Lorong rumah sakit terlihat sunyi, hanya menyisakan dua orang yang tengah berbincang, yaitu aku dengan seorang wanita paruh baya.
"Galih itu pacar kamu?" wanita itu bertanya padaku.
"Iya, tapi itu dulu."
"Sekarang?"
"Sekarang aku sendiri, benar-benar sendiri."
Dia terdiam setelah mendengar perkataanku.
"Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?"
"Setelah itu...."
***
"Aletha cepetan turun, Galih udah nungguin diluar," panggilan ibu membuatku cepat-cepat berlari kebawah.
"Iya Bu."
"Ngapain ajah sih lo lama banget, tapa dulu?" cerca abangku.
"Biasa cewe," aku berjalan menghampiri ibu untuk berpamitan.
"Aletha berangkat Bu," ucapku lalu mencium tangan ibu.
"Sama gue ngga cium tangan?" tanyanya sambil menunjukan tangannya.
"Ogah!"
"Dasar adek durhaka lo!"
Aku hanya menjulutkan lidah dan berlari cepat keluar rumah.
"Pagi," sapaku pada sosok laki-laki yang kini mengisi separuh hatiku, ah bukan tapi sepenuh hatiku.
"Pagi jga," dia tersenyum lalu mengelus rambutku lembut.
Sikapnya yang manis itu membuatku lupa untuk bertanya tentang urusan apa yang dia lakukan kemari.
Saat itu aku tidak pernah mengira bahwa akan ada kejadian menyakitkan sekaligus membahagiakan yang akan aku alami.
"Mau pake helm sendiri atau dipakein?" pertanyaannya itu sudah membuktikan bukan bahwa sikapnya memang manis.
"Pakein dong."
Dia tersenyum lalu memakaikan helm di kepalaku.
"Ayo berangkat tuan putri."
Yang orang-orang tahu hubungan kami sempurna, mereka bilang aku beruntung mempunyai kekasih yang baik seperti Galih, tapi mereka tidak pernah tahu bahwa sebenarnya ada perasaan takut yang aku rasakan. Aku takut karena kebaikannya itu dia pergi meninggalkanku.
"Tha kita udah sampe, kamu ngga mau turun?"
"Eh," aku terkejut ketika dia bertanya padaku yang sedang melamun.
"Udah sampe ya?"
"Udah dari tadi kali Tha, kamu sih asik ngelamun jadi ngga sadar kalo udah sampe," dia tertawa kecil menanggapiku.
"Hehehe."
"Ngelamunin aku pasti yah?"
"Dih geer banget."
"Iya juga ngga papa kok," godanya.
"Kalo iya kenapa?" kataku lalu pergi meninggalkannya.
"Tuh kan bener, emang kamu ngelamunin aku kaya gimana?" tanyanya sambil berlari mengejarku.
"Kepo."
"Pasti kamu bayangin muka aku yang ganteng ini kan?"
"Emang kamu ganteng?"
"Ganteng dong, buktinya kamu cinta sama aku."
"Kata siapa aku cinta sama kamu?"
"Kata hati kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...