakat lainnya yang terpendam...", Yanti ikut bjcara

Selesai mengobrol di meja makan, Indah pamit pulang kerumahnya, tidak disangka jika keluarganya sendiripun terasa hangat kepada orang lain sama halnya dengan Eka, dan sekarang waktunya sendiri di dalam kamar, membaca novel yang dari tadi belum disentuhnya, dia mulai membuka halaman pertama, dan menatap kalimat demi kalimat, dan setelah selesai membaca, dia mengambil buku diatas meja, dan menyobek pinggirannya dan mulai menulis surat untuk Indah.

Indah Sahabatku

Aku sudah membaca semua novel yang kamu pinjami kepadaku, dan sensasi yang tercipta aku sempat merasa merinding, pada saat membaca Gossebumps, entahlah aku merasa jiks melihat boneka, terbayang dia akan bergerak sendiri seperti Slappy, tapi aku juga sempat hening terdiam pada saat membaca Sekayu, Indah kamu teryata adalah sahabatku yang luar biasa, kamu adalah orang paling beruntung yang Tuhan ciptakan untuk terlahir ke dunia.

   Surat ini aku kirimkan, sebagai tanda aku menghargai apa yang kamu berikan padaku.

Eka Dwi Angga

Kemudian, dia melipat suratnya dan memasukkannya ke dalam ransel, esok dia akan membawanya ke sekolah.

Keesokan harinya, di sekolah Eka, menaruhnya diatas meja kelas Indah, dan pada saat itu ada seorang teman Indah yang melihatnya, dia seorang siswi bernama Ranti.

      "Eka, kamu mau apa di kelas kami", ? Dia memandang dengan terheran - heran, dan akhirnya dia baru sadar, jika dirinya selama ini sedang dekat dengan Indah.

      "Kamu ingin bertemu Indah...", ? Dia bertanya lagi.

       "Aku hanya menitipkan surat ini saja, bilang padanya aku suka dengan novel yang dpinjami olehnya...", Eka berjalan keluar ruangan tersebut, sambil menepuk bahu Ranti yang tengah berdiri diambang kelas.

      Dan pada saat Eka, masuk ke dalam kelasnya, teman sebangkunya Parjo duduk sambil menaruh ranselnya di kursi.

       "Kamu habis dari kelas Indah...", ? Dia bertanya, dan Eka mengangguk.

      "Dia meminjamkan novel padaku, dan aku pikir ceritanya sangat bagus", Eka menjelaskan dengan nada suara semangat.

        "Sepertinya kamu menyukai gadis itu...", Parjo menaikkan alisnya, dan Eka hanya menggeleng sambil tertawa pelan.

     "Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat....", dia menjelaskan pada Parjo.

      

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang