Di bawah bulan purnama, suara raungan serigala adalah hal yang wajar bagi warga Espion. Sudah mendekati tengah malam. Raungan para serigala sudah tidak terelakkan. Mereka meraung dan terus meraung, hingga akhirnya berlari ke arah yang mereka inginkan.Para manusia serigala klan Wara belum juga menemukan solusi dari permasalahan mereka. Secara terang-terangan, Caleb dan Archer menolak untuk bergabung dengan Andy, berburu dengan melakukan kehendak mereka sendiri. Andy sudah tidak mempermasalahkan sikap Caleb dan Archer lagi pula dia hanya seorang pemimpin klan sementara. Sangat baik menurutnya jika Caleb dan Archer begitu menginginkan Evans sebagai pemimpin mereka. Tapi pria itu tidak bisa bohong jika dia sedikit nyaman dengan posisi yang telah ditinggalkan Hary untuknya meski hanya untuk sementara.
Tiga ekor serigala berdiri di bawah sinar purnama. Mereka meraung sebelum memutuskan untuk berlari. Menjauh dari bayang-bayang gelap hutan. Memasuki area hutan dengan penerangan lampu. Hanya Evans, Caleb dan Archer yang tengah menjadi manusia serigala. Sementara manusia serigala lainnya memilih waktu dinihari untuk memenuhi hasrat hewani mereka.
Di tempat Geya, seperti biasanya Leri menemani Evans dengan sabar. Baru kali ini Leri menemani Evans ke hutan di malam hari. Malam itu bulan purnama, Evans merasa nyaman menjadi sosok serigala pada saat itu. Suara raungan tetap membuat bulu kuduk Leri berdiri, meski salah satu serigala itu adalah kekasihnya.
Dalam sekejab ketiga serigala itu telah berubah menjadi tiga sosok manusia yang rupawan. Malam semakin larut, Evans memutuskan untuk mengantar Leri pulang ketimbang harus berbincang terlebih dahulu. Caleb dan Archer juga memutuskan langsung pulang tanpa mampir ke tempat Geya. Seakan menghindari kedatangan Andy dan yang lain. Ada rona kesedihan di wajah Geya. Di sembunyikan dibalik senyum manisnya untuk Leri dan Evans.
"Kurasa aku harus pulang, sudah terlalu malam, tolong sampaikan pada Andy jika aku sudah kemari." Evans menitip pesan pada Geya.
"Akan aku sampaikan."
"Aku pulang dulu." Giliran Leri yang berpamitan.
"Iya, sampai jumpa besok, Leri," sahut Geya.
Evans membukakan pintu mobil untuk Leri. Kursi yang tampaknya sudah menjadi tempat khusus untuk gadis itu. Di sampingnya, Evans masuk dan mulai menyalakan mesin mobil. Membawa mereka keluar dari halaman rumah Geya. Evans terlihat fokus dengan jalanan di depannya.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Leri membuka pembicaraan.
"Jika maksudmu adalah para anggota klan, maka jawabannya tidak."
"Kenapa?"
"Masih dalam perselisihan yang sama."
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Caleb dan Archer menolak perintah langsung dari Andy."
Leri memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaan. Tampaknya, dia tidak berhak ikut campur urusan para manusia serigala. Namun Evans sendiri yang memilih untuk menceritakannya pada Leri.
"Ada sedikit permasalahan diantara para anggota kelompok."
"Apa yang terjadi?"
Evans menggigit telunjuk jarinya, mengingat apa yang sedang terjadi pada para anggota kelompoknya. "Caleb dan Archer menolak perintah Andy secara langsung, mereka memutuskan komunikasi dengan Andy dan memilih terhubung denganku."
"Sebenarnya aku sedikit tidak mengerti."
Evans menatao mata sekilas, dia tidak menyalahkan Leri yang tidak mengerti dengan dunia lain yang dia punya. "Para serigala berkomunikasi dengan menggunakan semacam telepati, penyatuan pikiran antar anggota. Memutuskan komunikasi memiliki arti jika mereka tidak ingin berada di kelompok yang sama lagi."
"Kenapa Caleb dan Archer melakukan itu?"
"Dia kecewa dengan Andy, dan menginginkanku untuk menjadi pemimpin baru."
"Apa kau tidak menginginkannya?"
Lagi-lagi Evans memikirkan pertanyaan Leri, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan. "Itu bukan suatu yang bisa aku inginkan atau tidak, seperti kenyataan jika aku adalah manusia serigala."
"Aku yakin kamu pasti akan menjadi pemimpin yang hebat nantinya Evans."
Senyum manis tergambar di wajah Evans. Sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya. Pemandangan indah khas pegunungan juga sudah berganti, hanya ada gelap mengelilingi mereka. Lampu mobil membuat Leri bisa menyaksikan jalanan aspal di depan mereka. Sesekali menyorot ke arah pepohonan di sepanjang jalan.
"Apa ibumu tidak keberatan kau pulang malam?"
"Tidak, dia sama sekali tidak keberatan."
"Bagaimana dengan Qian? Apa dia merasa nyaman tinggal disini?"
"Entahlah, aku belum sempat berbincang dengannya. Dia sepertinya sudah mendapatkan teman. Malam ini, dia datang ke pesta ulang tahun temannya."
"Sepertinya semuanya berjalan baik untuknya."
Evans meraihkan tangannya pada Leri. Membuat gadis itu melingkarkan tangannya memeluk pria di sampingnya. Dinginnya malam terasa hingga ke dalam mobil. Leri merasa hatinya hangat karena begitu dekat dengan Evans. Sesekali Evans mengecup mesra kepala Leri yang bersandar di bahunya.
"Kau pernah bertemu dengan Nathan lagi?"
Leri segera menegakkan kepalanya setelah nama Nathan disebut. Entah apa yang terjadi, Evan secara tiba-tiba menanyakan sosok orang yang telah membunuh ayahnya. "Kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu, apa dia masih mengganggumu."
Mata Leri menatap Evans lekat-lekat. Merasa jika Evans sedang merasa khawatir padanya. "Tidak, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi."
Mereka kembali fokus pada jalanan. Mulai memasuki pekarangan rumah Leri. Mereka tidak sendiri, mobil Mitha juga mulai melaju dari arah belakang. Evans memutuskan untuk turun dari mobil sekadar menyapa Mitha. Bersamaan keluarnya Mitha dari dalam mobil, Qian juga muncul.
"Malam tante," sapa Evans.
"Ah Evans, kalian juga baru pulang?"
"Kami baru kembali dari pondokan Geya," sahut Leri.
"Kukira kalian pergi berkencan."
"Bukan urusanmu, bagaimana dengan pestanya?"
"Luar biasa," sahut Qian dengan semangat.
Mitha akhirnya ikut bergabung pada percakapan ketiga anak muda itu. "Apa kau mau mampir dulu Evans?" Tawar Mitha.
"Tidak tante, sudah malam, sebaiknya aku langsung pulang, paman Billy pasti sudah menungguku."
"Kalau begitu tante masuk dulu, sampaikan salam tante pada Bill."
"Iya Tante."
Mitha menepuk pundak Evans sebelum masuk ke dalam rumah. Di ambang pintu, Mitha kembali berbicara, "kalian berdua juga harus cepat tidur," Mitha memperingatkan.
"Ya mam," ujar Qian dan Leri secara bersamaan. Qian masuk ke rumah terlebih dahulu sementara Leri memilih tinggal di luar, berbincang dengan Evans sebentar.
"Masuklah dan cepat tidur." Evans merapikan rambut Leri, meletakkan helai demi helai rambutnya ke belakang telinga Leri. Angin mulai menerpa mereka, menggerakkan daun-daun dari pohon Mahoni. Rasa dingin mulai menjalari tiap pori tubuh. Raungan serigala telah terdengar. Tampaknya, Andy dan beberapa serigala lainnya sudah mulai menjalani kegiatan malam mereka.
Suara jejak langkah kaki memudarkan konsentrasi Evans. Ada setidaknya tiga ekor serigala mendekat ke arah mereka. Keluar dari semak belukar dari arah berlawanan dengan Leri dan Evans berada. Evans sudah dapat menduga siapa mereka. Andy, Diktan dan Hans. Evans sempat menggelengkan kepala karena mereka telah muncul di depan Leri meski Leri tahu mereka adalah manusia serigala.
"Apa yang terjadi?" Bisik Leri.
"Sepertinya ada suatu hal yang aku urus."
Evans pergi bersama para tiga serigala itu. Memasuki hutan dari tempat para serigala muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Manusia SerigalaSekumpulan mahluk mistis yang dianggap tidak ada ternyata memantau kehidupan manusia dari jauh. Sebagian dari mereka menjadi pelindung manusia, sebagian lainnya memburu manusia layaknya mangsa. Seorang gadis bernama Lerina menjadi saksi perburuan s...