Bab 1

496 20 0
                                    

"Tha, kamu jadi ke Bandung?"
Panggilan ibu mengejutkanku.

"Jadi bu"

"Kapan kamu berangkat?"

"Mungkin besok bu"

"Barang-barangmu sudah kamu persiapkan?"

"Ini sedang aku persiapkan" kataku sambil memasukan baju kedalam koper.

"Ya sudah, besok biar abangmu yang mengantar"

"Iya bu"

Lalu aku teringat sesuatu

"Oh iya bu, nanti Aletha mau pergi sebentar, mau ketemu temen-temen sekalian pamitan"

"Ya sudah hati-hati ya"

"Iya bu"

Setelah ibu keluar dari kamarku, aku langsung mengambil hp di atas kasur.

CABE-CABEAN CLUB

"Jadi kan kita ketemuannya?"

Airin : "jadi dong"

Sabil : "iya jadi cayangkuh"

Andara : "di cafe biasa kan?"

"Iya, di cafe biasa"

Alisya : "eh..ada apa nih rame-rame?"

Airin : "ye elo telat"

Alisya : "ish..kan gue tadi abis dari belakang jadi ngga tau. Emang ada apaan si?"

Sabil : "emang lo lupa, kita kan mau kumpul-kumpul manja"

Alisya : "oiya lupa gue..hehe

Andara : "apaan sih lo bil, basa lo jijik tau"

Sabil : "apanya yang jijik, orang cetar gitu juga"

"Lah kenapa malah pada ribut sih..udah sana pada siap-siap"

Airin : "siap bos"

Alisya : "okeh, tungguin gue ya"

Begitulah mereka, meskipun mereka rada gila, tapi mereka sahabat yang apa adanya. Dan itu menjadi kelebihan mereka.

***

Saat sampai di cafe,di sana sudah ada Airin dan Andara.

"Aletha, gue kangen banget sama lo" kata Airin sambil memelukku.

"Aku juga kangen Rin" jawabku membalas pelukannya.

"Dar" aku menghampiri Andara dan memeluknya.

"Yang lain belum pada dateng?"

"Belum, katanya Sabil sama Alisya masih di jalan"

Beberapa saat kemudian mereka berdua sampai.

"Hai gengs..kangen" pekik Sabil girang.

"Kalian pesen makanan dulu gih, kita udah pesen tadi"

"Ya udah gue pesen dulu ya" balas Alisya.

Sambil makan kami menceritakan kembali masa-masa saat kami sma dulu.

Waktu Airin di kejar-kejar kakak kelas yang alay abis, saat sabil nangis diputusin kak Aldo, terus waktu Alisya yang dengan beraninya nembak temen sekelas yang berujung dengan dia ditolak mentah-mentah di depan anak-anak, dan masih banyak lagi yang kami ceritakan.

Kami pun tertawa bersama-sama saat mengenang masa-masa itu. Aku memperhatikan satu persatu sahabat-sahabatku dengan seksama. Sebentar lagi aku akan berpisah dengan mereka.

"Tha, lo beneran mau ke Bandung?" Pertanyaan Andara membuatku berhenti makan sejenak.

"Iya jadi Dar"

Mereka semua menatapku. Tapi ada yang berbeda dengan tatapan mereka, seperti ada kesedihan yang aku lihat dari mata mereka.

"Kapan lo berangkat?" kini Airin yang bertanya.

"Besok, mungkin"

"Yah, nanti sepi dong ngga ada lo Tha"

"Iya Tha, kita pasti bakalan kangen banget sama lo"

"Sering-sering kabar-kabarin kita yah Tha"

"Iya, aku pasti bakalan ngabarin kalian kok"

Akhirnya kami pun berpelukan. Dan pelukan sahabat-sahabatku lah yang akan selalu aku rindukan kelak.

Sejak bertemu dengan mereka, aku sadar bahwa sahabat sejati itu ada dan nyata. Mereka mengajarkanku apa arti ketulusan, merekalah orang yang selalu berada di sampingku dan menguatkanku. Mereka adalah salah satu anugrah terindah yang Tuhan berikan kepadaku.

Kini saatnya kami berpisah untuk melanjutkan hidup kami masing-masing, dan mewujudkan apa yang menjadi impian kami.

Aku memeluk sahabatku satu persatu.

"Tha, maafin gue ya soal yang waktu itu" tiba-tiba Andara memelukku erat dan meminta maaf.

"Udah lah Dar, itu kan udah masa lalu jadi ngga usah dipikirin lagi. Lagian dari dulu aku udah maafin kamu kok"

"Makasih ya Tha, lo emang sahabat terbaik gue. Baik-baik ya lo disana"

"Pasti, kalian juga ya"

Aku pun kembali memeluk mereka semua dan berpamitan kepada mereka.

Semesta aku titipkan sahabat-sahabatku kepadamu, jangan biarkan mereka bersedih. Aku mohon semesta, jaga mereka untukku karena mereka sangatlah berharga bagiku.

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang