Bab 21 (#masalalu14)

94 6 0
                                    

Kemarin aku mengantar Galih pulang ke rumahnya setelah dia tidak sadarkan diri. Jujur saja aku masih tidak bisa percaya bahwa laki-laki yang selama ini mengisi hari-hariku ternyata Tuhan memberinya kisah yang membuatnya begitu terluka.

Hari ini, sepulang sekolah aku berniat untuk ke taman, kalian tau bukan apa alasannya?

Baru aku keluar gerbang sekolah, tiba-tiba ponselku bergetar. Ternyata Tante Mona yang menelfonku.

Ada apa? apa terjadi sesuatu lagi dengan Galih?

"Halo Mba Aletha," ucap seseorang dari seberang sana.

Aku mengerutkan dahi mendengar suaranya.

"Iya halo," jawabku.

"Mba Aletha ini Mbok."

"Oh iya Mbok, ada apa?"

"Anu Mba, Mas Galih Mba..." aku semakin bingung mendengar ucapan Mbok Imah.

"Gali kenapa Mbok?"

"Jadi begini Mba, tadi pagi Mas Galih ribut sama Ibu, terus setelah itu Mas Galih pergi ndak tau kemana, ndak lama setelahnya Ibu pingsan dan dibawa ke rumah sakit."

"Loh Tante Mona pingsan kenapa Mbok?"

"Kata dokter Ibu kena serangan jantung ringan Mba, saya bingung harus gimana."

"Mbok tenang dulu ya, Aletha bakal ke sana sekarang."

"Iya Mba, matur suwun."

"Iya Mbok."

Aku memasukan kembali ponselku ke dalam saku, setelah itu aku buru-buru mencari taxi dan menuju rumah sakit tempat Tante Mona dirawat.

Sesampainya di rumah sakit aku mencari ruangan yang tadi Mbok Imah beritahu padaku.

Tidak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat Mbok Imah sedang mondar mandir di depan pintu ruang ICU.

"Mbok," panggilku.

"Mba Aletha," Mbok Imah langsung memelukku erat.

"Ibu Mba," ucapnya sambil terisak, aku membalas pelukannya.

"Mbok yang sabar ya, nanti Aletha bakalan cari Galih."

"Iya Mbak, matur suwun, kalau ndak ada Mba Aletha Mbok ndak tau harus minta tolong sama siapa."

"Iya Mbok sama-sama."

Setelah melihat keadaan Tante Mona aku berpamitan kepada Mbok Imah untuk mencari Galih.

Dan sekarang disinilah aku, berdiri di depan sebuah gedung yang sejak awal tidak pernah ingin ku masuki, tapi sekarang aku terpaksa harus memasukinya untuk ke dua kalinya.

Seperti sebelumnya, hal pertama yang aku lihat ketika masuk ke dalam adalah orang-orang yang tengah menari-nari.

Aku mencari Galih dimana-mana tapi tidak ketemu, lalu aku bertanya kepada salah satu Bartender di sana.

"Maaf Mas, Mas liat Galih ngga?" tanyaku pada Bartender tersebut.

"Galih? ngga, dari tadi dia ngga kesini."

"Oh gitu ya Mas, ya udah makasih."

"Eh tunggu, lo yang kemaren kesini jemput Galih kan?"

"Iya Mas."

"Lo pacarnya?"

"Eh bukan Mas."

"Tapi mantannya," lanjutku dalam hati.

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang