Part 30 Menjadi Tukang Bersih - Bersih.

5 0 0
                                    

Keesokan paginya di sekolah, Icha sedang mengobrol dengan Ingga, pada saat Eka belum tiba di dalam sekolah, dia menundukkan wajah, dan Ingga melihat wajahnya sambil memiringkan kepalanya.

        "Aku pikir, kamu harus pertimbangankan lagi perasaan itu....", Ingga menasehatinya, dan pada saat yang bersamaan Eka baru saja tiba di sekolah, dengan tergesa - gesa, dia masuk ke dalam kelas, dan melanjutkan PR yang tengah di kerjakannya, dan untung saia dia tidak mendengar pembicaraan antara Icha dan Ingga tentang dirinya.

         Icha yang menyusulnya masuk ke dalam kelas, menatapnya dengan heran sambil memicingkan mata.

          "Sekarang kan, bukan mata pelajaran Sejarah, dan mata pelajaran Matematika serta Fisika,..., berat sekali tas kamu kalau begitu...", Icha memberikan komentar sedangkan Eka tidak mungkin memberi tahu Icha kalau dirinya menjadi tukang bersih - bersih di toko setiap pulang sekolah.

   "Yah semalam, aku belum sempat mengerjakan.....", Eka menjawab datar, dan Icha duduk di sebelahnya, dia terdiam sejenak, ada rasa yang ingin disampaikan olehnya, namun rasa itu belum dapat tersalurkan, gadis itu hanya menatap dalam mata Eka, hingga seorang guru Matematika bernama Pak Tio, masuk ke dalam kelas.

     Eka yang tersadar dia segera, menaruh buku catatan dan buku pelajaran lainnya ke dalam ransel, dan guru itu mulai menyuruh membuka buku pada bab berikutnya, kemudian dia menjelaskan dalam pembahasan di dalamnya, sambil memberikan catatannya, sejenak Icha melirik kearah Eka, yang sedang serius mengamati papan tulis sambil mencatat, dan Icha kembali menunduk sambil mencatat kembali, tanpa sadar bel berbunyi jam istirahat, dan Icha kembali mengajak Eka untuk makan bakso di kantin.

       Pada saat di dalam kantin, Icha membuka obrolan mereka, sambil menyeruput es teh manisnya dengan sedotan.

        "Sebenarnya ada hal yang aku pikirkan tentang dirimu, apa yang kamu pikirkan hari ini, atau hidupmu...", ? Pertanyaan Icha membuat Eka tercengang, seolah dia mengingat hidupnya sendiri yang sulit di ceritakan kepada orang lain.

        "Sebenarnya apa juga yang kamu pikirkan tentang diriku....", ? Eka bertanya kembali untuk berkilah.

      "Rahasia yang disimpan....", Icha mencoba menebak isi hatinya.

      "Cha, dirumahmu ada novel apa saja....", ? Eka semakin ingin berkilah.

       "Kamu belum jawab pertanyaanku...", ! Icha mendesaknya dengan tegas.

       "Aku punya satu novel Torey Hayden yang judulnya Kevin, dan aku sangat berkesan dengan alur ceritanya...", Icha bercerita panjang lebar, namun tatapan matanya tetap memandang Eka seperti ada yang disembunyikan dj dalam hidupnya namun tidak di utarakan olehnya, Ekapun paham akan cara Icha menatap dirinya.

Bel kembali terdengar, Icha membayar terlebih dahulu, dengan apa yang sudah dipesan sebelum akhirnya kembali ke dalam kelas, jam kedua mata pelajaran adalah Matematika dengan Bu Dewi, Eka mencatat rumus - rumus yang diberikan olehnya di dalam kelas sampai jam dua belas siang, selesai semua mata pelajaran.

Pada waktu pulang sekolah, Diki terlihat sedang membuka buku mata pelajaran Eka, padahal umurnya masih tiga tahun, Eka tersenyum dengan memperlihatkan cengirannya, kepada adiknya.

     "Kamu mau, cepat - cepat sekolah yah...", dia berkata lembut.

      "Iyah mas...", anak itu berkata dengan polos.

Eka mengganti baju dengan seragam kerjanya, di toko tersebut, kemudian dia berlalu kembali meninggalkan rumah, memang umurnya masih belum pantas untuk bekerja, namun karena kehidupan keluarga yang sulit membuatnya harus seperti itu, bagi Eka daripada dia harus merepotkan orang tuanya juga.

Merepotkan Yanti, karena Nano tidak bertanggung jawab kepada keluarganya, maka tanggu h jawab itu dipikul oleh Eka.

Di waktu yang bersamaan, Icha baru saja selesai menonton film dengan Ingga di bioskop, dan setelah itu mereka berjalan keluar bioskop, untuk menunggu bis kopaja, dan setelah bis itu berhenti, Icha yang naik lebih dulu ke dalam bis, kemudian di susul oleh Ingga, dan keduanya duduk di dalam bis di posisi sebelah kanan.

     "Apakah kamu yakin dengan perasaanmu sendiri.....dengan Eka, aku masih ingat waktu kamu telepon aku waktu itu....", ?      

   "Aku yakin tapi masih setengah yakin.....", jawab Icha datar.

Akhirnya bis mereka berhenti di sebuah toko buku daerah Matraman, lalu keduanya masuk ke dalam gedung toko buku, disana ada berderet rak - rak berisikan orang menjual video film di lantai satu, dan barulah di lantai duanya, ketika mereka naik menggunakan tangga terdapat banyak buku.

       Icha, langsung menghampiri satu novel yang terlihat menarik hati dari judulnya yaitu Fear Street, dan ingatannya tiba -  tiba tergambar nama Eka di dalamnya, Ingga yang menghampiri dirinya, dia berdiri di belakangnya, kemudian Icha menengok kearah dirinya.

        "Eka, pasti suka kalau aku memberikan kepadanya....", dia menunjukkannya kepada Ingga dengan semangat.

        "Dan kamu besok akan menemuinya dengan membawa ini ke sekolah...", Ingga menyahut dan Icha hanya mengangguk sambil membawanya kasir, setelah di bungkus plastik barulah dia membawanya pulang.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang