Part 41 Pilihan Eka

15 0 0
                                    

Di satu sisi pilihan tentang cinta, ada juga pilihan hidup yang Eka harus lalui, dan nampaknya sangat berat akan cobaannya, Indah datang ke rumah bude Eka, dan pada saat itu perasaan hati yang tidak tertahan lagi terungkap disana.

Indah hanya diam, sejurus matanya memandang kearah kedepan, dan Eka juga terdiam ikut memandang kedepan baru kemudian menoleh ke arahnya.

            "Aku buatkan minum dulu, kamu mau teh hangat....", ? Dia menawarkan.

            "Yah boleh...", Indah mengangguk, Ekapun beranjak masuk ke dalam rumahnya, dan berjalan ke arah dapur, dia membuka laci diatas wastafel untuk mengambil gelas, lalu membuatkan teh manis hangatnya, dan pada saat itu Diki menemui Eka di dalam dapur.

          "Yang diluar itu siapa mas.....", ? Dia bertanya.

           "Mbak Indah, kamu masih ingat kan, yang teman mas waktu masih SMP dulu...",  Eka menjawab dengan lembut.

           "Ohhhhhh...., dia satu kampus dengan mas Eka...", Diki teringat dengan teman Eka dulu.

           "Yah, dan yang mas ingat juga waktu dia berada di stasiun menemui kita, waktu kita akan pindah ke Jakarta....", Eka menyahutnya.

          "Aku soal itu....", Diki mengangguk.

Eka, mengambil nampan dan menaruh gelas tersebut diatasnya, lalu membawanya ke teras, Indah mengambil gelas itu dan meminumnya.

          "Aku masih ingat, jika kita mengakhiri sesuatunya dengan kurang baik, di stasiun itu....", Indah mulai membuka topik pembicaraannya.

          "Aku sudah tidak mengingat hal itu lagi, dan saatnya kita memulai hari baru...", Eka menyahut dengan cepat.

         "Eka, sebenarnya adakah benar - benar gadis yang bisa membuatmu untuk dijadika  kekasih, entah siapa orangnya....", perkataan Indah keluar dari mulutnya begitu saja.

         "Aku merasa, kalau Icha seperti tidak suka kalau kita sedang berdua...", Indah berkata dengan nada suara yang terdengar ljrih, sambil menaruh gelasnya diatas meja.

        "Izinkan, aku berpikir sebelum menentukan pilihan...", Eka menyahut dirinya.
    
        "Besok di kampus, aku ingin membicarakannya lagi padamu....", Indah mengatakannya sambil berlalu meninggalkan rumah Eka.

Dan pada saat yang bersamaan, Eka juga masuk ke dalam kamarnya, hari ini sedang tidak ada tugas, jadi dia akan melanjutkan menulisnya untuk dikirim di komunitasnya dengan komputernya yang pada masa itu ditekannya harus keras, dan setelah itu Eka menyimpannya di dalam disket.

         Apa yang dikatakan Indah cukup menghantui pikirannya juga, selain apa yang dikatakan oleh Icha juga kepada dirinya, setelah lelah menulis Eka mematikan komputernya kemudian menyiapkan baju untuk besok pergi ke kampus dan mulai memejamkan mata di tempat tidurnya.

       Keesokan paginya...

Icha yang slalu berjalan, melintasi gedung fakultas tari, sejenak matanya menatap kearah pintu yang tertutup sebelum pada akhirnya melanjutkan langkah kakinya, menuju gedung fakultasnya sendiri, selama ada bersama Eka, entah kenapa rasa yamg tidak diinginkannya untuk mengambil jurusan Desain Interior, Icha melupakan sejenak perasaan tersebut.

         "Icha....", seseorang memanggilnya dari belakang, dia adalah salah satu sahabat Icha juga yang bernama Hayati.

         Icha menoleh ke belakang, Hayati berlari kecil mendekati dirinya, lalu berjalan bersamanya sambil merangkul dirinya.

          "Tumben, pada jam segini, Eka tidak terlihat, mungkin dia belum sampai kampus karena jadwal kuliahnya tidak ada di pagi hari....", Icha bercerita panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang