Semenjak Galih terus berada disisi Andara, semenjak itu pula ada perasaan aneh yang timbul dalam hatiku. Mungkinkah aku cemburu?
Seperti sekarang ini, aku melihat mereka berdua sedang berjalan bersama dan Galih merangkul pundak Andara. Aku hanya bisa melihat kedekatan mereka dari belakang. Karena tidak fokus berjalan, aku yang tidak melihat ada tangga pun terjatuh.
Brruukk, aku merasakan nyeri dilutut dan kedua telapak tanganku. Namun rasa sakit itu tidak ada apa-apanya dengan rasa malu karena semua orang melihat ke arahku.
"Lo ngga papa, Tha?" tanya Galih sembari menyulurkan tangannya untuk membantuku.
Aku menerima uluran tangan Galih dengan menahan rasa nyeri disekujur tubuhku.
"Makasih," ucapku pelan.
"Ayo ke UKS," katanya sambil menuntunku berjalan.
"Hah? ngapain?" tanyaku bingung.
"Luka lo ngga mau diobatin? emang ngga sakit?"
"Eh, emm sakit," jawabku sambil menggigit bibir dalamku.
Sesampainya di UKS, Galih membawaku untuk duduk di kursi, lal dia kembali menghampiriku dengan membawa kotak P3K.
"Kamu ngapain sih, Lih?" tanyaku sambil mengerutkan kening.
"Melakukan tugasku."
"Hah?"
"Memastikan bahwa tuan putriku baik-baik saja."
Aku dibuat diam membisu akan ucapannya, seketika aku merasa dejavu.
"Ekhem," aku berdehem untuk menghilangkan canggung yang aku rasakan.
Seketika suasana diantara kami menjadi hening, Galih terlihat fokus mengobati lututku dan aku fokus memperhatikannya.
"Selesai," ucapannya mengejutkanku dari lamunan, dan benar saat aku melihat lututku sudah diberi plester.
Setelah selesai mengobatiku dia langsung pergi dengan menyampirkan tasnya di salah satu bahunya.
"Emm, Lih, aku boleh nebeng ngga?"
***
Aku merutuki keputusanku untuk ikut pulang bersama Galih, karena sekarang yang aku lakukan hanya duduk sambil menyaksikan dua makhluk di depanku yang sedang tertawa bersama.
"Tha, gue anterin Andara dulu ngga papa kan?" tanya Galih.
"Ngga papa kok."
"Malah aku seneng," kataku dalam hati.
Andara melambaikan tangannya kepada kami saat dia sudah turun dari mobil.
"Lih, aku boleh pindah duduk di depan ngga?" tanyaku, yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Galih.
Akupun pindah duduk disamping Galih dan seperti biasa suasana diantara kami sunyi, tak ada yang berbicara, hanya suara musik dari radio yang terdengar.
Aku tersenyum getir saat mengingat Galih yang terlihat semangat berbicara dengan Andara tadi, sedangkan saat bersamaku dia hanya diam membisu.
Lama. Hingga aku mendengar Galih bersenandung meniru nyanyian dari radio.
You just want attention, you don't want my heart
Maybe you just hate the thought of me with someone new
You just want attention, I knew from the start
You're just making sure I'm never gettin' over you
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...