Bab 40

78 6 3
                                    

Play List : Davici - Forgetting You

***

"Tha," panggil Reza.

Aku hanya diam menunggu kalimat yang akan dia katakan selanjutnya.

"Semua akan baik-baik saja," ujarnya kemudian.

"Aku tau," ucapku sambil tersenyum dan menggenggam tangannya.

"Permisi, pasien akan segera dibawa ke ruang operasi," sebuah suara tiba-tiba mengejutkanku.

Ya, tepat pada hari ini aku akan melakukan operasi mata.

Takut? Tentu saja, bahkan sejak beberapa hari sebelumnya aku merasa sangat takut. Bagaimana jika gagal? Bagaimana jika tidak sesuai harapan? Ada banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikiranku akhir-akhir ini.

Kemudian aku merasakan seseorang mendorong brankar yang aku tiduri.

"Saya akan memulai membius pasien," lagi-lagi sebuah suara membuatku tersentak.

"Tuhan, aku mohon," ucapku dalam hati.

Dan sebelum kesadaranku hilang, aku merasakan sebuah tangan yang menggenggam jemariku.

***

Aku membuka perlahan kelopak mataku, namun rasa tidak nyaman membuatku menutupnya kembali.

"Buka perlahan-lahan," aku mengikuti instruksi tersebut dan membuka kembali mataku perlahan.

Aku bisa melihat. Aku bisa melihat lagi!

"Anda bisa melihat saya?" tanya seorang dokter padaku.

Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Aletha," panggilan seseorang, kemudian memelukku erat.

"Ibu," aku membalas pelukannya tak kalah erat.

Lalu aku melihat sekeliling, disana ada Bang Al bersama istri dan anaknya, ada juga Reza, Galih, Sabil, Andara, Alisya, Airin, bahkan Milka juga ada di sana.

Namun, senyumku tiba-tiba hilang ketika aku tidak melihat sosok laki-laki yang menjadi pemeran utama dalam kisah ini. Gae.

"Aletha!" teriakan sahabat-sabahatku menyadarkanku dari lamunan. Kemudian kami berpelukan satu sama lain.

"Tha, lo bisa liat gue kan?" tanya Sabil.

"Ini angka berapa," Airin bertanya sambil menunjukkan lima jarinya.

"Gimana perasaan lo, Tha?" giliran Andara yang bertanya.

"Lo masih inget gue kan, Tha? Lo ngga amnesia kan?" kali ini Alisya yang bertanya.

Aku hanya diam sambil tersenyum, jujur saja aku merasa pusing mendengar mereka bertanya secara bersamaan.

"Udah dong. Kasihan, Aletha kan baru sembuh," ujar Galih.

"Aku udah mendingan kok," jawabku, yang bahkan tidak memudarkan senyumanku.

Aku menoleh pada Reza yang berjalan mendekatiku.

"Bagaimana?"

"Seperti kata kamu, semua akan baik-baik saja," kataku sambil menatapnya kemudian tersenyum.

Sudut mataku melihat Bang Al yang hanya diam saja sejak tadi.

"Abang ngga mau peluk aku?"

Lalu dalam beberapa saat, aku merasakan sebuah pelukan.

"Dasar, gadis nakal!"

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Lo tau, lo selalu buat gue khawatir?" ucapnya sambil mengeratkan pelukannya, seakan aku akan pergi meninggalkannya.

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang