Bab 29 (#masalalu22)

113 5 4
                                    

"Tha, gue mau ngasih liat lo sesuatu," aku tersadar dari lamunan setelah mendengar Sabil berbicara padaku.

Aku menoleh menghadapnya tanpa mengatakan apapun, karena dalam diam pun dia pasti akan mengerti keadaan hati dan perasaanku.

"Lo harus liat ini," dia menyerahkan telefon genggam miliknya padaku. Dan ternyata dia ingin memperlihatkan sebuah video.

Saat aku putar, aku terkejut melihat Galih dalam video tersebut.

" Lo ngomong apa barusan?!" katanya dengan nada emosi. Aku mengerutkan dahi bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Lo bayar Aletha berapa? gue juga mau nyicipin dia, bagi-bagilah sama gue," aku langsung meradang setelah mendengar ucapan laki-laki dalam video tersebut. 

Aku marah, tentu saja. Apa dia pikir aku bisa disamakan dengan wanita murahan diluar sana!

"BANGSAT!" dengan gerakan cepat Galih memukul laki-laki itu.

"Jaga ucapan lo!  Aletha bukan cewek murahan kaya yang lo bilang!" mataku mulai memanas melihat Galih yang membelaku. 

'Kamu bodoh Aletha, benar-benar bodoh, kamu adalah penyebab laki-laki di dalam sana hampir mati karena keegoisanmu!' rutukku dalam hati.

Laki-laki tersebut terkekeh sambal mengusap darah di sudut bibirnya akibat pukulan Galih.

"Galih Galih, lo kenapa sih? Aletha itu cuma mantan lo, kenapa lo harus repot-repot belaiin dia?"

Iya Lih, kenapa kamu belaiin aku?

"Mau, Aletha, mantan gue atau bukan, ngga ada urusan sama lo!"

"Aduh, gue takut," ledeknya kemudia tertawa.

Aku terkejut ketika melihat Galih memukulnya sekali lagi.

"Lo liat ajah, gue bakal bales lo karena udah mukul muka ganteng gue!" ancamnya namun masih dengan sebuah tawaan, tapi aku tau ancamannya bukan main-main.

Setelah video tersebut berakhir aku menatap Sabil.

"Galih ngga keliatan terluka, tapi kenapa dia ngga sadar diri sekarang?" tanyaku padanya.

"Waktu itu dia emang ngga kenapa-napa, tapi sepulang sekolah Galih dihadang dan dipukuli oleh geng motor yang gue yakin 100% kalo itu temen-temennya Vik."

Aku diam. Ada banyak pikiran muncul dalam benakku.

"Percuma kalo lo nyesel sekarang, karena penyesalan lo ngga akan buat Galih sadar," lagi-lagi aku hanya diam menatap lantai putih yang aku pijak.

"Aku mau masuk, liat keadaan Galih," kataku sambal menoleh melihat Sabil.

"Emang itu yang seharusnya lo lakuin dari sejak lo dateng kesini."

***

Aku melangkah masuk kedalam ruangan dimana laki-laki yang sempat mengisi kisah hidupku terbaring.

Rasa sesak langsung aku rasakan ketika melihat laki-laki itu terbaring dengan banyak kabel ditubuhnya dan sebuah tabung oksigen yang membantunya bernafas.

"Hai," sapaku. 

Aku duduk disampingnya sambil menahan air mataku yang hampir terjatuh.

"Maaf, gara-gara aku kamu jadi kaya gini."

Sunyi. Hanya terdengar suara monitor yang menunjukan detak jantungnya.

Aku kembali teringat ucapan Andara sebelum aku masuk kedalam ruangan ini.

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang