Tidak ada yang bisa kupercaya di dunia ini, termasuk dirimu.
Leri terus berlari. Darah melumuri tangannya. Suara raungan serigala lain semakin terdengar. Dia tidak tahu arah yang dituju, semua tampak sama. Lagi-lagi sesuatu muncul dari semak belakang Leri. Membuat gadis itu terjatuh karena terkejut. Sepasang tangan diulurkan untuk membantunya. Nathan, pemilik kedua tangan itu.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya memastikan Leri baik-baik saja. Meski darah membekas di tangan kanannya.
"Nathan?"
Nathan berdiri tegap, uluran tangannya tidak cepat diterima oleh Leri.
"Iya itu namaku, jika aku tidak salah ingat."
Bau darah yang membekas di tangan Leri seharusnya tidak mengusik Nathan. Pria itu tahu darimana darah itu berasal, dari manusia serigala sepertinya. Bukan dari Leri.
"Kenapa kau ada disini?" Tanya Leri
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada disini"
"Aku tersesat."
"Tanganmu berlumuran darah."
Leri memperhatikan tangannya, darah itu cukup mengusiknya. "Bukan darahku."
Terasa ada kunang-kunang terbang di kepala Leri. Dia begitu lapar dan kedinginan hingga akhirnya dia merasa lemas dan lunglai. Dalam waktu tidak sampai 3 menit, Leri sudah terjatuh di pelukan Nathan. Gadis itu sama sekali tidak tahu siapa Nathan sebenarnya. Masalahnya, Nathan bahkan lebih berbahaya dari Evans.
Benar saja, Nathan membawa Leri ke kastilnya. Tempat terburuk dari tempat paling buruk di dunia. Tidak ada yang tahu apa yang Nathan pikirkan dengan membawa Leri ke sarang para pemangsa yang haus darah. Leri sudah terbaring di tempat tidur berwarna merah bata. Di dinding, terpampang potret Nathan mengenakan setelan jas dan kemeja, membuatnya terlihat begitu berwibawa hingga tidak ada yang tahu dimana dia menyembunyikan cakar dan taringnya.
Keberadaan Leri di kastil membuat para serigala lainnya terusik. Sandra, seorang manusia serigala sekaligus sepupu Nathan masuk ke kamar Nathan tanpa diduga. Meloncat dan hampir menerjang Leri di tempat tidur. Jika Nathan tidak segera mencegahnya, mungkin tubuh Leri sudah tercabik-cabik."Dia bersamaku, kau tidak boleh menyentuhnya." Nathan memperingatkan.
"Terdengar dia bukan sekadar manusia."
Nathan melirik Leri. Gadis itu tertidur dengan begitu lelap. Selanjutnya yang harus dipikirkan oleh Nathan adalah membuat manusia serigala lainnya tidak terusik dengan keberadaan Leri hingga berniat menjadikan gadis itu santapan makan malam. Setidaknya, Nathan adalah pemimpin dari klan Hitam. Mungkin dapat membuat manusia serigala lainnya tidak berani menyentuh Leri.
Di sisi lain, Hans sudah berada di rumah sakit. Lukanya tidak terlalu parah, hanya sebuah goresan. Mitha segera menemui Hans dan beberapa orang lainnya di rumah sakit. Kebetulan Bill dan Hary berada di sana. Hary memberitahu Mitha jika Leri berada di hutan, sementara Hans yang tengah mencarinya secara tidak sengaja terluka. Tidak ada yang ingin mengatakan sejujurnya apa yang telah terjadi di hutan.
Andy, Evans dan Caleb menyusuri hutan, mencari jejak keberadaan Leri. Tapi mereka tidak menemukan gadis itu. Mereka terhenti di wilayah perbatasan. Mereka khawatir jika Leri secara tidak sengaja masuk ke wilayah klan Hitam. Ada perasaan menyesal yang dirasa Evans, seharusnya dia mengikuti kata sang ayah dengan tidak mendekati Leri, mungkin saja saat ini Leri masih baik-baik saja. Tidak tersesat di hutan yang dingin atau bahkan menjadi incaran para manusia serigala dari klan Hitam.
Mitha sudah pulang ke rumahnya. Dia tidak sendiri, kabar mengenai Leri yang tersesat di hutan segera diketahui banyak warga. Geya dan Nats sebagai dua orang yang mengenal Leri tinggal di rumah Mitha untuk menemani sang ibu. Mitha cukup terpukul mendengar Leri dikabarnya tersesat di hutan. Hutan terkenal cukup berbahaya, banyak hewan buas berkeliaran disana. Bahkan beberapa hewan buas pernah membuat rumahnya berantakan beberapa hari yang lalu.
"Apa Leri pernah mengatakan suatu hal kepadamu?" Tanya Bill kepada Mitha. Selain para manusia serigala, para polisi hutan ikut mencari keberadaan Leri.
"Dia mengatakan ingin pindah dari sini, katanya dia pernah melihat serigala, aku tidak menyangka jika dia akan tersesat di hutan."
Hampir petang, matahari juga sudah mulai beranjak meninggalkan mega di angkasa. Di waktu yang bersamaan, Leri terbangun di suatu kamar. Penuh dengan warna merah bata. Sebuah gambar dari sang pemilik dan rak yang penuh dengan buku.
"Dimana aku?" Gumannya. Gadis itu beranjak dan mencoba membuka pintu kamar dengan sedikit tenaga yang ada. Tali sekeras apapun dia mencoba, gadis itu tetap saja tidak bisa membukanya. Dia pun berakhir dengan harus menunggu. Berharap sang pemilik kamar yang dikenalnya segera membukakan pintu.
Tidak lama kemudian, sang pemilik kamar datang, membawakan setumpuk roti dan minuman bersoda.
"Aku harus keluar dari sini," ucap Leri.
"Itu akan sedikit sulit."
"Kenapa?"
"Ada banyak manusia serigala di luar."
Leri berjalan mundur hingga tubuhnya terbentur tembok. "Apa kau salah satunya?" Tanya Leri setengah ketakutan.
"Ku rasa pacarmu juga, dan sepertinya kau baru saja melukai seorang manusia serigala."
Nathan menggigit apelnya, mendekat pada Leri yang sudah terpojok. Terus mendekat hingga menyisakan jarak yang tinggal sejengkal. Tidak hanya mendekat, Nathan juga mengintimidasi Leri dengan tatapan matanya, begitu tajam. Sesuatu yang pernah membuat Leri terpesona, namun kini justru ketakutan. Nathan dapat mendengar nafas gadis di depannya tersengal sambil membuang muka.
"Aku tetap harus pergi dari sini," ucap Leri.
"Pergilah, jika kamu bisa, tapi kamu harus ingat tempat paling aman adalah disini," Nathan memperingatkan. Namun peringatan itu tidak diindahkan Leri sama sekali. Dia bergegas lari ketika Nathan mundur satu langkah dari hadapannya.
Leri berlari, keluat tempat yang sama sekali tidak dikenalinya. Dia juga harus menuruni tangga dan tiba di ruangan yang cukup besar. Ruangan itu memiliki dua pintu kayu berukuran besar. Pintu-pintu itu berbunyi ketika di buka. Di luar hanya ada kabut, begitu pekat dan gelap. Malam sudah menjelang. Suara raungan serigala membuat Leri semakin ketakutan.
Kedatangan Leri tampaknya tidak disia-siakan para manusia serigala lainnya. Setidaknya ada 3 manusia mendatanginya. "Kau tampaknya tersesat gadis kecil," ucap salah seorang wanita diantara mereka.
"Siapa kalian?" Tanya Leri. Mereka semakin mendekat pada gadis itu.
"Bermainlah dengan kami," ucap yang lain.
"Jangan membuat dia takut Mona." Seorang laki-laki berukuran besar memperingatkan. Mereka tidak takut, namun justru tertawa.
"Kau sangat cantik manis." Mereka mulai berani menyentuh rambut Leri. Membuat gadi itu mundur sedikit demi sedikit.
"Kau juga sangat berani telah datang sendiri."
Mereka semakin agresif. Berjalan mendekati Leri. Mempermainkan rambutnya dengan begitu nakal. Tapi itu semua tidak bertahan lama, seseorang segera menarik bahu Leri."Dia bersamaku." Leri menoleh pada sosok yang merangkulnya, Nathan. Dia menarik Leri kembali masuk ke kastil dan sebuah kamar yang sudah pernah dia masuki.
"Aku jamin kau tidak akan bisa pulang dalam keadaan hidup dari sini, mereka akan menjadikanmu santapan makan malam." Nathan terlihat marah. Matanya begitu merah dengan pupil hitam pekat.
"Lalu bagaimana aku bisa keluar dari sini?"
"Tidak ada," ucap Nathan tegas.
Seharusnya Leri bisa keluar dengan aman dari wilayah klan Hitam jika Nathan mau sedikit membantunya. Hanya saja, Nathan memang sengaja membawa Leri ke kastilnya. Kedekatan Leri dengan Evans tidak menjadi alasan utama. Ada alasan lainnya yang tidak diungkapkan Nathan.
"Lalu apakah kau akan menjadikanku santapanmu?" Tanya Leri.
"Bukan santapan," balas Nathan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
WerewolfSekumpulan mahluk mistis yang dianggap tidak ada ternyata memantau kehidupan manusia dari jauh. Sebagian dari mereka menjadi pelindung manusia, sebagian lainnya memburu manusia layaknya mangsa. Seorang gadis bernama Lerina menjadi saksi perburuan s...