"Tha, Aletha," teriak Airin berlari kearahku, diikuti Alisya dibelakangnya.
"Kenapa Rin?"
"Bentar gue napas dulu," katanya dengan napas tersengal-sengal.
"Emang ada apaan si?"
"Cowok lo."
"Galih? kenapa Galih?" jantungku berdebar kencang ketika mendengar nama Galih, seakan ada ketakutan yang aku rasakan.
"Cowok lo masuk rumah sakit."
Pada detik itu juga tubuhku terasa lemas, hatiku hancur, seperti ada sebuah luka yang aku sendiri tidak tau apa penyebabnya.
"Ga..galih kenapa?" entahlah untuk mengucapkan kata-katapun lidahku terasa kilu.
"Gue juga ngga tau, tapi tadi Sabil bilang sama gue katanya Galih dibawa ke rumah sakit."
"Emang Galih ngga bilang apa-apa sama lo Tha?" tanya Alisya padaku.
Aku hanya mampu menggelengkan kepala, dan perlahan butiran bening itu mengalir dari pipiku.
Tuhan apa salahnya? kenapa kau buat dia terluka? bukankah aku pernah memintamu untuk menjaganya, atau mungkin kau sudah lelah mengabulkan permintaanku?
"Tha lo yang sabar yah, nanti pulang sekolah kita ke rumah sakit sama-sama," mereka berdua memelukku mencoba menenangkan perasaan yang terus berpacu.
***
Seperti yang kami telah rencanakan, sepulang sekolah aku bersama kedua temanku pergi ke rumah sakit.
"Lis, Andara mana?" sejak pagi aku tidak melihatnya di sekolah.
"Gue juga ngga tau Tha, gue coba telfon tapi ngga diangkat."
"Tapi dia ngga kenapa-napa kan?"
"Semoga ajah si ngga."
"Amin."
"Eh Rin lo tau ngga si Galih di ruang apa?" tanya Alisya.
"Katanya di ruang Cempaka nomer 5."
Setelah lama mencari akhirnya kami menemukan ruangan tersebut.
"Ini bukan si ruangannya?"
"Kayanya si iya, ya udah coba masuk dulu ajah."
Ketika kami masuk kedalam, tiba-tiba langkahku terhenti di ambang pintu, mataku melihat sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, sesuatu yang begitu menyakitkan.
"Loh Dar lo disini?" tanya Airin pada sosok perempuan yang tengah menyuapi laki-laki yang terbaring lemas.
Ya, perempuan itu adalah Andara dan laki-laki itu adalah Galih.
Andara terlihat terkejut ketika melihat kami, dia langsung berdiri dari duduknya lalu menatapku. Bukan hanya Andara, tapi semua orang di ruangan itu menatapku seolah aku adalah seseorang yang tertangkap basah sedang mencuri.
"Tha, lo ngga papa kan?" Alisya yang melihatku terdiam memegang pundakku memastikan bahwa aku baik-baik saja.
"Eh aku ngga papa kok."
Tidak, aku berbohong, hatiku tidak baik-baik saja, rasanya begitu menyakitkan tapi aku harus berusaha baik-baik saja, lagi pula Galih dan Andara adalah teman dari sejak mereka kecil jadi bukankah itu hal yang wajar?
Percayalah hatiku tidak sungguh-sungguh menganggap itu hal yang wajar.
"Tha, ini semua ngga yang kaya lo bayangin, gue cuma.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...