Epilog

92 6 4
                                    

Play List : Lowa & Jedi - Promise

***

Hari ini merupakan hari yang penting dalam hidupku.

Setelah semua kejutan yang semesta berikan untukku, aku mulai belajar arti mengikhlaskan.

Aku menatap bayanganku di cermin. Menatap mata yang indah itu, membuat pikiranku melayang mengingat bahwa sekarang aku bisa memandangnya sepuas yang aku mau.

"Tha, sudah selesai belum?" tanya ibu yang masuk ke dalam kamar.

"Sudah kok, Bu," aku berdiri lalu berjalan ke arah ibu.

"Duh, cantiknya anak ibu," celetuk ibu sambil merapihkan kebaya yang aku pakai.

"Sejak kapan sih, anak Ibu ini ngga cantik," gurauku. Ibu ikut tertawa mendengarnya.

"Ya sudah, ayo turun ke bawah, acaranya sudah mau mulai."

Aku hanya mengangguk dan meminta ibu untuk turun lebih dahulu.

Setelah itu aku berjalan menuju salah satu ruangan. Dan saat aku masuk ke dalam, aku melihat seorang laki-laki dengan tuxedo lengkap sedang memunggungiku.

Jika kalian berfikir bahwa mungkin Gae tiba-tiba datang menemuiku lalu kisah ini berakhir bahagia. Maka kalian salah. Lebih baik buang jauh-jauh khayalan kalian itu.

Tidak ada akhir yang bahagia dari kisah ini, bahkan sejak awal semesta sudah menakdirkan bahwa kisah ini akan berakhir dengan sad ending.

Sadar akan kehadiranku, laki-laki tersebut berbalik menghadapku.

"Duh, muka kamu ngga usah tegang gitu dong," ledekku sambil merapihkan jas yang dikenakannya.

"Gimana ngga tegang. Gue takut salah pas ijab kabul nanti."

Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu itu.

"Kamu tenang ajah semuanya pasti berjalan lancar."

Dia terlihat menghela nafasnya.

"Aku baru sadar, Lih, ternyata kamu itu ganteng," godaku pada Galih. Rasanya menyenangkan ketika melihatnya mendengus saat aku menggodanya.

"Gue memang ganteng, Tha. Kemana ajah lo selama ini?"

Aku kembali tertawa mendengarnya.

Lalu setelah itu aku keluar dari ruangan tersebut.

Akhirnya acara ijab kabulnya dimulai. Aku menunggu di dalam kamar sampai dipanggil untuk turun ke bawah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Andara Putri Raharja binti Muhammad Imran Raharja dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Semua orang yang berada dalam ruangan ini menghembuskan nafas lega mendengarnya.

Bahkan Andara yang sejak tadi gemetaran sampai menitihkan air matanya.

"Aduh, Andara jangan nangis dong, nanti make up nya luntur," ucapku sambil mengusap pelan pipinya.

"Gue seneng, Tha. Saking senengnya gue sampe nangis," ucapnya lalu kemudian aku memeluknya.

"Udah dong, melow-melowannya. Ayo sekarang kita turun ke bawah," kata Sabil.

Aku bersama ketiga sahabatku menuntun Andara turun ke tempat acara di bawah.

***

Sambil menyecap minumanku, aku melihat dua sejoli yang sedang berdiri menyalami tamu-tamu dan berfoto bersama.

Aku tersenyum melihatnya. Mengingat perjuangan kisah mereka yang tidak mudah, setidaknya semesta membalasnya dengan kebahagiaan.

"Tha."

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang