Hari sudah gelap,
tetapi Rahma masih berada di dalam gedung kampus.
Pernyataan Abi yang menyuruhnya tidak bergerak benar-benar dilakukannya, sebab nada bicara yang di keluarkan Abi tadi membuat rahma enggan untuk melanggar.
Pasalnya jika Abi sudah sedikit membentak, itu artinya ia sudah berada di ambang kesabaran, dan Rahma tak mau membuat dosennya itu benar-benar marah.
Setelah pernyataan cintanya yang kedua kali tadi, rasanya sikap Abi jadi sedikit lebih sadis. Padahal sebelumnya tidak begitu, paling hanya pengusiran secara halus saja
Segitu menjijikan kah dirinya?
Suara nyamuk mulai banyak terdengar di telinga Rahma. Itu tandanya, matahari sudah benar- bebar menghilang, hingga membuat para kawanan nyamuk terbang berhamburan mencari kehangatan cahaya, serta makanan untuk hidup. Dan dari sini, melalui jendela, dapat terlihat jika langit sudah benar-benar gelap, bahkan bulan yang seharusnya menerangi kegelapan malam, seperti tertutup dalam gelapnya awan malam.
Rahma menepuk lengan kirinya, setelah merasa pergerakan-pergerakan kecil yang ditimbulkan oleh kaki-kaki nyamuk yang menempel pada kulitnya
Ia mendongakan kepalanya, mencari keberadaan Abi yang belum terlihat sejak kepergiannya, menuju kantor dekan tadi. kalau sampai tidak ketemu, bisa sampai besok Rahma berdiri di sini sendirian.
Rahma mulai gelisah, kakinya ia goyang-goyangkan guna meredakan perasaan gelisahnya
"Mana si?? pengen pipis lagi." keluhnya
Teringat akan sesuatu, Rahma akhirnya menghubungi temannya, yang kebetulan kuliah pada malam hari. Dalam hati ia sudah harap-harap cemas, jikalau temannya itu sudah berada di rumah.
Setelah deringan kedua, suara temannya terdengar " Hallo Ma.."
"Rev, lu liat pak Abi ga? Gw sendirian nih di kampus"
"Hah? Lo gila, ngapain lo di kampus? Ini udah malem bgt" tanyanya
"Duh... ceritanya entar aja deh. bantuin gw cari pak Abi dulu.." mohon Rahma, sekarang kakinya terasa seperti sehelai mie, keriting. Akibat menahan kencing.
"Ama.. jangan gila ini udah malem bgt. Gaada orang gila yang mau dateng ke kampus cuman buat nyari orang yang mungkin udah tidur di rumahnya."
Rahma mengerutkan keningnya, jangan-jangan dugaannya memang benar
"lo... di rumah emangnya?" Tanyanya ragu
"Yaiyalah dirumah, kelas gw udah kelar dari tadi. Ngapain juga gw masih di kampus, jangan aneh-aneh deh" balas Revika
Rahma meringis, ia takut juga bingung harus melakukan apa sekarang. Fikirannya melayang kemana-mana, Setega itukan Abi meninggalkan dirinya di kampus hingga larut malam seperti ini?
Tapi apa mungkin? Bukankah tadi yang menyuruhnya untuk tidak bergerak adalah Abi?
"Serius, Rev lu bisa jemput gw ga? Udah malem gw takut" tanyanya ragu
"Lo tau emak gw kan, mana boleh gw keluar di atas jam 10"
Rahma mendesah, Inilah kecemasan yang sedang ia takutkan sedari tadi menunggu Abi.
Tapi jika diingat-ingat kembali, tadi sore Abi tak mengatakan akan menemuinya kembali.
Jadi, apakah ini hanya harapan Rahma semata?
sambungan telephon akhirnya diputus setelah ucapan salam terlontar.
Sekarang, di tengah gelapnya malam seperti ini. Rahma harus bagaimana?
***
Di lain sisi Rahma-yang sedang gusar. Recika berfikir keras, apa yang sedang di lakukan temannya selarut ini di kampus?
Dan mengapa ia tadi menanyakan keberadaan Abi. Ia mendengus, pasti temannya berbuat yang tidak masuk di akal lagi.
Mengapa Rahma begitu menyukai Abi?
Memang sih faktanya Abi itu tampan dan mapan, tapi Rahma kan belum tau seperti apa watak Abi yang sebenarnya.
tidakkah Rahma pernah berfikir jika saja Abi sudah memiliki istri? Ya siapa yang menyangkal. Umurnya sudah pantas untuk menikah.
umurnya yang mungkin sudah sekitar tiga puluh tahunan. Dan Revi rasa sangat tidak pantas laki-laki di umur segitu menjalin hubungan dengan perempuan seumuran dirinya.
Waktu silih berganti. Suara dentuman jarum jam terus terdengar membuat Revi menjadi gusar, ia tak mau terjadi apa-apa dengan temannya itu.
Hingga tepat di jam sebelas teng. dengan tekad yang bulat, Revi memberanikan dirinya untuk mengubungi dosennya itu
Tuuutt.. dering pertama terdengar
Tuuutt..
Tuuutt.. sampai di dering ketigapun dosennya belum mengangkat panggilan telponnya.
"Ga di angat lagi, pasti udah tidur deh.." gumamnya
Revi kembali mendial nomer dosennya itu hingga kemudian,
"hallo.." suara serak Abi terdengar
Ohh Tuhan!!, akhirnya di angkat. benak Revi menjerit
"Ha-halo Pak Abi. Selamat malam, maaf Pak mengganggu. ini Revi"
Di sebrang sana, dengan kesadarannya yang belum sempurna. Abi mengerutkan keningnya. Kemudian Abi menjauhkan ponsel dari telinganya guna melihat nama si penelfon dengan jelas
Benar ini nomer Revi. ada masalah apa muridnya menelfon di larut malam seperti ini
" ya Revi, ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya
"Mm.. begini Pak.. aduh gimana ngomongnya ya?" Gumam Revi yang jelas terdengar oleh Abi
"Ada masalah Revi?" Tanya Abi lagi
"Iya ada, hmm.. maaf Pak sebelumnya. Tapi apa Bapak hari ini ketemu sama Rahma? Soalnya mm... duh gimanayaa" tanya Revi tidak jelas
Rahma? Fikir Abi.
Ada apa dengannya?
Oh Astaga!!
Abi lupa! Seketika kesadaran abi muncul dengan sempurna
"Rahma menghubungi kamu tadi?" Tanya Abi mulai panik
"Iya, Rahma masih di kampus pak sekarang. Saya ma-" ucapannya terpotong karna Abi memutuskan sambungannya sepihak
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"