Bel pulang sekolah telah berdering beberapa menit yang lalu, semua siswa telah berhamburan keluar.
"Tha," panggilan Andara membuatku berhenti sejenak memasukan buku kedalam tas.
"Iya kenapa Dar?" Tanyaku sambil berbalik menghadapnya.
"Lo jadi pulang bareng Galih?"
"Iya jadi, tadi dia bilang katanya udah nunggu di parkiran."
"Oh ya udah hati-hati ya."
"Iya makasih, eh aku duluan yah kasian Galih kelamaan nunggunya," aku dengan cepat memasukan buku kedalam tas dan pergi menemui Galih di parkiran.
Setelah sampai di parkiran aku melihat seorang laki-laki sedang duduk diatas motornya.
"Hey, maaf yah lama," kataku dengan napas yang masih menggebu.
"Ngga papa kok, seribu tahun pun aku rela nungguin kamu," recehnya sambil tersenyum ke arahku.
"Mulai deh, udah ah ayo pulang!"
"Baik tuan putri, pangeran siap sedia mengantar dengan selamat sampai tujuan," lagi.
Aku cuma bisa geleng kepala menanggapi ucapannya yang terlalu absurd tapi mampu membuat jantungku berdesir.
"Pegangan yah tuan putri biar ngga jatoh." Ucapnya sambil menuntun tanganku untuk memeluknya.
***
"Sampe deh, bagaimana dengan perjalanannya tuan putri?" Tanyanya sambil membantuku melepaskan helm.
"Sangat baik, terima kasih pangeran."
"Cie sekarang tuan putri sama pangeran, bentar lagi ratu sama raja dong?" Godanya dengan mecolek pipiku.
"Iyain ajah biar cepet."
"Yah kok jawabnya gitu sih?" Protesnya sembari mengerucutkan bibirnya. Duh adek jadi gemes bang.
"Emang harusnya kaya gimana?"
"Harusnya kamu itu jawab 'amin' gitu."
"Amin."
Setelah mendengar jawabanku itu dia justru terkekeh lalu mengacak-acak rambutku.
"Ih Galih, jangan diacak-acak dong jadi jelek entar," aku langsung memasang wajah cemberut di hadapannya.
"Mana coba liat. Ah ngga kok kata siapa jelek orang cantik gitu juga," Katanya lalu mencubit kedua pipiku.
"Galih nyebelih ih."
"Loh emang aku kenapa?"
"Kenapa? Pertama kamu ngacak-acak rambut aku, kedua kamu cubit pipi aku, sakit tau!"
"Ya udah aku minta maaf yah," ucapnya sambil mengusap lembut pipiku itu.
"Ah Galih, sekarang kamu malah bikin aku baper."
"Bagus dong, biar kamu tambah cinta sama aku."
"Udah ah sana pulang!"
"Ya udah deh, pangeran pulang dulu ya tuan putri."
Kemudian setelah itu Galih pergi dengan motornya.
"Ekhem, yang punya pacar mah beda, pulang ajah dianterin," kalian tau bukan siapa yang mengatakannya.
"Jomblo mah gitu, sirik!"
"Enak ajah gue ngga jomblo!"
"Terus apa?"
"Ya belum punya pacar ajah."
"Itu sama ajah Abang!"
"Beda dong, dari katanya ajah beda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...