Kabar mengenai sakitnya Leri terdengar hingga ke telinga para penduduk Espion tidak terkecuali Geya. Hari ketiga sejak Leri sakit, Geya berkunjung pagi ke rumah keluarga Widiastuti. Membawakan satu panci sup. Mitha merasakan tubuhnya kesakitan karena harus tidur beberapa jam. Dia cukup sering terbangun karena harus mendengar Leri mengigau. Demam membuat Leri terus mengigau. Yang tidak habis dipikir Mitha, putrinya mengumpat ketika sedang mengigau.
Mitha membuka pintu rumah karena sejak tadi diketuk oleh seseorang. Seorang gadis, dengan rambut panjang dan berbadan tinggi ada di depan pintu. Ditangannya, memegang panci.
"Aku Geya, teman Leri, aku dengar Leri sedang sakit, aku membawakan sup untuk kalian," ucap Geya memperkenalkan diri.
"Oh kau baik sekali Geya."
Mitha segera menerima sup tersebut dan mempersilahkan Gta untuk masuk. "Leri ada di kamarnya," tunjuk Mitha pada kamar di atas. Dengan segera, Geya berjalan menuju tempat yang ditunjuk.
Leri terlihat lebih baik dari sebelumnya. Meski masih berbaring di atas kasur. Melihat kedatangan Geya, Leri tersenyum.
"Bagaimana kabarmu?"
"Seperti yang kau lihat. Bagaimana kau tahu aku sakit?"
"Kemarin, Evans tidak ke kabin, Andy bertanya-tanya kenapa dia tidak datang, katanya dia menunggui kamu sakit." Geya tersenyum. Tidak ada maksud lain dari senyumannya. "Sepertinya ada suatu yang istimewa diantara kalian."
Ucapan Geya mengingatkan Leri pada apa yang dia dan Evans lakukan di dalam mobil. Tepat sebelum dia masuk ke dalam rumah kemarin. Geya duduk di samping Leri sambil memeriksa keningnya. Suhu tubuh gadis itu sudah turun dari sebelumnya. Mitha masuk, tidak lama kemudian. Membawakan makanan yang telah dibawa oleh Geya.
"Geya membuat sup untukmu," ucap Mitha duduk di samping kasur, tempat Leri berbaring. "Sepertinya kau sudah lebih baik."
"Aku senang banyak orang yang perhatian pada Leri disini." Ucapan Mitha lebih tertuju pada Geya.
"Karena kami semua berteman."
"Mama bisa meninggalkanku jika ingin," ucap Leri. Dia merasa ibunya sedikit khawatir tidak membuka toko dalam beberapa hari. Karena harus menjaga Leri sejak kemarin. Toko itu telah menjadi satu-satunya sumber penghasilan mereka. Tidak mudah untuk menjadi seorang single parent, terlebih anak perempuan. Untungnya, Leri tidak banyak menuntut seperti gadis pada umumnya, yang banyak mengikuti tren zaman.
"Iya tante, Anda bisa pergi, saya akan menjaga Leri untuk Anda," Geya menimpali.
"Oh kau baik sekali Geya, baiklah aku akan ke toko sebentar, aku akan kembali sebelum sore."
"Tentu saja."
Mitha benar-benar pergi setelah berpamitan dengan Leri dan Geya. Leri sendiri tidak benar-benar berniat membuat Geya menjaganya. Tapi sepertinya Geya tidak merasa keberatan sama sekali. Leri juga sudah bisa beranjak dari tempat tidur, meski wajahnya masih sedikit pucat. Mereka berdua telah berada di dapur. Seperti biasanya Geya sibuk memasak sementara Leri duduk di sofa ruang tengah. Jarak antara dapur dan ruang tengah tidaklah jauh, malah bisa dikatakan berdampingan.
Ada tamu lainnya, selain Geya. Suara pintu diketuk terdengar oleh mereka. "Siapa itu?" Guman Geya.
"Biar aku saja yang buka."
Leri berjalan menuju ruang tamu tempat pintu rumahnya diketuk. Ketika dibuka, seorang pria telah berdiri di depannya, Evans.
"Kau sudah lebih baik?"
"Iya, masuklah."
Evans mengikuti kemana Leri membawanya. Ke ruang tengah, tempat dia dan Geya berbincang sejak tadi.
"Kenapa kau ada disini?" Geya cukup terkejut melihat kehadiran Evans. Suatu hal yang dirasa aneh oleh Leri.
"Apakah dia tidak seharusnya disini?"
"Bukan begitu, hanya saja dia punya janji dengan Andy."
"Andy akan pergi tanpaku."
Mata Geya berubah, wajah ramahnya berubah menjadi wajah seorang ibu yang khawatir dengan keadaan anaknya. Mereka saling bertatapan, membuat Leri semakin kebingungan dengan ekspresi yang ditunjukkan.
"Pergi kemana?"
"Ada urusan yang harus mereka kerjakan."
Leri masih tidak mengerti meski sedang mendengarkan jawaban dari dua orang sekaligus. Urusan apa yang harus mereka kerjakan? Bunyi peringatan dari oven mengalihkan perhatian mereka bertiga. Kue yang sedang dipanggang Geya telah selesai dibuat.
"Kau tetap harus ke kabin Evans, Andy dan yang lain pasti menunggumu."
"Mereka akan baik-baik saja tanpaku."
"Lalu apakah kau akan baik-baik saja?"
"Sebenarnya apa yang kalian lakukan di hutan?" Tanya Leri mengalihkan percakapan Geya dan Evans.
"Mereka melakukan tugas menjaga hutan."
"Menjaga hutan? Bukannya ada polisi hutan."
"Jumlah tidak cukup untuk mengawasi hutan," sambung Evans.
"Kalian mengawasi hutan dari apa?"
"Dari para orang yang ingin merusak hutan," kilahnya.
"Lalu bagaimana dengan keberadaan serigala?"
"Percayalah Leri, ada yang lebih menakutkan daripada serigala," Evans menatap tajam pada Leri. "Selain itu, kami sudah hafal kapan serigala itu akan muncul dan jalur yang dilaluinya."
Di sampingnya, Geya hanya bisa menatap Evans dengan entah pemikiran apa. Sepertinya hal yang tidak perlu diketahui oleh Leri. Mereka akhirnya berdamai, menyepakati suatu hal dalam diam mereka. Geya memberikan kue yang dia buat untuk Evans juga. Meski ada tatapan yang dianggap Leri aneh diberikan Geya pada Evans.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Manusia SerigalaSekumpulan mahluk mistis yang dianggap tidak ada ternyata memantau kehidupan manusia dari jauh. Sebagian dari mereka menjadi pelindung manusia, sebagian lainnya memburu manusia layaknya mangsa. Seorang gadis bernama Lerina menjadi saksi perburuan s...