"Astaga, kamu ngga papa kan, sini saya bantu"
Aku melihat seorang laki-laki berdiri di depanku sambil mengulurkan tangannya untuk menolongku.
Mungkin kalian pikir ini seperti adegan di film-film romantis, ketika seorang laki-laki dengan tidak sengaja menabrak seorang gadis dan dia menolongnya. Lalu mereka jatuh cinta.
Tapi tidak denganku, yang aku rasakan saat ini hanya satu 'perih'. Telapak tanganku terluka dan berdarah.
"Saya minta maaf" kata laki-laki itu sambil membantuku berdiri.
"Aw" aku merasakan sakit ketika dia menyentuh luka di telapak tanganku.
"Ya ampun tanganmu terluka, biar saya obati lukamu itu"
"Eh, ngga usah aku buru-buru"
"Tapi, lukamu..."
Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, aku sudah terlebih dahulu pergi meninggalkannya.
Ya, aku tidak ada waktu untuk memikirkan lukaku itu karena sekarang aku sudah benar-benar terlambat.
Kini aku sudah berada di depan pintu sebuah ruangan berwarna putih, namun ketika aku baru saja akan memegang gagang pintu tersebut, seseorang membukanya terlebih dulu hingga membuatku terkejut, tapi seseorang itu pun tak kalah terkejutnya denganku.
"Astaghfirullah" pekiknya dengan raut wajah yang tidak bisa aku bayangkan sebelumnya.
Kemudian setelah itu dia tersenyum hangat kepadaku dan menyapaku.
"Hai, kamu pasti Aletha, Gea Aletha, benar bukan?"
"Kenalin aku Milka Anatasya, panggil ajah Milka" dia memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan kepadaku.
Saat aku ingin menjabat tangannya dia terkejut.
"Loh, itu tangan kamu kenapa?"
"Tadi aku jatuh"
"Ya ampun, ya sudah biar aku obati lukamu, kamu tunggu sebentar di sini" dia mengantarku duduk di bangku panjang yang berada di depan ruangan. Tidak lama kemudia dia kembali dengan kotak obat di tangannya.
"Berikan tanganmu" dengan hati-hati dia membersihkan dan mengobati lukaku.
"Sudah selesai"
"Terimakasih"
"Sama-sama. Ya udah, ayo pasien-pasien kita pasti sudah menunggu dokter-dokternya yang cantik ini"
Aku tertawa karena ucapannya. Belum satu hari aku mengenalnya, bahkan baru beberapa menit yang lalu kami bertemu, tapi aku sudah mulai merasa nyaman memiliki teman seperti dia.
***
Sekarang resmi sudah aku menjadi dokter di salah satu rumah sakit seperti cita-citaku dulu. Dan di hari pertamaku ini, aku sudah disibukkan dengan tugas-tugas yang sudah menungguku. Memeriksa dan mengobati pasien yang sedang sakit adalah sebuah pengalaman menakjubkan bagiku.
Iya Ga, aku berhasil mewujudkan impianku ini. Sama seperti yang aku harapkan sejak dulu.
Apa kabar kamu? bagaimana kabar hatimu? tolong jangan tanyakan kabarku saat ini karena aku pun tak tau pasti bagaimana keadaanku sekarang ini."Ayo Tha, jam istirahat kita ngga lama" panggilan Milka membuyarkan lamunanku. Lamunan yang kadang membuatku kembali bertanya-tanya 'mungkinkah dia juga memikirkanku, sama seperti aku yang selalu memikirkannya?'
"Eh, iya ayo mil"
Kami memutuskan untuk makan di warung nasi padang yang tidak jauh dari rumah sakit.
"Kamu"
Seseorang tiba-tiba memanggilku. Entah sebuah kebetulan atau mungkin alam sudah merencanakannya, seseorang yang memanggilku itu adalah laki-laki yang tidak sengaja menabrakku tadi pagi, dan sekarang semesta mempertemukan kami kembali.
"Bagaimana, apa lukamu sudah diobati?"
"Sudah"
"Oh jadi dia yang membuat kamu jatuh Tha?" Milka berbisik bertanya kepadaku setelah dia tau bahwa laki-laki itu yang tidak sengaja menabrakku.
"Iya mil"
"Oh iya nama saya Reza Muhammad, nama kamu siapa?" dia bertanya kepadaku sambil tersenyum. Senyuman yang akan membuat siapa pun yang melihatnya juga ikut tersenyum.
"Gea Aletha" ucapku memperkenalkan diri sambil membalas senyumnya.
"Gea Aletha yang berarti Bumi dan Kebenaran, benar bukan? nama yang indah" Ya Tuhan, bagaimana mungkin dia mengucakapkan kalimat yang sama persis dengan seseorang yang pernah mengisi ruang kosong dihatiku.
"Terimakasih" hanya itu yang mampu ku ucapkan kini, karena jujur saja ucapannya tadi membuatku hampir sulit bernapas.
"Kalau saya panggil Gea saja bagaimana?"
"Aku bakal lebih seneng kalau kamu panggil aku Aletha" sebenarnya ada sebuah alasan kenapa aku tidak ingin dia memanggilku dengan sebutan itu.
"Baiklah, apa pun yang membuatmu senang"
Aku hanya membalasnya dengan senyum.
Hari ini entah mengapa waktu selalu saja membuatku kembali mengingatmu. Dari dulu aku tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan tentang kisah ini, sama seperti aku yang tidak pernah mengerti tentang isi hatimu, tapi entah mengapa aku selalu merindukanmu, merindukan setiap detik yang aku lalui bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...