Rasa rindu yang melelap perasaan Eka, semakin membuncah di hati, dan kerinduan itu akhirnya membawanya dia sejenak untuk menemui Yanti dan Diki, di kampung, sekarang tingkah anak itu sudah lagi tidak seperti anak kecil, umurnya sudah dua belas tahun, walau masih menyisakan sedikit sifat kekanakannya juga, tapi dia juga bersikap dewasa.
Dengan hormat Diki mencium tangan Eka, lalu memberikan senyuman padanya.
"Kami rindu sekali dengan mas...", dia berkata sopan.
"Sudah besar rupanya kamu sekarang, memang bukan anak kecil lagi...", Eka mengelus rambut adiknya dan masuk ke dalam rumah.
Lalu dia mencari, Yanti ke dalam kamarnya, diapun yang sedang menyisir di depan cermin terkejut melihatnya dan langsung memeluk anaknya,
"Ibu merindukan kamu nak....", dia berkata dengan berkaca - kaca, dan Eka juga ikut berkaca - kaca sambil melepaskan pelukannya.
"Yah aku juga...", dia memegang pundak Yanti.
"Kalau begitu kita makan bersama yah, ibu masak sop dulu untuk kita semua, dan sambal juga.....", Yanti terdengar riang, sambil masuk ke dalam dapur, dan Eka masuk ke dalam kamarnya untuk melepaskan bajunya, rasanya dia juga sudah rindu pada kamar tersebut dipandanginya satu demi satu perabotan di dalamnya.
Pada saat itu Diki, masuk ke dalam kamarnya, lalu menghempaskan tubunya di ranjang dengan posisi telentang memandang plafon.
"Tanpa terasa, kita sekarang sudah sama - sama besar dan dewasa, aku juga bukan anak kecil lagi walau masih kelas satu SMP.....", Diki bercerita panjang lebar.
"Apa bapak, masih suka meneror kalian, untuk mencariku....", ? Eka bertanya.
"Aku tidak takut padanya, sungguh apapun yang terjadi....", Eka menambahkan kata - katanya.
"Ibu, mengerti tapi ibu merasa cemas aja....", Yanti masih berkata dengan anaknya tersebut.
"Oke...", Eka mengangguk kemudian Yanti keluar kamar Eka, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan rasanya Eka terserang rasa kantuk yang cepat waktunya.
Dia langsung membersihkan dirinya, untuk pergi tidur, sebelum memejamkan matanya, Eka tiba - tiba sejenak terbayang wajah Icha.
Dan pada saat yang bersamaan, Icha baru saja tidak bisa tidur, dia keluar dari kamarnya dan duduk di sofa ruang tamu kos, sambi, membayangkan jika Eka duduk di sebelahnya, apa yang di rasakannya entah kenapa selama bertahun - tahun dia sulit untuk mengungkapkannya bahkan punya rasa bersalah lebih dulu, jika pada akhirnya justru mengakibatkan penyesalan karena telah salah melakukannya dengan mudah sepertj dulu, walau memang benar - benar jatuh cinta dengan Eka."Eka, mungkin hanya aku yang mengenal kamu, walau ada satu yang aku sendiri juga baru mengetahuinya, rasanya aku tidak ingin kehilangan kamu untuk kedua kalinya...", dia berkata dari dalam hatinya.
Keesokan paginya....
Di kampus, Eka sedang menulis sesuatu sambil duduk di gedung teori, dan berpas - pasan dengan Icha yang sedang berjalan dengan Lina dan Ajeng mereka adalah teman satu jurusan dengan Icha.
"Apa yang kamu lakukan Eka...", ? Icha bertanya padanya.
"Jujur, aku merindukan puisi kamu yang dulu, apa kamu akan mengirimnya lagi....", ? Icha bertanya padanya.
"Ini kamu baca, aku mencoba mengirimnya ke suatu komunitas menulis, kamu tahu cita - citaku dari dulu menjadi seorang penulis, aku mendapat tawaran tersebut dari teman satu jurusanku...", Eka menjawab dengan bercerita menggebu - gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKA Proses Penerbitan
RomanceEka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Angga, dia terlahir sebagai sosok laki - laki yang berhati malaikat, Yanti dan Nano sangat mensyukuri adanya kelahiran Eka dirumah mereka, mesk...