Shadow - 31

167 22 0
                                    

Rabu sore menjadi hari yang cukup cerah untuk berkunjung. Dua orang sekaligus berkunjung ke rumah Leri. Awalnya hanya Geya, Nats menyusul sesudahnya. Ingin bercerita banyak hal pada Geya dan Leri. Apalagi jika bukan karena Caleb. Nats beranggapan jika sudah saatnya dia berhenti mendengarkan semua rayuan Caleb yang hanya manis di mulut tapi pahit di hati. Nats datang dengan wajah datar, tanpa keceriaan seperti biasanya.

"Aku memutuskan untuk berkencan dengan seseorang," ujarnya.

"Kenapa tiba-tiba kamu memutuskan berkencan?" Geya yang tengah sibuk membuat teh menyahut.

"Kurasa Caleb tidak pernah serius padaku."

"Caleb? Kamu benar-benar menyukainya?" Leri terperangah, tidak mengira jika Nats benar-benar menyukai Caleb.

"Entahlah."

"Siapa laki-laki yang berkencan denganmu sekarang?" Tanya Geya sambil memnawa tiga gelas teh yang telah dia buat.

"Namanya Daniel, dia temanku."

Nats menyesap minuman buatan Geya. Cukup tepat dinikmati di sore hari dengan udara dingin khas musim panas. Bahkan Nats sekaligus pun tahu jika apapun yang dibuat Geya selalu enak. Geya seperti memiliki tangan ajaib pada semua masakannya.

"Dimana ibumu?" Nats menyadari jika rumah Leri terlihat begitu sepi.

"Di toko."

"Ibumu tidak libur?"

"Kenapa harus libur?" Tanya Leri kembali. 

"Lalu dimana adikmu, bukannya adikmu sudah mulai pindah ke sini?"

"Dia membantu ibuku untuk mendapat uang saku tambahan."

Geya tersenyum menikmati tehnya. Tampaknya Nats sudah mulai lupa dengan bahasan mengenai sosok Caleb. Mungkin selama ini Nats terlalu banyak berharap dari janji-janji yang diberikan oleh Caleb. Geya tahu dengan betul jika sebenarnya Caleb tidak bermaksud memberikan harapan palsu kepada Nats. Masalahnya Nats tidak tahu siapa Caleb sebenarnya. Mungkin saja Nats akan kabur seperti Leri jika dia tahu. Geya hanya bisa bungkam, jika Nats harus tahu siapa Caleb sebenarnya maka harus Caleb sendiri yang memberitahunya bukan dari dirinya ataupun orang lain.

"Kalian akan datang ke acara perayaan desa?" Tanya Nats yang tidak menyadari jika Geya memperhatikannya sedari tadi. Perayaan desa merupakan semacam pesta yang diadakan Sabtu sore. Hanya sebuah Pesta kecil sebenarnya. Tapi merupakan waktu yang ditunggu para warga Espion. Di mana mereka bisa berkumpul dalam balutan sebuah pesta.

"Tentu saja," balas Geya yang diikuti oleh Leri. "Kau akan membawa pacarmu ke sana?"

"Iya."

"Kau ingin memamerkannya pada Caleb?"

Nats menyeringai, dia seperti tertangkap basah tengah merencanakan suatu hal. Wajahnya berubah, menjadi lebih terlihat senang daripada sebelumnya. Geya maupun Leri sempat bertanya dalam hati, apakah Nats benar-benar menyukai pria yang dia kencani baru-baru ini. Tapi sepertinya Geya maupun Leri tidak berhak lancang untuk menanyakan persoalan itu. Itu urusan perasaan Nats. Dia pasti tahu apa yang terbaik untuknya.

"Bagaimana dengan keadaan Evans? Apa dia sudah baik-baik saja?" Nats kembali membuka pembicaraan.

"Iya, dia sudah baik-baik saja sekarang."

"Tidak mudah kehilangan orang yang kita cinta secara tiba-tiba," ucap Geya dengan suara sendu. Diantara mereka bertiga memang hanya Geya yang pernah merasakan perasaan yang sama dengan Evans. Leri maupun Nats segera memegang tangan Geya, menenangkan gadis itu. Geya tersenyum, dia tidak mengira jika dua orang di depannya akan segera bersimpati.

"Aku tidak apa-apa," ujarnya.

"Iya kamu masih memiliki Andy, kami, dan seluruh warga desa Espion yang menyayangimu." Nats mencoba menguatkan hati Geya. Dia tidak sedang berbual. Geya memang jenis anak yang mudah disukai oleh banyak orang. Hanya saja tidak memiliki keluarga yang menemani hari-harinya.

"Nats benar Geya, kamu masih memiliki kami."

Geya membalas pegangan tangan Leri dan Nats. Merasa berterima kasih dia dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya. Tidak tahan dengan suasana yang mendadak berubah melo karena pertanyaannya. Nats segera bangkit dan memiliki sebuah rencana.

"Bagaimana kalau kita menonton film?"

Nats sudah mengeluarkan sebuah CD film sewaan dari tas ransel yang dibawa.

"Film apa?"

"Film horror, Scream." Nats memperlihatkan sampul CD. Membuat Geya tidak bisa menahan tawanya.

"Menonton film horror di sore hari?"

Leri memprotes rencana Nats. Namun segera diimbuhi oleh Geya. "Itu karena dia tidak berani menonton film horror sendiri."

Nats mengacungkan jempol pada Geya. Merasa senang karena Geya begitu mengerti dirinya. Film mulai dinyalakan, beberapa kordin ditutup agar menambah kesan horror saat menonton. Sementara Leri membawakan beberapa snack untuk dijadikan camilan. Ketika film mulai diputar, Geya sudah menunggu suatu hal. Hal yang tidak diketahui oleh Leri.

10 menit waktu berjalan, Nats mulai bersikap aneh. Dia menutupi wajahnya menggunakan lengan Geya. Hampir tidak menyaksikan film karena sudah bersembunyi sejak awal. Leri mulai tahu mengapa Nats mengajak menonton film horor di sore hari bersama-sama. Dibandingkan berkonsentrasi dengan film yang tengah mereka tonton, Geya dan Leri lebih terfokus dengan tingkah Nats yang tidak hentinya bersembunyi. Leri merasa jika Nats tidak menonton film itu namun hanya mendengarnya sambil sesekali berteriak. Ternyata sikap Nats yang suka bicara tidak sesuai dengan sikapnya yang penakut.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang