Sabtu sore, dengan perasaan ragu, Mitha berdiam diri di toko yang baru dibukanya. Sore itu, Lerina mengiyakan untuk datang ke perkumpulan. Mitha merasa khawatir jika anaknya itu akan membuat masalah. Dari yang dia ingat, Lerina selalu membuat masalah. Pikirannya mulai buyar ketika gantungan yang diletakkan di pintu berbunyi. Ketika seorang pembeli datang berkunjung.
Di sisi lain, Lerina berjalan kaki memasuki pekarangab rumah keluarga Pranata. Di belakang gudang, Evans tengah menunggu sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.
Lerina baru sadar jika Evans memiliki wajah yang lumayan tampan. Padu padan sweater dan celana jeans panjang membuatnya entah mengapa terlihat menarik.
Laki-laki itu tersenyum, menyadari kedatangan Lerina. Lerina sendiri mengenakan jaket berwarna putih gading dan celana panjang berwarna hitam. Membuatnya terlihat imut, meski sikapnya kadang membuat kesal orang di sekitarnya, terutama sang ibu.
"Kau menungguku?" Tanya Lerina sebelum dia salah paham.
"Iya, siapa tahu kau malu untuk bergabung bersama kami."
Lerina berjalan mendekat pada Evans.
"Kau tahu aku akan datang?"
"Hanya instingku."
Mereka kemudian berjalan beriringan menuju tempat warga Espion berkumpul. Sudah ada banyak orang disana, diantaranya Hary sendiri.
"Hai," sapa Nats ketika melihat Lerina datang bersamaan dengan Evans. Lerina membalasnya dengan sapaan yang sama. Mereka memilih duduk bersama. Toby juga berada di sana tidak hentinya menyeringai pada Lerina. Sementara Evans duduk di samping Lerina, mencoba menjadi tuan rumah yang baik bagi si gadis pendatang baru.
Semua mata menatap mata Lerina. Si gadis pendatang baru di Espion.
Semua orang yang hadir duduk beralaskan batang pohon yang sengaja ditata melingkar. Di depan mereka terdapat api, sengaja dibuat untuk membakar jagung.Toby masih menyeringai pada Lerina ketika acara hendak dimulai namun tidak dihiraukan oleh Lerina. Evans mengingatkan Toby agar tidak menganggu Lerina.
Hary kemudian membuka acara dengan sambutan. Mengingatkan warga desa agar selalu waspada dan menjauh dari hutan. Menurutnya hutan sangat berbahaya karena dapat dengan mudah menyesatkan orang dan terdapat serigala di dalamnya.
Hary juga mengingatkan agar penduduk desa selalu menjaga kesehatan mereka. Membahas beberapa pesan yang disampaikan oleh pemerintah desa pada warganya.
"Kita juga kedatangan warga baru, keluarga Widiastuti," ucap Hary mengacu pada Lerina.
"Perkenalkan dirimu nak," suruh Hary pada Lerina.
"Perkenalkan, saya Claudia Lerina, saya pindah kesini bersama ibu saya, Mitha Widiastuti, kalian bisa memanggilku Lerina." Lerina memperkenalkan dirinya dengan cukup singkat.
Di depannya, Hary tersenyum pada gadis itu. Hanya Hary yang tidak duduk di batang pohon.
"Hai Lerina," sapa beberapa anak yang tidak dikenal Lerina.
"Kenapa kau pindah kesini?" Tanya Toby secara tiba-tiba. Padahal sebelumnya, Evans sudah mengingatkan agar Toby tidak membuat masalah dengan Lerina.
"Kami harus pindah karena aku selalu membuat masalah," ujar Lerina membuat semua orang terdiam. Dia berpikir daripada bersikap naif dengan menyimpan hal yang sebenarnya, dia lebih memilih untuk mengatakannya.
"Semua orang pasti membuat masalah," balas seorang wanita paruh baya.
"Iya itu benar," balas yang lainnya.
Dipikiran Lerina, mereka hanya tidak tahu masalah apa yang sudah dibuat olehnya.
Hary mengangguk, dia kembali melanjutkan memimpin acara dengan menceritakan legenda desa mereka.
Sebuah legenda mengenai para pelindung hutan. Lerina yakin jika itu hanya dongeng yang diceritakan secara turun temurun. Versi aslinya pun pasti tidak diketahui.
Sosok mahluk mistis yang dipercaya melindungi hutan menjadi alasan mengapa tidak ada yang boleh menebanh hutan secara sembarangan.
Namun sepertinya para warga desa percaya dengan cerita itu. Mereka terlihat begitu antusias dan mendengarkan secara sungguh-sungguh. Toby yang sedari tadi menggoda Lerina bahkan bersikap mendengarkan dengan serius.
Lerina ikut mendengarkan, menganggap jika itu hanya dongeng pengantar tidur.
Setelah selesai mendengar dongeng Hary, beberapa orang memilih mengambil makanan yang telah disediakan. Sementara Lerina memilih tidak beranjak dari tempat dia duduk.
Seorang gadis dengan luka bakar sebelah di wajahnya menghampiri Lerina. Dia menggunakan rambut untuk menutupi lukanya, namun luka bakar yang dimilikinya masih terlihat jelas.
"Hai, aku Geya." Gadis itu menjulurkan tangannya yang disambut oleh Lerina.
"Tidak banyak anak perempuan disini, jadi aku cukup senang mendengar anak perempuan pindah kesini."
"Aku Lerina," balas Lerina. "Aku tidak yakin jika kamu akan senang berteman denganku."
Geya tertawa kecil mendengar jawaban Lerina.
"Pasti menyenangkan berteman denganmu. Kau gadis yang manis, itu yang dikatakan para warga yang sudah melihatmu," puji Geya.
"Aku tidak yakin dengan itu."
"Kau memang manis."
"Tapi sikapku tidak."
"Aku yakin pasti tidak."
"Kau cukup dekat dengan Evans?" Lanjut Geya.
"Tidak, aku juga baru mengenalnya."
"Dia orang yang baik, kau bisa minta bantuannya jika ada sesuatu."
Lerina mengangguk. Untuk pertama kalinya, Lerina merasa nyaman bicara dengan seseorang.
Selanjutnya, Geya banyak bicara soal kue karena gadis itu suka membuat kue, utamanya kue kering. Lerina tetap mendengarkan. Meski dia sama sekali tidak mengerti. Dia bahkan belum pernah memasak sebelumnya.
Andy dan Evans menyusul mereka.
"Kalian sepertinya sudah saling kenal," ujar Andy sambil tersenyum pada Lerina. Dia ingat jika Andy adalah pria yang telah membantunya ketika dia dan ibunya tersesat. Sebenarnya Evans juga.
"Bagaimana kalau kau datang ke pondok kami?" Tawar Geya pada Lerina.
"Pondok?"
"Iya kami memiliki pondok untuk tempat berkumpul, kau bisa kesana jika mau, aku bisa mengajarimu cara membuat kue."
"Aku bisa mengantarmu jika kamu mau." Evans ikut menimpali. Melihat keramahan mereka, Lerina hanya bisa mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
WerewolfSekumpulan mahluk mistis yang dianggap tidak ada ternyata memantau kehidupan manusia dari jauh. Sebagian dari mereka menjadi pelindung manusia, sebagian lainnya memburu manusia layaknya mangsa. Seorang gadis bernama Lerina menjadi saksi perburuan s...