Shadow-2

1K 93 0
                                    

Mereka tidak lemah, tapi mereka memutuskan untuk hidup dibawah bayang-bayang malam. Tetap bersembunyi di tempat tergelap. Semua itu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan mengenai keberadaan mereka. Meski tidak sedikit yang menginginkan manusia serigala menjadi mahluk yang seharusnya ditakuti, bukan manusia yang hakikatnya adalah mahluk yang lemah. Sebagai mahluk yang menganggap dirinya kuat, manusia serigala harus tetap menjaga keseimbangan serta ketenangan dunia, utamanya para manusia. Karena manusia bisa berubah menjadi mahluk yang lebih mengerikan dari manusia serigala.
-Buku Panduan Klan Wara halaman 78

Seorang pria muda berlari di dekat Lerina. Gadis itu baru saja berjalan keluar dari gedung sekolah. Tempat barunya melanjutkan pendidikan SMA. Pria itu berlari kecil di dekat Lerina.

"Siapa namamu?" Tanya pria yang bernama Toby itu.

"Lerina," jawab Lerina. Hanya dengan sedikit menolehkan kepalanya pada Toby.

"Namanya Lerina." Toby berkata pada 3 pria yang duduk di pagar tidak jauh dari mereka, sambil berlari menyusul mereka.

"Hai Lerina," sapa salah satu anak laki-laki yang duduk di pagar. Diantara mereka berempat hanya Toby yang mengenakan seragam sekolah seperti yang dikenakan Lerina. Sementara 3 lainnya mengenakan hoodie dan celana jeans. Terlihat jelas jika mereka bukan murid SMA yang sama dengan Lerina.

Lerina diam, tidak membalas sapaan mereka. Dia lebih memilih segera pergi dari tempat itu. Kepalanya menunduk, risih karena merasa sedang diganggu.

Pukul 2 siang di rumah Lerina, seorang gadis datang. Mitha, ibu Lerina membukakan pintu.  Di depannya berdiri seorang gadis berambut sebahu. Gadis itu tersenyum ramah pada Mitha, seperti warga desa lainnya.

"Siang, aku Nats, salah seorang penduduk desa ini." Gadis itu memperkenalkan diri sebelum diminta.

"Hai Nats, ada apa?" Balas Mitha tidak ingin kalah ramahnya dengan Nats.

"Aku dengar kalian baru pindah kemari."

"Iya, kami baru pindah kemarin."

Mitha menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Nats. Tidak lama gadis itu kemudian menyampaikan apa yang ingin dia katakan.

"Sebenarnya Hary menyuruhku untuk menyapa kau dan anak perempuanmu, siapa tahu dia ingin berteman dengan pemuda disini," ucap Nats ragu.

"Oh kau baik sekali Nats, aku akan memanggilkan Lerina, tapi jangan marah, dia sedikit pendiam." Mitha memperingatkan Nats soal Lerina. Sebenarnya, Lerina tidak sedikit pendiam, namun bisa dikatakan dia sangat diam. Dari yang diingat Mitha, Lerina tidak pernah memiliki teman.

"Lerina, kesinilah, ada seorang yang ingin menyapa," panggil sang ibu.

Lerina segera meletakkan buku yang sedang dia baca di meja kamar ketika sang ibu memanggil.

"Sebentar ya Nats," izin Mitha dibalas kembali dengan senyuman oleh Nats.

"Leri!"

Lerina pun menampakkan wajahnya setelah sang ibu memanggil. Dilihatnya seorang gadis berdiri di depan pintu rumah mereka, bersama dengan ibu mereka.

"Kenalkan ini Nats, gadis sini." Ucap Mitha ketika Lerina sudah mendekat pada mereka.

"Hai aku Nats," Nats mengulurkan tangannya untuk dijabat Lerina. Lerina membalas meski tanpa ekspresi.

"Lerina."

"Kau ingin berkeliling desa?" Tanya Nats pada Lerina. "Aku akan memperkenalkanmu pada beberapa orang disini."

"Oh kau baik sekali," puji Mitha. Untuk beberapa saat Mitha lupa bagaimana sikap anaknya sebenarnya. Dia terlalu senang ada seorang gadis cantik berbaik hati mengajak Lerina berteman.

"Kau teman Toby?" Lerina balik bertanya.

"Iya, dia pemuda disini juga, kita satu sekolah."

"Kalian satu sekolah?" Mitha kembali bertanya. Dia terlihat menginginkan pertemanan anaknya dengan warga sekitar berjalan dengan baik. 

"Iya, tapi aku ada ditingkat tiga," balas Nats dengan lemah lembutnya.

"Oh kau senior Lerina."

Nats kemudian menatap Lerina, menunggu jawaban dari tawarannya.

"Mungkin lain kali, sebenarnya sekarang aku ingin istirahat, aku merasa sangat lelah sekarang," ucap Lerina kembali. Mitha tidak terkejut dengan jawaban putrinya, namun setidaknya Lerina tahu cara menolak dengan halus.

Nats mengangguk sebagai tanda mengerti. Dia kemudian memilih untuk pergi dengan berpamitan pada Mitha dan Lerina. Dia sama sekali tidak marah meski telah kebaikannya sudah ditolak oleh Lerina. Mungkin Lerina benar-benar merasa lelah. Tidak heran karena dia baru saja pindah.

"Baiklah, mungkin lain kali. Kalau begitu aku pulang dulu."

"Mainlah kesini lain kali," tawar Mitha sebagai balasan keramahan Nats.

"Tentu saja," balasnya.

Nats segera beranjak pergi dari rumah Mitha. Di pintu, Mitha mengamati Nats yang telah pergi menggunakan sepedanya.

Lerina sendiri sudah kembali ke kamarnya. Marah pada Lerina karena telah menolak kebaikan hati Nats juga percuma. Yang ada mungkin Lerina yang akan merasa kesal jika dimarahi.

Lerina telah berdiri di depan jendelanya. Menatap ke arah luar. Tepat di seberang rumah mereka, terdapat bangunan berwarna merah seperti sebuah gudang penyimpanan milik keluarga Hary Pranata. Terdapat juga rumah keluarga Pranata tidak jauh dari bangunan itu, hanya saja, dari rumah Lerina bangunan seperti gudang itu terlihat lebih jelas dibanding rumah keluarga Pranata.

Lerina menatap bangunan itu dari jendela kamarnya. Seakan mengintai, siapa tetangga mereka. Namun tampaknya Lerina kembali tidak berniat memiliki teman dari tempat yang baru dia tinggali.

Mitha sudah pamit sejak sejam lalu, ada urusan yang harus dia urus di pusat desa di Espion. Wanita itu baru saja membeli sebuah bangunan di pusat desa untuk dijadikan tempat usaha. Rencananya, Mitha akan merubahnya menjadi toko modern. Lerina berdiam diri di kamarnya. Dia memilih memantau keadaan sekitar ketimbang harus ikut ibunya. Masih ada waktu untuk melihat Espion sebenarnya.

Secara otomatis Lerina berada di rumah sendiri. Tidak banyak yang bisa dia lakukan. Dia memutuskan kembali buku yang tadi sempat tertunda karena kedatangan gadia bernama Nats. Perhatiannya pada bangunan milik keluarga Pranata juga sudah dialihkan. Tidak ada gunanya memperhatikan bangunan berwarna merah itu.

Lusa, mereka juga berencana untuk berjalan-jalan memasuki hutan. Seperti naik gunung, bedanya mereka ingin naik perbukitan di Espion karena tidak berani naik gunung yang sesungguhnya. Sebagai ganti karena Mitha sering meninggalkan Lerina sendiri sejak mereka pindah. Meski sebenarnya Lerina sendiri tidak terlalu antusias dengan perjalanan yang dijanjikan sang ibu.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang