Pilar-pilar khas eropa mengelilingi ruang tamu yang baru saja Rahma injak marmer pada lantainya sekarang.
Ia begitu takjub melihat rumah Fajar,
benarkah ini masih berada di indonesia?
"Hey, bengong aja. Jadi abis gw ngehafalin satu buku penuh ini gw harus apa?" Tanya Fajar, sembari membuka lembar demi lembar bukunya
Rahma terlonjak, "udah itu aja, lo bakalan ngerasaain kekuatannya pas kuis nanti"
Memang benar, itukan yang di lakukan Rahma kemarin. Ia tak mau berpura-pura pintar. Yang hanya dengan waktu empat hari nilainya seketika meningkat, sangat tak masuk akal
Sejujurnya cara itu tidak baik bagi kesehatan, karna sistem kerjanya begitu cepat dan sulit. Sudah di buktikan Rahma kemarin.
Fajar terkekeh "jadi rahasianya jadi pinter karna ngehafalin satu buku. Engga cape?" Tanya Fajar
Rahma menggeleng, engga cape kok, habis hadiahnya kencan dengan Abi. Jadi apapun pasti dilakukan Rahma
"Gw jadi penasaran, apasih yang ngebuat lo suka sama pak abi?" Tanya Fajar, merubah posisinya menjadi lebih serius
Rahma sendiri tak yakin untun mebceritakan perihal ini kepada Fajar. Masalahnya, yaa, Fajar masih tetap orang asing. Belum lagi kemarin Fajar sempat berbohong kepadanya.
Namun, tak bisa di pungkiri, wajah Rahma mulai memerah karna memikirkan awal mula ia menyukai Abi.
Sebelumnya tidak ada orang yang bertanya seperti itu bahkan Revi sekalipun. Jadi, bagi Rahma mungkin ini sedikit tabu untuk di bicarakan.
Fajar mengangkar kepalanya, tanda ia meminta Rahma untuk bercerita.
Rahma berdehem haruskah ia menceritakannya?
Rama menggeleng.
"Ayolah, gw harus tau alesan lo suka sama pak abi"
"Apa urusanya sama lo!"
"Yah, kalo lo gak mau gw bantu sih gak masalah. Yang penting gw udah tau trik dapet nilai bagus di kuis besok"
Rahma mendengus, Fajar benar. Bisa-bisa ia rugi nantinya.
Rahma kembali mengingat kembali awal mula ia mengenal Abi. Ia berdeham guna membersihkan tenggorokannya.
"Jadi..."
Fajar menutup bukunya, dan menatap Rahma serius. Entah, kenapa tapi Rahma merasa tatapan Fajar terasa tak wajar hanya untuk mendengar ceritanya.
"Gw juga gak tau pasti, tepatnya kapan gw mulai suka sama Pak abi. Tapi seinget gw hari-hari sebelum gw sadar kalo ternyata gw jatuh cinta itu gw... "
Jedanya.
"Awalnya gw suka merhatiin dia jalan"
"Jalan?"
"Dulu, Setiap jam setengah dua, tepat setelah kelas gw bubar. Gw pasti liat dia jalan di tengah lapangan, yang entah mau kemana"
Rahma melanjutkan seraya mengerutkan keningnya " cara dia jalan itu... sedikit aneh menurut gw. tanpa sadar gw jadi suka merhatiin"
"Letter o mungkin..." Gumam Rahma pelan
Tanpa sadar Fajar menganggukan kepalanya setuju kepada Rahma. Dalam hati ia tak menyagka Rahma akan segitunya memerhatikan Abi. Sebelumnya Fajar sempat menuduh Rahma, seperti perempuan lainya yang sangat mengidolakan dosenya itu karna mempunyai paras yang tampan.
Tapi ternyata, dugaan Fajar meleset.
"Dari situ tanpa sadar, gw selalu ngerasa aneh kalo belum liat Pak abi barang sehari aja"
"Terus..."
Rahma tersenyum "sampe akhirnya gw sadar, kalo ternyata gw udah jatuh cinta sama Pak abi"
Fajar mengernyit bingung "gitu doang? gak ada alesan lain?" Tanya Fajar seperti belum puas akan penjelasan Rahma
"Kenapa emangnya?"
"Ya, alesan jatuh cinta lo, kurang kongkrit bagi gw" jelas Fajar
Kali ini giliran Rahma yang mengerutkan alisnya tak setuju " perlu banget ya... Alesan untuk jatuh cinta?"
"Iya perlu. karna kalo alesanya engga jelas, lo enggak punya pegangan untuk hubungan lo kedepannya"
Jeda Fajar
"Misalkan alesan lo pacaran sama Pak abi, karna dia itu orangnya pinter" lanjut Fajar
Rahma terdiam sesaat
"Jadi harus punya alesan untuk jatuh cinta?" Tanya Rahma
"Iya..."
Rahma tersenyum canggung
"Gimana kalo pernyataan lo gw balik. Kalu 'jatuh cinta untuk alasan berhubungan?' "
"Maksudnya?"
"Tadi, lo bilang... misalkan gw suka pak abi karna pintar, gimana kalo nanti dia tua dan jadi pikun? Kan jadi engga pinter lagi..."
Fajar menaikan sebelah alisnya "jadi?"
Rahma menyelipkan rambut kebelakang telinganya sebelum tersenyum
"Jadi, menurut gw jatuh cinta engga perlu alasan. Karna cinta yang pake alesan itu sewaktu-waktu bisa punah..." Canda Rahma yang justru membungkam mulut Fajar
Kerutan di dahi Fajar berangsur-angsur menghilang, di gantikan senyum manis yang membuat Rahma merasa canggung
"Apa?"
"Oke, gw bakal bantu lo."
"Okey?"
"operasi membuat pak abi jatuh cinta. Dimulai!!!" Ucap fajar keras
***
Kenapa rasanya Fajar ini kaya udah kenal Abi yaaa?
Wkwkwk
Stay tune, next chapt bakalan lebih asik
Jangan lupa vote dan kasih tau teman-teman kalian yaa
Love ya'll 😘😘
Btw, mohon maap updatenya malem-malen terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"