Part 34 Si Misterius

8 0 0
                                    

Eka yang rupanya adalah sosok misterius ini, membuat Icha beribu pertanyaan di dalam jiwanya, dia merasa galau dengan perasannya sendiri, jika jatuh cinta kepada Eka, dan pada saat mereka pada akhirnya duduk di kelas dua SMA di umur tujuh belas tahun, Icha berkenalan dengan seorang pria yang pada saat itu satu kelas dengannya, karena di kelas dua Eka tidak sekelas dengan Icha, dia diterima di kelas IPS  sedangkan Eka di IPA, meskipun seorang pujangga namun dia seorang yang cerdas juga serta pintar.

     Dan keduanya juga terpilih sebagai anggota OSIS, Eka sebagai ketua Mading dan Icha sebagai Ketua Dance di sekolah, karena di sekolah mereka ada extra kurikuler Dance, dan memang banyak peminat yang mendaftar untuk ikut dari siswi atau siswa lainnya, mereka memang masih saling bertemu namun di saat tertentu dalam sebuah waktu, contohnya seperti pada saat mereka sedang rapat Osis.

Dan laki - laki yang satu kelas dengan Icha, itu bernama Adit, dia seorang yang memiliki penampilan tinggi serta kulitnya putih bersih, rambutnya sering di belah dua belahan rambutnya, yang pada saat itu memang sedang menjadi potongan tren anak muda laki - laki.

Pada saat itu Adit, sedang duduk di kelas, pada mata pelajaran pertama dia sudah datang lebih dulu, dan dari luar terdengar langkah kaki tergesa - gesa masuk ke dalam, dalam pikiran Adit dia sudah menebak siapa orang itu? Dan benar adalah Icha.

Dia berjalan perlahan, untuk menghampiri Adit dan menaruh ransel di sebelah kursi dirinya, sambil berkata kepadanya.

     "Adit, aku mau bertemu Eka dulu di kelas IPA....", laki - laki itu hanya mengangguk, dan Icha membalikkan badan untuk keluar kelas.

Dibandingkan Eka, Adit adalah sosok yang justru lebih berpikir dengan logikanya daripada sebuah perasaannya, menurut penilaiannya Eka yang sering menulis puisi, adalah suatu bakat dalam dirinya, padahal semua orang bisa menulis, jika memang dia orang yang lebih suka mengumbar kata perasaan itu ke dalam rangkaian kalimat daripada lisan, wajar saja Adit adalah tipe orang yang lebih mencintai olahraga dan membaca komik, karena itu dirinya dipilih sebagai ketua basket di sekolah.

   Icha yang berdiri di samping pintu kelas Eka, sedari tadi dia memerhatikan Eka yang sedang menulis disana.

      "Aku ingin membahas tentang buku - buku lagi padamu, disamping itu kamu sebagai ketua mading tidakkah mengadakan sebuah acara sekolah yang sangat bermanfaat, yaitu adalah membahas tentang buku mungkin karya sastra...", Icha mengusulkan padanya.

    "Sebenarnya aku tidak memimpikan jabatan ketua mading ini dari dulu...", Eka malah bersikap merendah di depan Icha.

     "Eka ini adalah kesempatan dirimu, mereka tidak sembarang memilih orang juga, kamu lihat adik - adik kelas kita, sepertinya harus di galakkan untuk membaca buku, kalau ke kantin sering ku lihat anak kelas satu justru membawa game....", Icha berkata sambil mendesah.

   "Bukankah kamu dirumah juga suka, bermain Ps, usulmu nanti kita bicarakan di kantin, dsn kamu yang sekarang adalah ketua Osis, punya peranan lebih penting dari semuanya...", ! Tegas Eka.

   "Oke nanti kita ke kantin, aku kembali ke kelas dulu, sebentar lagi akan bel...", dengan semangat Icha kembali ke dalam kelasnya, pada saat itu dia melihat Ingga yang nampak sudah di kelas dan mengobrol dengan Adit.

Sebelum Ibu Novi yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia hari ini, masuk ke dalam kelas, wajah Adit seakan memperlihatkan sesuatu yang ingin di bicarakannya kepada Icha yang nampak sedang mendesah.

      "Aku melihat kalau kamu memiliki perasaan yang lebih dari seorang teman kepada Eka...", Adit menebak gerak - gerik tubuh Icha, namun belum sempat Icha merespon perkataannya Ibu Novi sudah masuk ke dalam kelas.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang