Shadow-1

2.3K 142 0
                                    

Purnama, menurut sebagian orang purnama adalah waktu bagi para mahluk mistis untuk keluar dari sarang persembunyiannya. Hal serupa berlaku untuk para mahluk dari klan Wara. Salah satu klan tua dari mahluk mistis yang paling terkenal di dunia, manusia serigala.

Daripada bersembunyi, para mahluk dari klan Wara memilih untuk bersosialisasi dengan manusia biasa. Keberadaan mereka pun menjadi legenda turun temurun yang antara dipercaya atau tidak oleh masyarakat.

Klan Wara berada di desa yang jauh dari perkotaan, Espion. Di kelilingi oleh gunung dan juga lebatnya hutan. Sepanjang tahun, desa tersebut juga dipenuhi oleh kabut dan hujan.

Hary Pranata adalah kepala klan yang cukup dihormati. Status klan Wara sebagai klan tertua juga cukup membantu para anggota klan terlindung dari perburuan klan lainnya. Meski beberapa klan tua lainnya menunggu kematian Hary agar bisa menaklukan klan Wara karena dianggap sebagai klan yang terlalu munafik. Klan yang memilih melindungi umat manusia ketimbang memburu mereka.

Hary dan beberapa tetua -orang yang dituakan dalam klan- tentu saja keinginan beberapa klan tetangga untuk memusnakan klan mereka. Maka dari itu, para generasi muda klan Wara selalu dilatih dan dididik menjadi penerus klan Wara sejati.

Andy, pemimpin kelompok manusia serigala usia muda berdiri di bawah purnama. Cahaya purnama menerangi kulitnya yang berwarna kecokelatan. Matanya menyapu sekeliling. Menatap tajam pada hamparan pohon yang menjulang tinggi.

Di belakangnya, ada setidaknya 6 orang dengan pandangan yang sama, menunggu perintah untuk bertindak.

"Malam ini purnama, kita harus menjaga wilayah kita dari para penyusup."

Seorang pria di belakangnya menyeringai. Pada hitungan ketiga, Andy berlari dengan begitu kencangnya, diikuti oleh 6 orang lainnya.

Mereka berlari di bawah terpaan sinar purnama. Hanya mengenakan celana pendek, tanpa alas kaki atau pelindung lainnya. Udara di Espion cukup dingin malam itu, meski hujan tidak turun.

Mereka berlari dan terus berlari. Mereka saling menyeringai satu sama lain. Tersenyum puas pada hal yang akan terjadi. Tanpa diduga sosok yang awalnya berwujud manusia berubah menjadi sosok binatang berkaki empat, dan berbulu lebat, serigala.

Satu diantara mereka menggaung, memecahkan keheningan hutan yang berjarak berkilo-kilo jauhnya dari pemukiman terdekat.

Mereka terdiam sesaat, kembali memandangi purnama. Geraman demi geraman terus mereka lakukan, seperti sahutan.

*****

Lampu dari sebuah rumah masih menyala. Rumah itu terbuat sepenuhnya dari kayu, seperti rumah sekitarnya. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, namun tampaknya sang pemilik rumah belum menunjukkan akan segera tertidur.

Seorang gadis muda mendongak ketika mendengar suara gaungan. Menghentikan kegiatan yang sedari tadi sibuk mengeluarkan barang dari kardus.

"Bunyi apa itu?" Tanya gadis muda yang bernama Lerina.

Seorang wanita paruh baya akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Lerina.

"Mungkin bunyi serigala."

"Apa masih ada serigala."

"Kita tidak lagi hidup di kota Leri." Sang ibu mengingatkan. Sejak empat yang lalu, Lerina bersama ibunya telah resmi menjadi warga baru Espion.

Kepindahan Lerina pun bukan tanpa alasan. Espion sudah menjadi tempat ke tiga yang mereka datangi sejak Lerina mulai terjebak dengan penggunaan amphetamin dan beberapa obat lainnya tanpa resep dokter.

Ayah serta adik Lerina sendiri berada di bermil-mil jauhnya dari mereka. Perceraian kedua orang tuanya menjadi alasan mengapa Lerina mulai berani mengonsumsi obat yang dapat membuatnya tenang tahun lalu.

Menurut sang ibu, Lerina membutuhkan tempat yang tenang seperti Espion. Meski sebenarnya, Espion tidak sepenuhnya tenang.

Mereka kembali melanjutkan pekerjaan menata barang ketika ponsel Lerina bergetar. Nomor tanpa nama memanggilnya. Lerina segera membalik ponselnya dan tidak menghiraukan sama sekali.

Giliran ponsel sang ibu yang berbunyi.

"Halo, Lerina?" Mata sang ibu mendadak menatap tajam ke arah Lerina, namun lagi-lagi tidak dihiraukan. Sang ibu akhirnya mengerti, jika Lerina dengan sengaja tidak mengangkat telepon dari ayahnya. Sudah beberapa bulan Lerina memutuskan untuk tidak mau bicara dengan ayahnya.

Sang ibu melanjutkan percakapan dengan mantan suami di luar kamar Lerina. Lagi-lagi mata Lerina menyapu hamparan pohon di depannya. Suara gaungan serigala kembali terdengar. Sesekali angin malam masuk ke kamar gadis itu. Hingga akhirnya dengan kasar Lerina menutup jendela.

Dia selalu berpindah walau sebenarnya kepindahannya tidak membawa pengaruh. Dia tetap akan menjadi gadis yang dikucilkan di sekoah barunya. Menjadi gadis tanpa seorang pun teman.

Lerina tidak keberatan, kenyataannya dia tidak membutuhkan teman. Baginya, menghabiskan waktu tanpa memiliki teman bukanlah hal yang sulit.

Pukul 11 malam, akhirnya Lerina baru bisa memejamkan mata. Suara gaungan yang sedari tadi dia dengar juga masih terdengar.
****

7 gerombolan serigala dengan ukuran yang tidak biasa berkumpul. Mereka menghadap rumah yang baru ditempati beberapa jam lalu. Memastikan jika penghuni barunya benar-benar manusia.

Mereka tidak benar-benar tahu takdir apa yang akan terjadi diantara 7 manusia serigala itu dan seorang gadis yang selalu bermasalah.

Dalam bahasa yang hanya mereka mengerti, sang pemimpin membawa mereka menjauh dari rumah dengan sorot lampu yang masih menyala.

Namun sebelum benar-benar pergi, serigala berbulu cokelat memandang rumah itu. Memastikan jika benar-benar tidak ada yang aneh dari rumah dengan cat berwarna putih yang sedari tadi mereka perhatikan.

Serigala cokelat menghabiskan waktu hampir 15 detik untuk memandangi rumah tadi hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali pada gerombolannya.

Para serigala berlari, dengan kecepatan tinggi seperti tengah beradu siapa yang paling cepat, sebenarnya berlari cepat merupakan satu dari sekian naluri yang mereka miliki.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang