Part 16 Puisi Eka.

12 0 0
                                    

Di kamarnya, dia menulis dengan cepat, puisi pertamanya yang akan di kirimkan kepada Indah, dan perasaan yang dirasakan Indah, lamban laun kepada Eka, adalah perasaan dia menyukai lawan jenisnya, dan gadis dua belas tahun itu, baru kali ini merasakan jatuh cinta d dalam sejarah hidupnya, tetapi apakah yang di rasakan oleh Eka, adalah hal yang sama, bagi Eka dia menulis puisi tersebut, hanya sebagai penyemangat hidup sahabatnya tersebut.

Bunga Dalam Jiwa

Jika hatimu telah karam
Di dalam hidupmu yang hilang
Karena apa yang di rasakan
Maka tanamkan sirami dengan air

Ada sesuatu yang belum kau rasakan
Yaitu bunga dalam jiwa
Yang mekar saat kau bahagia
Namun kuncup saat kau sedih

Tetapi hidup hanya terlena dalam muram
Namun harus tetap melangkah
Mengais mimpi yang padam
Karena sejenak kau lupakan

Eka Dwi Angga.

Dan akhirnya puisi itu sampai di tangan, Indah pada waktu di sekolah, dia membacanya di dalam kelas sambil berguman pelan, hatinya tidak percaya jika Eka mampu merangkainya dengan sangat indah, dan menusuk jantung hatinya, anak laki - laki itu menatap dirinya dari kejauhan, dan Indah memberikan senyuman dengan mata berkaca - kaca.

    Dan semenjak itu pula, Eka membeli buku harian, yang nantinya akan diisi dengan karyanya dia menulis disana entah puisi atau cerita, semenjak tersebut, bakat yang ada dalam tubuhnya semakjn nyata.

Dan di hari berikutnya Eka mengirim lagi puisi untuk Indah, namun Indah yang lamban laun terlena pada perasaan yang pertamanya yaitu cinta, dia menganggap Eka memperlakukan dirinya demikian karena jatuh cinta, Indah terlupa kalau Eka sebenarnya hanyalah orang yang baik hati kepada setiap orang lain, dan selalu memberikan semangat hidup kepada orang lain yang membutuhkannya.

Terus Melangkah

Jika langkah kakimu terseok
Maka tetaplah melangkah
Di jalan yang kau telusuri
Tanpa ada takut mencambuk dirimu

Ingatlah jika Tuhan tetap bersamamu
Meskipun menangis pedih sekalipun
Menderita karena sebuah rasa sakit
Tapi terus melangkah mengejar mimpi

Eka Dwi Angga.

Indah, yang semakin hari, terkesima dengan puisi - puisi Eka, dan larut ke dalam perasannya, pada hari sabtu, dia mengetuk rumah Eka, dan kali ini dia sendiri yang membukakan pintunya.

"Terima kasih, dengan apa yang kamu berikan itu sungguhlah indah..", Indah berkata lembut, dan Eka hanya mengangguk, lalu tangannya menunjuk keatas langit.

"Kamu mau, kita melihat langit bersama di depan sawah.., disana ada kursi tempat aku duduk  dari kecil terbuat dari rotan...", Eka menawarkan padanya.

"Yah boleh....", Indah mengiyakan dirinya, dan akhirnya mereka melihat langit itu bersama, tanpa terasa waktu dengan cepat berlalu, Eka sekarang sudah duduk di kelas dua SMP, dan disini dia bergerak sebagai Ketua Mading dalam Osis, bukan hanya itu saja, Indah menjadi satu kelas dengan Eka, di kelas dua.

    Tetapi tidak sampai hanya disitu saja, Dikipun semakin hari, semakin terlihat perkembangan pertumbuhannya, dja sekarang sudah menginjak usia dua tahun, dan mulai pintar.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang