Saat ini aku sedang duduk di rooftop sekolah seorang diri.
Sebenarnya tadi teman-temanku mengajakku ke kantin karena memang sudah waktunya istirahat, tapi aku menolak untuk ikut dan memilih untuk duduk di rooftop sambil memandang bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di hadapanku.
Sesekali aku melamun, memikirkan seseorang yang jauh disana.
"Apa kabar dia ?bagaimana keadaannya? sudah kah dia menemukan hati yang baru? atau dia masih merindukan hati yang lama?"
Aku terkejut dari lamunanku ketika terdengar langkah seseorang menuju ke arahku. Aku berbalik melihat siapa dia. Dan ternyata itu Galih.
Aku sudah bersiap pergi dari tempat dudukku, namun saat melewatinya dia menahan tanganku.
"Lo kenapa sih, Tha. Kenapa lo bersikap seolah lo cemburu, padahal kenyataannya udah ngga ada lagi gue di hati lo?!" dia bertanya padaku dengan tatapan serius.
Dengan kesal aku menghempaskan tanganku agar bisa lepas dari cekalannya.
"Harusnya aku yang tanya sama kamu, kenapa kamu bersikap seolah kamu peduli, tapi disaat bersamaan kamu juga buat aku kecewa?!" aku yang tidak terima akan ucapnya barusan ikut bertanya kesal padanya.
"Gue ngga bermaksud...."
"Lebih baik kita ngga usah ketemu dulu, karena setiap kali kita ketemu, itu hanya akan menambah luka baru!" ucapku lalu pergi meninggalkannya.
Pada dasarnya, egolah yang membuat jarak diantara dua insan yang sama-sama tak mau disalahkan.
***
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan sekarang ini aku sedang memasukkan buku kedalam tasku.
"Tha, ikut gue sebentar," ajak Airin sambil menarik tanganku.
"Apa sih Rin, aku mau pulang."
"Bentar Tha, lo ikut gue dulu."
"Ikut kemana?"
"Lo ikut gue ke kantin, Galih sekarang lagi berantem di kantin dan cuma lo yang bisa tenangin dia!"
"Galih berantem?" tanyaku dalam hati.
"Aku ngga mau, lagian itu bukan urusan aku!"
"Gue mohon Tha, lo simpen dulu keegoisan lo itu!"
"Kamu bilang aku egois?!"
"Duh, Tha, ini bukan saatnya kita berantem. Ada masalah yang lebih serius dari ini." Airin terus membujukku untuk ikut bersamanya.
"Aku udah bilang ngga mau kan. Udah lah aku mau pulang, Bang Al udah nungguin di depan!" aku berbalik mengambil tasku dan berjalan keluar dari dalam kelas.
"Tapi, Tha.."
"Tha, Aletha!" Airin terus memanggilku, namun aku tetap menghiraukannya.
Bukannya aku kejam, aku hanya tidak ingin ikut terlibat dalam masalah ini.
***
Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa, namun saat aku sampai di dalam kelas, suasananya menjadi sunyi.
"Kalian kenapa, ko pada diem ajah?" tanyaku pada teman-temanku.
"Apa peduli lo!" jawab Airin dengan nada nyolot.
"Kalian kenapa sih?" tanyaku lagi, karena bingung dengan sikap mereka.
"Airin kemaren minta tolong ke lo kan, buat ke kantin melerai Galih yang lagi berantem?" kini giliran Andara yang bertanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...