Hari ini aku memutuskan untuk kembali ke Bandung, bukan tanpa sebab. Selain karena urusan di rumah sakit, yang menjadi alasan utamanya karena aku harus mencari seseorang yang sedang mencariku.
"Loh Tha, bukannya kamu lagi di Jakarta?" Tanya Milka ketika melihatku sedang berjalan di lorong rumah sakit.
"Iya Mil, kemarin aku baru balik dari Jakarta."
"Kok cepet banget baliknya, katanya kamu kangen sama Ibu kamu?"
"Iya soalnya takut pasien-pasienku pada kangen sama aku," jawabku mencoba bergurau.
Setelah berbincang dengan Milka, aku melanjutkan langkahku menuju ruanganku, namun yang membuatku terkejut sudah ada Reza di sana sambil menatap ke arahku.
"Loh Za, kamu disini?"
"Iya, tadi saya liat kamu turun dari angkot, jadi saya ke sini buat ketemu sama kamu."
"Kok kamu sudah balik?" Reza adalah orang kesekian yang menanyakan hal yang sama padaku hari ini.
Aku melepas jas putih yang aku pakai dan menaruhnya di atas meja.
"Iya soalnya takut pasien-pasienku..."
"Kamu salah orang jika mau berbohong dengan saya Tha," ucapnya memotong perkataanku.
Aku sempat lupa bahwa dia adalah orang yang mengerti aku lebih dari diriku sendiri.
"Dia disini dari 6 bulan yang lalu, dan bodohnya aku ngga tau fakta itu," aku menundukkan kepala mencoba agar air mata bodoh ini tidak kembali menetes.
Tanpa aku sangka Reza memelukku.
"Ngga papa nangis ajah, mumpung belum ada hukuman untuk orang nangis," ucapnya sambil mengusap punggungku.
***
Selama satu bulan aku mencarinya, menyelusuri kota Bandung berharap ada keajaiban yang membawanya kepadaku, namun semua sirna, yang aku dapatkan setelahnya hanya kecewa.
"Ini," kata Reza memberiku sekaleng minuman.
"Kamu mau cari dia kemana lagi, Bandung itu luas Tha?"
Aku masih diam sambil meminum minumanku.
"Setidaknya dunia ini lebih luas dari kota Bandung yang terlihat kecil di peta," belaku. Sejujurnya aku juga sudah lelah mencarinya seperti orang yang tak tau arah.
Reza kembali terdiam setelahnya.
Aku teringat perbincanganku dengan Milka beberapa hari yang lalu.
"Tha, kenapa kamu ngga mencintai Reza ajah yang sudah jelas mencintaimu?" Milka bertanya padaku ketika kami sedang berada di kantin rumah sakit.
"Maunya sih gitu Mil, tapi hatiku yang ngga mau."
"Kamu sadar ngga sih Tha, kalo kamu udah gantung Reza?"
"Gantung gimana maksud kamu?" aku berbalik bertanya karena bingung dengan ucapannya.
"Kamu izinin Reza cinta sama kamu tanpa kepastian yang jelas, sedangkan hati kamu bukan ada sama dia, bukannya itu ngga adil buat dia?"
Aku hanya diam, karena yang Milka katakana benar, itu sangat tidak adil untuk Reza.
"Dia sakit Tha, aku bisa liat itu dari matanya."
"Kamu cape ngga sih Za, mencintai orang yang ngga cinta sama kamu?"
Kini Reza seperti terkejut mendengar pertanyaanku.
"Bohong kalau saya bilang ngga cape, ngga sakit, tapi yang penting kamu baik-baik ajah, itu sudah cukup buat saya."
Benar kata Milka, ternyata selama ini tersimpan luka dibalik matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu & Pilu (End)
Teen FictionIni kisah tentang sepasang hati yang terus berjuang meskipun derita selalu menghalang. Ini kisah tentang dua hati yang tak bisa bersatu dan berakhir dengan pilu. Cerita cinta yang kita kira akan berujung sempurna, kini hanya luka dan kecewa yang ter...