Bab 15 (#masalalu8)

107 7 0
                                    

"Kamu kenapa, kenapa kamu ngehindar dari aku, kenapa kamu berubah, kalo aku punya salah aku minta maaf tapi jangan diemin aku kaya gini," rasanya hatiku sesak, mataku sudah tidak bisa menyembunyikan air matanya.

Dia terdiam sambil terus memandangiku, sampai akhirnya..

"Gue mau kita putus."

Ketika mendengarnya aku hanya bisa menunduk diam tanpa berkata apapun dan setelah dia mengatakan kalimat yang membuat hatiku hancur dia pergi tanpa merasa bersalah sama sekali.

Air mataku terus mengalir tanpa berhenti, semua orang yang lewat menatapku sambil berbisik bertanya-tanya, tapi aku tidak perduli otakku sudah lelah untuk memikirkannya. Dengan langkah lemas aku memaksa kakiku untuk berjalan yang aku sendiri tidak tau akan kemana, namun langkahku terhenti ketika seseorang berdiri di hadapanku, ketika aku mengangkat kepala melihatnya, tatapan kami bertemu untuk waktu yang cukup lama. Dan orang itu adalah Glen. Karena merasa tidak nyaman akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sana.

"Aletha!" terdengar teriakan dari ujung koridor.

"Tha lo kenapa?" tanya teman-temanku saat menghampiriku.

"Galih putusin aku," jawabku lemas.

"Hah kok bisa?"

"Kenapa?" Andara bertanya kepadaku.

"Aku ngga tau."

"Wah bener-bener brengsek yah tuh cowok!" umpat Airin.

"Lo ngga nanya?"

"Ngga."

"Kenapa? harusnya lo tuh nanya apa alasan dia putusin lo, lo berhak tau!" kata Sabil tak terima atas perlakuan Galih.

"Mendingan sekarang lo temuin Galih, ngomong ke dia kalo lo ngga bisa di kaya giniin!"

"Buat apa aku ngejar-ngejar orang yang udah ngga mau sama aku!"

"Emang lo ngga mau tau alasan dia?" tanya Alisya.

"Mendingan aku ngga tau daripada hati aku tambah sakit nantinya."

"Terserah lo ajah deh Tha, tapi inget jangan sampe lo nyesel dikemudian hari."

***

Rumah sakit terlihat semakin sepi, entah sudah pukul berapa sekarang ini, tapi yang jelas aku masih menceritakan tentang kisah seorang gadis yang kehilangan cinta dan hidupnya kepada seorang wanita paru baya yang aku ketahui dia bernama Nani. Tapi aku memanggilnya Bi Ani.

"Kenapa Galih putusin neng dokter, apa yang terjadi?" tanya Bi Ani.

"Pada saat itu saya tidak tau, baru beberapa bulan setelahnya saya mengetahui alasannya."

"Pasti waktu itu adalah saat-saat terburuk bagi neng dokter."

"Tidak sepenuhnya buruk."

***

Sekarang sudah waktunya pulang sekolah tapi rasanya aku tidak ingin pulang ke rumah, hatiku sedang kacau, aku tidak ingin ibu dan abang tau bahwa aku sedang sedih.

"Lo mau pulang Tha, bareng gue ajah ya?" ajak Sabil.

"Ngga usah bil, lagian aku juga mau mampir ke suatu tempat dulu."

"Kemana, gue anter yah?"

"Ngga usah, aku bisa sendiri kok."

"Beneran ngga kenapa-napa?"

"Iya ngga papa."

"Ya udah hati-hati ya." ucapnya sambil memegang pundakku.

"Iya Bil."

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang