Mitha tidak bisa berhenti memandang foto tanpa ekspresi kelulusan Leri ketika SMP. Hanya foto itu yang dia miliki sebagai potret anaknya. Tangisnya tidak berhenti, sudah sejak kemarin Leri tidak pulang ke rumah. Geya maupun Nats masih berbaik hati dengan terus menemani Mitha.
"Apa Leri akan kembali?" Tanya Nats ketika dirinya dan Geya menyiapkan makanan untuk Mitha. Sejak kemarin juga, tidak ada sesuap makanan yang masuk ke mulut Mitha. Dià terlalu khawatir pada Leri dibandingkan harus memikirkan dirinya sendiri."Banyak orang yang mencarinya, dia pasti ketemu," balas Geya.
"Tapi tidak ada yang kembali dalam keadaan selamat setelah masuk ke hutan kecuali Andy dan kawanannya."
"Diamlah, kau tidak akan membantu dengan mengatakan itu."
Geya berhasil membuat Nats terdiam. Nats adalah gadis yang baik, hanya saja terkadang dia tidak tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam. Alasan itu juga yang membuat Andy tidak terlalu menyukainya.
Semangkuk bubur telah tersaji di meja depan Mitha duduk. Matanya sembap karena menangis semalaman. Air teh hangat buatan Geya juga belum tersentuh hingga air itu sudah mulai dingin.
"Makanlah, kau harus ada tenaga jika nanti Leri kembali," bujuk Geya.
"Aku sama sekali tidak lapar."
"Kau harus makan Tan, untuk Leri."
"Aku bahkan tidak tahu apa Leri sudah makan atau belum." Geya terdiam, dia juga tidak tahu apakah Leri sudah makan atau belum, bisa jadi Leri yang menjadi makanan para hewan buas di hutan, seperti kata Nats.
Mereka hanya tidak tahu, jika Leri benar-benar kecukupan makanan. Berbagai jenis makanan tersedia untuk dia. Hanya saja dia makan seperlunya saja. Memikirkan cara keluar dari kastil dalam keadaan utuh. Leri mengintai dari balik jendela, seorang gadis dibawa ke wilayah halaman depan kastil. Leri masih mengintai, hingga dia menyaksikan gadis itu di serbu setidaknya 5 manusia lainnya. Tampang mereka begitu mengerikan. Terdengar suara jeritan sebelum berganti dengan suara raungan. Darah berceceran kesana kemari. Leri sudah tidak sanggup lagi menyaksikannya. Mungkin maksud Nathan adalah seperti itu. Lututnya mendadak lemas hingga tubuhnya terduduk di lantai. Benar-benar mengerikan apa yang dia lihat.
Suara raungan serigala terdengar begitu dekat. Saling bersautan dan merasa puas. Leri sempat membayangkan jika Evans melakukan hal yang serupa. Mencabik-cabik manusia untuk dijadikan santapan. Tapi ada sedikit pertanyaan, dari sekian banyak waktu yang dia habiskan bersama Evan dan manusia serigala lainnya, dia tidak pernah sekalipun merasa terancam. Suara pintu terbuka cukup mengejutkan bagi Leri, tapi tidak lama. Nathan masuk dengan setelan yang cukup menawan setiap harinya. Setelan jas dengan tatanan rambut rapi. Nathan tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawakan sekantong ayam goreng di tanganya. Secara perlahan datang menghampiri Leri yang masih merunduk lemah karena ketakutan.
"Sudah ku bilang jangan membuka tirai jendela." Nathan menutup tirai. Pencahayaan menjadi sedikit redup. Dia kemudian beralih dengan menghampiri Leri, bertatapan dengannya. "Kau akan aman selama disini," ujarnya merapikan rambut Leri.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Aku menjagamu, kau tidak tahu berapa banyak hewan serupa di luar sana." Tatapan mata Nathan melunak. Tidak setajam seperti biasanya hingga akhirnya Leri berada di pelukan Nathan. Lututnya masih terasa lemas karena ketakutan. Jika Nathan adalah pria baik dari golongan manusia serigala, tidak menutup kemungkinan jika Evans sama baiknya.
Mungkin terlalu baik, hingga dia melupakan kegiatan makan dan minum demi mencari Leri. Dia bahkan tidak keluar dari hutan sejak kemarin. Terus mencari keberadaan gadis itu menggunakan wujud serigala dan sesekali menjadi manusia biasa. Dia mulai merasa jika mungkin saja Leri telah benar-benar memasuki wilayah klan Hitam. Jika memang Leri masih berada di Espion maka dia akan menemukan gadis itu. Setiap tempat di Espion sudah dijelajahi namun tidak ditemukan sama sekali. Jikapun Leri mati karena kedinginan atau kelaparan, mereka pasti sudah menemukan jasadnya. Meski hal tersebut sama sekali tidak diinginkan oleh siapapun.
Evan terus mencari, bagaimana pun dia harus menemukan Leri dengan segera tidak peduli apa caranya. Evans menatap bangunan tua yang menjulang di hadapannya. Bangunan yang begitu tertutup kabut. Suara raungan serigala terdengar dari sana.
"Kita tidak boleh melanggar perjanjian bagaimanapun caranya," ujar Andy datang entah sejak kapan.
"Bagaimana jika dia ada disana?"
"Itu sudah risiko Evan, kita tidak bisa melakukan apa-apa."
"Ini semua karena dia tahu soal kita."
"Semua sudah terjadi, tidak ada yang perlu disesalkan, ayo kita harus mengetahui perkembangan lainnya dari Billy." Andy membawa Evan datang ke pondokan Geya. Di sana sudah ada Billy.
"Bagaimana dengan pencariannya?" Tanya Evan ketika melihat Billy. Raut Billy menunjukkan jika semua tidak berjalan dengan baik.
"Kami belum menemukannya."
Mendadak semua orang merasa ngeri. Caleb maupun Toby saling memandang, menyaksikan wajah Evan terlihat tidak terlalu baik. Tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mengetahui keberadaan dari Leri meski semua orang sudah berusaha mencari. Kabar mengenai hilangnya si gadis pendatang baru pun segera tersebar di Espion. Tempat yang terlalu kecil untuk menyimpan sebuah rahasia. Apalagi jika sudah menyangkut tersesatnya seorang remaja di hutan yang mereka takuti.
"Maafkan aku, ini semua karenaku, seharusnya aku tidak mendekat padanya saat itu," ujar Hans mengingat bagaimana dia akhirnya mendapat 7 jahitan di kulit perutnya.
Evans sama sekali tidak memperdulikan ucapan Hans. Dia berlari masuk kembali hutan. Hujan sudah turun, mendadak menjadi begitu deras. Kaos tipis yang dikenakan Evans segera basah kuyup. Dalam sekejab dia sudah berubah menjadi serigala. Meraung dengan begitu lantang. Lebur dengan amarah yang dia rasakan. Ada rasa kecewa, sedih dan marah di dalam dirinya.
Masih di pondokan Geya, Diktan menepuk Hans yang terlihat sedih karena ucapannya tidak ditanggapi oleh Evans. "Semua ini tidak salahmu, tidak ada yang menyangka jika Leri akan membawa pisau."
"Kita sebaiknya ikut mencari, Evan benar-benar sedang kacau," sahut Caleb. Mereka berlima setuju. Dengan perasaan Evans yang sedang tidak menentu membuat ikatan mereka sedikit terganggu. Selain itu, Evan juga sudah terlalu banyak menjadi seekor serigala dibanding dengan menjadi manusia. Membuat kondisinya menjadi lebih kacau.
"Iya kau benar, jika Leri tidak segera ditemukan mungkin Evan akan tergabung dengan klan Hitam," sahut Toby membuat kepalanya harus dipukul oleh Caleb dan Diktan.
"Apa sebaiknya kita mencari ke kastil klan Hitam?" Tanya Andy pada Billy yang sejak tadi masih disana.
"Itu akan melanggar perjanjian, semua akan menjadi lebih kacau jika kalian melakukan itu."
"Sekarang pun sudah sangat kacau," sahut Caleb.
Selanjutnya, Andy memimpin para anggotanya untuk memasuki hutan. Kembali mencari keberadaan Leri meski mereka sendiri sudah merasa cukup lelah. Tinggal Hans bersama Billy di pondokan itu. Selama lukanya belum sembuh, Hans tidak bisa menjadi sosok serigala. Dia sedikit kecewa tidak bisa ikut membantu teman-temannya. Billy bangkit dari tempatnya duduk sambil meraih kunci mobil.
"Aku akan kembali ke hutan mencari Leri bersama petugas Bald," pamit Billy sudah berdiri membelakangi Hans. Tinggallah Hans sendiri di pondokan itu. Geya masih di rumah Mitha untuk menemaninya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
WerewolfSekumpulan mahluk mistis yang dianggap tidak ada ternyata memantau kehidupan manusia dari jauh. Sebagian dari mereka menjadi pelindung manusia, sebagian lainnya memburu manusia layaknya mangsa. Seorang gadis bernama Lerina menjadi saksi perburuan s...