Bab 4

306 16 1
                                    

Waktu berjalan dengan sangat cepat, dia tidak akan berhenti hanya untuk melihatmu terpuruk. Dia tidak akan perduli dengan apa yang kamu tangisi.

Sifat waktu itu egois, dia tidak akan mau untuk mengulang kembali ke masa yang kamu sesali.

Terkadang aku ingin seperti dirinya yang hanya peduli dengan masa yang akan datang tanpa perlu memikirkan masa yang telah berlalu. Tapi, fakta pahitnya aku adalah diriku sendiri.

"Sumpah, gila cape banget hari ini"

Seseorang datang dan duduk disampingku, siapa lagi kalau bukan Milka. Dia kelihatan sangat lelah, bagaimana tidak, dia harus mengurus pasien-pasien di rumah sakit ini.

"Tha, cari makan yuk, laper nih" ucapnya sambil memegang perutnya.

Kebetulan sekarang sudah saatnya jam istirahat.

"Ya udah ayo"

Baru saja aku berdiri dari tempat dudukku, seseorang memanggilku dari belakang.

"Hai"

Saat aku berbalik, aku terkejut dengan sosok laki-laki yang tak pernah aku duga akan datang.

Untuk sesaat aku tidak bisa mendengar apa pun, sampai Milka memanggilku.

"Tha, Aletha ayo buruan"

"Eh iya, anu Mil, maaf banget ya kayanya hari ini kita ngga bisa makan siang bareng, ngga papa kan?"

"Oh ya udah ngga papa, aku duluan yah"

"Iya Mil"

Setelah melihat Milka pergi, aku kembali berbalik dan menatap sosok laki-laki yang kini berada dihadapanku.

"Hai, kok..kok kamu bisa ada disini?" Kalian tau, untuk mengucapkan kata-kata itu saja rasanya gugup setengah mati.

Ya Tuhan apa yang terjadi dengan diriku ini, dia hanya seseorang dari masa laluku, sudah hanya itu. Namun kenapa aku harus setakut ini.

"Kebetulan gue ada proyek di Bandung dan gue denger lo jadi dokter di rumah sakit ini, jadi gue kesini pingin ketemu sama lo" jawabnya dengan santai.

"Oh ya udah, gimana kalo ngobrolnya di cafe depan ajah?"

"Boleh"

***

"So, dia masih jadi pemeran utamanya?"

Aku terkejut ketika tiba-tiba dia menanyakan hal yang tidak ingin aku dengar.

"Maaf mba mas ini pesanannya"

Untung saja pelayan itu datang disaat yang tepat. Sementara itu aku mencoba mengalihkan pembicaraan yang sudah menakutkan ini.

"Gimana sama proyeknya, lancar?"

"Berarti bener"

Begitulah dia, selalu kekeh dengan pertanyaannya. Tapi entah mengapa setiap perkataan yang keluar dari mulutnya selalu membuatku bungkam.

"Lo udah ketemu sama dia?"

"Bisa kan kita ngga usah bahas soal itu"

Tapi dia tidak akan pernah mendengarkanku.

"Gimana sama hati lo, udah sembuh?"

"Cukup Lih, dia itu cuma masa lalu aku, jadi jangan bicarain dia lagi"

"Terus bedanya sama gue apa Tha, gue juga masa lalu lo kan. Bahkan gue udah nyakitin lo lebih dari dia"

"Iya, tapi sekarang aku ngga mau denger lagi tentang dia, bahkan aku udah ngga peduli tentang dia"

Rindu & Pilu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang