Part 29 Perasaan Hati Icha

3 0 0
                                    

Eka, masih di dalam sekolah, tepatnya masih di dalam kelas untuk merapikan bukunya, dan memasukannya ke dalam ransel, sedangkan Icha sudah berada di dalam bis, dia sedang melamun entah kenapa memikirkan, Eka, dan di dalam perjalanan, tumben hari ini tidak ada pengamen yang masuk ke dalam, sampai akhirnya dia turun, dan berganti dengan bis lainnya yang menuju kearah Kuningan.

     Icha menyandarkan kepalanya di jendela, dan melihat pemandangan jalan dari luar, nampak terlihat ada motor yang ingin menyalip pada saat bis tersebut sedang berhenti di sebuah, gedung bangunan, dia melirik jam tangannya sudah menunjukkan jam satu siang lebih, hari ini jalanan agak macet, apalagi pada saat berada di samping kuburan karet.

     Namun kemacetan itu tidak lama, dan akhirnya Icha sudah sampai dirumahnya, ketika sudah berada di rumahnya, Icha berjingkak ke lantai dua kamarnya, lalu berganti baju dengan kaos warna hitam dan celana pendek cokelat.

        Perasaannya, tiba - tiba saja tidak mau hilang, terus saja menyebut nama Eka, dan semakin menjadi - jadi, bahkan tidak pernah berubah menjadi nama lain yang menempel di hatinya, namun di satu sisi lain, apakah juga berkesan Icha seperti memanfaatkan kebaikannya jika jatuh cinta dengan mudah kepada orang seperti dirinya.

          Untuk melupakan sejenak, perasaan itu Icha, mengeluarkan Sega dari dalam laci, kemudian menghidupkan Tv untuk mulai memainkannya, dia seperti biasa bermain Sonic Hedhog, namun hal itu belum bisa untuk pelampiasan perasaannya, maka Icha mempause sejenak permainan dan turun kebawah, untuk mulai mengangkat telepon dirumah, dia memutar nomor telepon teman perempuannya Ingga untuk mencurahkan isi hatinya.

        "Halo bisa bicara dengan Ingga...", ? Terdengar ada orang yang mengangkat teleponnya.

        "Ini Icha, yah sebentar yah...", orang yang mengangkat telepon tersebut, terdengar dia memanggil Ingga, dan Ingga mulai terdengar suaranya.

       "Ada apa cha....", ? Dia bertanya.

        "Aku mau cerita soal Eka..., apakah salah menurut kamu jika ada gadis jatuh cinta padanya, aku rasa seperti hanya ingin memanfaatkan dirinya saja...", Icha mengutarakan perasaannya.

       "Semua itu, adalah isi hati kamu sendiri yang rasakan, bagaimana kalau kita bertemu di Pondok Indah Mall, tidak jauh dari rumahku soalnya.... , " Ingga mengusulkan padanya.

        "Kapan....", ? Icha bertanya.

        "Nanti sore bisa, jam lima....", jawaban Ingga diakhiri dirinya menutup teleponnya.
Icha juga menutup teleponnya, dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk merapikan permainannya.

       Dalam waktu yang bersamaan, Eka sedang berjalan - jalan di sekitar rumahnya, dan pada saat itu, dia melihat adanya sebuah toko yang menerima untuk menjadi tukang bersih - bersih di toko tersebut, bagi Eka dalam kehidupan yang saat ini sedang di jalaninya, dia akan bekerja apa saja, meskipun dia masih anak SMA kelas satu, Eka berlari kecil ke toko tersebut dan bertanya kepada orang yang ada disana.

       "Maaf yang dipajang di etalase tersebut, jika benar saya mau melamar tapi saya masih SMA kelas satu, dan umur saya masih lima belas tahun....", Eka berkata dengan amat menggebu - gebu.

          "Lebih baik kamu sekolah saja sampai lulus...", seorang pria disana, menasehati dirinya, dan Eka menggeleng dengan keras.

        "Keluarga kami butuh biaya, dan saya membutuhkan hal itu, untuk keluarga, saya mohon....", Eka meminta dengan sangat tulus, entah kenapa pria tersebut yang menjadi manager di toko itu, akhirnya merasa iba kepada Eka dan memberikan pekerjaan itu kepadanya.

    Pada malam harinya...

Eka menceritakan hal itu kepada Yanti, dan sejujurnya, karena dampak masalah keluarga tersebut membuat Diki yang biasanya ceria, sekarang tidak lagi seceria dulu, anak itu masoh belum tahu apa - apa, dia kadang sering menangis, karena ingin mencari Nano yang entah pergi kemana, namun Eka dan Yanti selalu melarangnya, dengan alasan dia sudah tidak peduli lagi terhadap anak dan istri, lalu hidup harus terus berjalan.

       "Jadi kamu bekerja sambil, sekolah tapi kamu masih SMA ka..., sebenarnya ibu berpikir untuk berjualan di pasar....", Yanti menyahut pembicaraan Eka, dia langsung memegang tangan  Yanti dengan erat.

          "Percayalah padaku, ini semua untuk kalian....", ! Tegas Eka.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang