Part 12 Lomba Baca Puisi

9 0 0
                                    

Pada akhirnya, Eka mengikuti lomba baca puisi tersebut dan Indah yang ikut menonton, dia sangat berharap jika Eka akan memenangkan lomba tersebut.

    Dan pada saat acara tersebut banyak sekali yang hadir, murid dari sekolah lainnya, bukan hanya yang menjadi penonton melainkan juga yang menjadi peserta, dan ada juga guru - huru yang mendampingi mereka, Indah yang duduk di tengah kerumunan, sebagai penontom tiba - tiba saja ada seorang siswi juga yang ingin mencari tempat duduk yang kosong, lalu melihat Indah ada disana

    "Maaf, saya tidak dapat tempat duduk....", dia mengungkapkan perasannya, dan orang yang duduk di sebelah Indah, langsung berdiri, untuk memberikan tempat duduk kepadanya, dan anak itu langsung duduk di sebelah Indah.

    "Siapa nama kamu", ? Indah bertanya.

    "Putri", dia memperkenalkan dirinya.

   "Indah", Indah juga memperkenalkan dirinya, dan tangannya menunjuk kearah anak laki - laki yang sedang duduk di kursi pinggir bagian sebelah kanan.

    "Kamu lihat dia Eka Dwi Angga, dia adalah sahabatku satu sekolah, dia sosok anak yang baik dan berhati malaikat....", Indah membanggakan temannya tersebut.

    Dari jauh, sebenarnya Eka mendengar hal itu, namun dia sedang berkonsentrasi pada lomba, maka Eka hanya diam saja.

   "Sepertinya dia orang yang istimewa buat kamu", Putri menanggapi sambil memperlihatkan cengiran di mulutnya.

    "Dia hanya sahabatku saja....", Indah terkekeh perlahan.

    "Tapi terus terang, kita jni sudah remaja, wajar saja jika perasaan itu pasti ada dalam diri kita, apalagi kita adalah seorang gadis", Putri berkata panjang lebar, dan Indah masih terkekeh perlahan, sampai pada akhirnya peserta mulai naik ke atas panggung,

     Mata gadis itu menatap kagum kepada mereka semua, namun ada satu yang juga di kagumi yaitu Eka sahabatnya, dan pada saat giliran dirinya yang naik ke atas panggung, Indah sangat berharap kalau dirinya akan menjadi juara satu.

    Dia memperlihatkan wajah, untuk memberikan semangat kepadanya, dan Eka sendiripun yang membacakan puisinya diatas panggung sangat menghayati, semua orang berbisik puisi karangannya sendiri itu, sangat berbeda dengan yang lainnya.

     Dan ada salah satu peserta yang juga mengeluh kepada teman yang duduk disebelahnya, melihat ada orang yang lebih bagus darinya.

     "Wes pasti kalah aku", meskipun dia berbisik Eka mendengar jelas, suara anak laki - laki tersebut, namun dia tetap bersikap tenang, sampai akhirnya dia turun kembali dari atas panggung dan menunggu hasil pengumuman.

Panitia penyelenggara, mulai naik ke atas panggung, dan mulai memberikan pengumumannya, Eka mulai mengusap telapak tangannya sendiri, jantungnya terasa berdetak sangat keras namun yang di dengarnya sangat tidak percaya dia menjadi pemenang utama juara satu.

Dan sontak Eka, meneteskan air mata dengan rasa bahagianya, dia yang pertama naik keatas panggung untuk menerima penghargaan.
 
  Dari sinilah mulai terlihat, dengan jelas, jika Eka benar - benar memiliki darah seni, dia duku waktu masih SD suka sekali membaca sampai kini, meskioun ada bakat menari juga karena keturunan keluarganya.

   Darah seni dari keluarganya yang mengalir dalam darahnya, lebih terlihat pada saat Eka mulai menjadi anak remaja berumur 12 tahun dan kelas 1 SMP, dan bukan hanya itu tetapi juga apa yang disukainya.

     Setelah pulang dari lomba, Eka memperlihatkan pialanya dengan gembira kepada Yanti dan Nano sambil bercerita dengan bahagia.

      "Aku menang juara satu, sebenarnya aku berpikir tidak harus jadi juara tidak apa - apa, asalkan berani mencoba", dia mulai menunjukkan sifat rendah hatinya

    "Sudah, itu namanya takdir Tuhan, kamu menjadi anak yang beruntung", Yanti memuji dirjnya, dan Eka hanya tersenyum, sebagai tanda apapun yang di perolehnya, dia tidak akan pernah menjadi sombong dan tetap rendah hati.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang