Bab 2

343 17 0
                                    

Pagi ini aku berangkat ke Bandung dan melanjutkan kisahku disana.

"Tha, barang-barangnya udah kamu masukin semua?" ibu ikut sibuk membantuku menyiapkan semua keperluanku disana.

"Udah bu"

"Nggak ada yang ketinggalan kan"

"Insyaallah ngga ada"

Ibu memelukku erat sampai aku sulit bernapas.

"Jaga diri kamu disana ya Tha, jangan telat makan, vitaminnya diminum, jangan kebanyakan makan es nanti kamu pilek, kalo ada apa-apa hubungin ibu segera, inget lho" entah sudah ke berapa kalinya ibu mengatakan itu.

"Iya ibuku sayang, Aletha pasti bakalan selalu inget kata-kata ibu, ibu tenang ajah ya"

Di dalam mobil abang sudah menunggu.

"Ya udah bu, Aletha pergi dulu ya" aku memeluk ibuku erat.

Sebenarnya sangat berat bagiku jauh dari ibu, tapi ini semua demi masa depanku.

Aku masuk ke dalam mobil, dan melambaikan tangan kepada ibu sebelum pergi.

***

Kau tau Ga, kini aku akan melanjutkan hidup baruku meskipun itu harus tanpa dirimu.

"Jadi lo bakalan tinggal dirumah oma?" tanya abang mengejutkanku.

"Iya bang"

"Berapa lama"

"Ngga tau, mungkin sampe tugasku disana selesai. Emang kenapa, abang ngrasa kehilangan aku yah?"

"Tha, lo itu ade satu-satunya yang gue punya, nih yah kalo lo pergi, nanti siapa coba yang bakalan gue gangguin, siapa yang bisa gue suruh-suruh, siapa yang bakalan gue bikin nangis, ngga ada Tha, cuma lo yang bisa gue kerjain" katanya sambil tertawa.

Untuk sesaat aku terharu akan ucapannya, tapi detik selanjutnya rasanya aku ingin menendang dia sampai ke planet lain. Kalau saja dia bukan abangku pasti sudah aku lakukan sejak dulu.

"Ish, abang mah gitu nyebelin" rajukku sambil memukulinya.

"Aduh duh, sakit Tha"

"Rasain"

"Dih ngambekan banget, makanya ditinggal pergi si anu"

"Tau ah"

"Beneran ngambek nih ceritanya" godanya sambil mencolek-colek pipiku.

Sebenarnya aku ngga marah sama abang hanya saja ucapannya tadi membuatku teringat akan 'masa itu'.

"Tha, Aletha. Dedekku sayang jangan ngambek dong, nanti cantiknya ilang lho"

Aku tetap diam saja, sebenarnya aku ingin tertawa tapi aku tahan. Sekali-kali ngerjain abang sendiri ngga papa kan, lagian dia juga sering ngerjain aku.

Kadang aku sendiri suka heran sama tingkah lakunya itu. Kok ada ya abang macam dia, tampangnya ajah yang keren, tapi kelakuannya masih sama kaya anak Tk.

"Tha ngomong ke, dari tadi di telorin mulu"

"Kacangin abang bukan telorin" kataku dalam hati. Ini sebenernya yang bego itu aku apa dia si?

"Udah dong Tha ngambeknya, nanti abang beliin es krim rasa vanila deh"

Apa tadi yang dia bilang, es krim vanila? Apa aku ngga salah denger?

"Beneran bang?" kataku semangat

"Giliran gitu ajah baru mau ngomong"

"Ya udah ayo sekarang belinya. Pokoknya nanti abang harus beliin aku es krim vanila yang porsinya banyak, terus beliin dua ya bang ya"

Dia itu abang terbaik di dunia, sekesal apa pun aku padanya dia selalu bisa membuatku tersenyum lagi.

Oh iya, yang tadi aku omingin tentang abangku, itu lho yang aku bilang pingin nendang dia sampe ke planet lain, inget kan. Jangan kasih tau dia ya, ini hanya rahasia antara aku sama kalian ajah okeh.

Soalnya nih ya, kalo abang tau pasti dia marah ntar ngga jadi dong dibeliin es krimnya. Kalian pasti ngga mau kan liat aku sedih lagi (pasang muka melas).

"Astaghfirullah Tha, abis uang gue ntar"

"Bodo, pokoknya ngga mau tau abang harus beliin aku es krim titik"

"Ya Allah tabahkanlah hambamu yang ganteng ini"

"Buruan, katanya mau beliin es krim"

"Iya sabar, bawel"

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya abang kembali dengan es krim pesananku.

"Nih es krimnya. Udah seneng kan?"

"Hehe makasih babangku sayang"

"Kaya gitu ajah pake sayang-sayang, biasanya juga bikin kesel"

"Ngga ke balik tuh, bukannya selama ini abang yang suka bikin aku kesel"

"Hehehe" dia justru hanya menyeringai. Dasar abang jahanam.

Sepanjang perjalanan kami terus saja ribut. Tapi bagai manapun juga kalo ngga ketemu sama abang rasanya ada yang berbeda. Dan aku akan sangat merindukannya nanti.

***

Saat kami sampai di rumah oma, oma sudah menunggu di depan rumah.

"Cucu-cucu oma" oma memeluk aku dan abang bergantian.

"Kalian pasti cape kan, mendingan kalian istirahat dulu, oma mau siapin makanan dulu buat kalian ya"

"Aletha bantuin ya oma"

"Ngga usah Tah, kamu pasti cape kan, lebih baik kamu istirahat saja sana"

"Tapi oma, Aletha pingin bantuin, lagian Aletha ngga cape kok"

"Ya sudah kalo itu mau mu"

Ya, tentu saja tidak ada yang bisa menolak kemauan anak keras kepala sepertiku ini.

Malam ini abang langsung pulang, dia tidak bisa menginap karena besok dia harus bekerja.

Dan mulai sekarang di kota inilah aku akan merangkai kisahku selanjutnya.

Tapi semesta belum beri tau aku kisi-kisi rencananya selanjutnya akan seperti apa. Aku harap rencananya kini tak akan membuatku terjatuh lagi.

***

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di salah satu rumah sakit di Bandung.

Sialnya pagi ini aku terlambat bangun, aku buru-buru mandi dan cepat-cepat berangkat.

Sekarang di sinilah aku, duduk di dalam metromini dan terjebak macet.

"Ayo lah, jangan sekarang macetnya, ngga tau apa Aletha lagi buru-buru" aku terus saja menggerutu sepanjang jalan.

Kini jantungku berdebar kencang dan kakiku ikut tidak bisa diam. Lalu bagaimana dengan perasaanku sekarang?

Ah sudah lah saat ini aku tidak ada waktu untuk menceritakan perasaanku kepada kalian, jangan sedih lain waktu pasti akan aku ceritakan, tapi tidak sekarang karena sekarang aku sedang dalam keadaan super emergency.

Aku baru sampai sekitar pukul setengah delapan, aku langsung buru-buru turun dari metromini dan lari menuju rumah sakit.

"Aduh" tiba-tiba seseorang menabrakku hingga terjatuh.

Ya, bagus lengkap sudah kesialanku hari ini.

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang