Shadow-4

716 66 0
                                    

Berita mengenai ibu dan anak yang tersesat di hutan dengan cepatnya terdengar oleh Hary Pranata. Seorang yang cukup dihormati oleh penduduk Espion. Dia termasuk petinggi desa. Di hari Selasa sore, Hary dan anaknya Evans berkunjung ke rumah baru Lerina. Membawakan kue khas Espion, sebagai ucapan selamat datang di desa mereka.

Mereka juga bertetangga, sangat aneh jika mereka tidak saling menyapa. Hary akhirnya memutuskan untuk mengunjungi mereka terlebih dahulu.

"Hai," sapa Hary ketika menyaksikan Lerina membuka pintu untuk mereka. Kebetulan sang ibu sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Tidak lupa senyuman ramah khas penduduk Espion terukir di wajah Hary dan putranya. Lerina membalas sapaan Hary dengan wajah sedikit bingung.

"Siapa?" Teriak sang ibu.

"Hary Pranata," balas Hary, Lerina dengan jelas tidak mengenal mereka.

"Oh hai, Hary." Mitha menyalami tangan Hary dan Evans.

"Ini untuk kalian," Evans menyerahkan sepiring kue yang mereka bawa pada Mitha. Mitha menerima kue tersebut dengan senang hati.

"Terima kasih." 

Hary sendiri terduduk di kursi roda. Sementara Lerina menatap kedua kaki Hary, masih tampak utuh.

"Akibat kecelakaan," ucap Hary menyadari Lerina memperhatkan kakinya. Mitha segera menyikut lengan putrinya agar bersikap sedikit sopan.

"Masuklah, aku juga sedang menyiapkan makan malam, kalian bisa bergabung jika mau." Tawar Mitha.

"Tentu saja." Evans menjawab dengan senyuman.

"Masakan ibuku tidak terlalu enak," ujar Lerina kembali membuat ibunya kesal. Gadis itu sudah berjalan mendahului mereka ke tempat makan.

"Maafkan anakku, dia memang seperti itu."

Baik Hary dan Evans tidak menunjukkan keberatan atas sikap Lerina. Sebaliknya mereka menerima tawaran dari Mitha.

"Jika tidak merepotkan," sahut Hary.

"Tentu saja tidak."

Mitha menunjukkan jalan masuk ke ruang makan mereka. Untungnya Hary dan Evans menerima ajakan mereka.

Mitha kembali menyiapkan dua tempat untuk Hary dan Evans. Sementara Lerina sudah duduk di tempatnya. Diikuti Hary dan Evans.

"Silahkan makan, maaf jika tidak terlalu enak," ucap Mitha. Ini pertama kalinya bagi mereka menerima kunjungan makan malam. Untungnya makanan yang Mitha sediakan cukup meski tidak ada rencana jika mereka akan kedatangan tamu.

"Ini lebih baik dari masakan ayahku," gurau Evans mengenai ayahnya.

Giliran Hary yang bicara, ketika mereka sudah menyantap makan malam. "Aku ingin mengucapkan selamat datang di Espion, apa kalian nyaman?" Tanya Hary.

"Aku merasa nyaman, penduduk Espion sangat ramah pada kami." Balas Mitha.

"Sesekali datanglah ke perkumpulan, sekadar menyapa mereka."

Mitha segera sadar, jika dia belum menyapa warga desa sama sekali, padahal warga desa lainnya sudah berkunjung ke rumah mereka. Mitha tahu seharusnya dialah yang bersikap ramah pada penduduk desa karena dia pendatang baru.

"Maafkan kami, pembukaan toko baru membuatku cukup sibuk."

Hary menghentikan makannya, mempertemukan kedua tangan, terlihat cukup berwibawa.

"Kau membuka toko di pusat Espion?"

"Iya, datanglah mampir." Tawar Mitha pada Hary.

"Tentu saja, aku akan memberi tahu penduduk soal toko barumu. Mungkin Lerina bisa menggantikanmu datang ke perkumpulan." Seketika semua pandangan tertuju pada Lerina. Mitha tahu, jika anaknya akan menolak datang ke perkumpulan. Tapi gadis itu terlalu fokus pada makanannya hingga tidak terlalu menghiraukan tatapan orang padanya.

"Datanglah, perkumpulan diadakan Sabtu sore di rumahku." Lanjut Hary.

Makan malam berjalan sedikit aneh bagi Lerina, baru kali itu dia makan malam bersama orang yang tidak dikenalnya. Tapi dia sama sekali tidak ingin mempermasalahkannya. Gadis itu segera beranjak ke ruang tengah untuk menonton televisi, meninggalkan ibu dan kedua tamunya.

Selesai makan malam, Mitha dan Hary berbincang di ruang tamu sementara Evans memilih menyusul Lerina di ruang tengah.

"Kita pernah bertemu sebelumnya," ucap Evans pada Lerina, ketika mendekat pada gadis itu.

"Iya aku ingat, kau teman Toby yang mengangguku waktu itu."

Evans sedikit dengan respon Lerina, dia sama sekali tidak bermaksud untuk menganggu gadis itu, tapi tampaknya Lerina sudah terlanjur merasa terganggu.

"Kami tidak bermaksud menganggumu, begitu juga dengan Nats, kami hanya ingin membuatmu nyaman disini."

Lerina terdiam, memikirkan suatu hal. "Kau mau datang ke perkumpulan kan?" Lanjut Evans.

"Entahlah," jawab Lerina ketus.

Keduanya kemudian terdiam. Namun tidak lama, Evans mencoba membuat Lerina nyaman berada di tempat yang baru. Terlebih mereka bertetangga.

"Datanglah ke perkumpulan, warga desa akan menyambutmu dengan baik."

"Akan aku pikirkan."

Evans tersenyum, dia sama ramahnya dengan Hary dan warga desa lainnya.

Mereka kembali sama-sama diam. Menyaksikan tayangan televisi di depan mereka. Sesekali Evans memperhatikan Lerina dari samping, ingin bertanya banyak hal namun diurungkan. Takut Lerina mengira jika dia akan kembali menganggu. Dia akhirnya ikut diam.

Hary akhirnya memanggil Evans untuk membawanya pulang. Sebelum pukul 8, Hary dan Evans berpamitan pulang.

"Ku harap kau mau datang ke acara perkumpulan," ujar Hary lebih tertuju pada Lerina. Namun gadis itu sama sekali tidak merespon.

Mereka berjalan masuk ke arah pekarangan rumah. Meski bertetangga, nampaknya rumah keluarga Pranata membelakangi rumah Mitha dan Lerina.

"Ibu Evans sudah meninggal sejak 8 tahun lalu karena kecelakaan, alasan yang sama yang membuat Hary harus menggunakan kursi roda." Ujar Mitha lebih seperti bicara sendiri ketika ayah dan anak keluarga Pranata sudah pulang.

Lerina tidak menghiraukan ucapan ibunya. Gadis itu lebih memilih untuk masuk ke kamarnya. Mengerjakan tugas sekolah yang seharusnya dia kerjakan.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang