38. Fakta yang sebenarnya

63K 3.5K 52
                                    

Jeng jeng....✨✨✨

Sesuai janji, kalo ada yg bisa nebak aku double update.😘 Sebenernya mau update agak nanti gitu, biar yang komen banyak hehehe

Tapi aku gak sabaran 😄

Ini cuman itungan jam tapi kalian bisa nebak. Gak nyangka bgt ada yg bisa nebak.

Serius deh ✌️ 😁😁

Tapi di author note ini aku tetep gak mau kasih tau dulu siapa si Revi, Atau siapa yang tebakannya bener wkwk

Kalian baca aja di bawah oke👌

Tapi Sebelum di baca, boleh di vote dulu yaa 👇

Makasihh

***

Masih dengan suasana canggung.

Rahma benar-benar terlihat seperti tersangka saat ini, salahnya apa, pun ia tak tahu.

Seperti biasa, saat Abi menyeretnya menuju ke suatu tempat. ia tak akan bersuara sampai ada yang memancingnya.

Rahma, Abi, Revi, serta Fajar. Sekarang berada di dalam ruang kerja Abi, duduk di sofa nyamannya. sudah kurang lebih setengah jam tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara.

Hanya tatapan mengintimidasi antara kakak beradik itu, serta tatapan rindu dan entahlah bersalah mungkin? Dari Rahma juga Revi

Fajar mendengus ia tak tahan dengan situasi seperti ini, ia beranjak dari sofa tamu Abi

"buang-buang waktu! Ayo ma, kita pergi!" Ajak Fajar, menarik tangan Rahma

Rahma yang tak siap akan tarikan Fajar, sempat oleng seketika, sampai Abi ikut beranjak dan memegang tangan satunya, ia baru bisa berdiri dengan sempurna

"Rahma tetap di sini!" Ujar Abi

Fajar mendelik tak suka "lepas tangan lo, brengsek!" Sentaknya

"Kamu yang lepas!" Balas Abi tak lepas

Rahma terkaget mendengarnya, sekarang ini ia tengah di hadapkan dengan situasi seperti apa?

Situasi diperebutkan layaknya di novel-novel picisan yang sering di bacanya?

Tidak mungkin!

"Cukup-cukup!! ini apa-apaan sih!?" Jerit Revi menengahi

Abi mengusap wajahnya kasar dengan tangan satunya, yang tidak memegang pergelangan tangan Rahma.

"Duduk Rahma! Kali ini jangan di bantah!" tegas Abi

Rahma terdiam, kemudian melepas kedua genggaman kedua kakak beradik itu, setelahnya kembali mendaratkan bokongnya pada sofa.

Fajar memutar kedua bola matanya malas, kemudian mengikuti Rahma untuk duduk kembali di sofa

"Saya sudah bilang jangan dekat-dekat Fajar lagi!" ujar Abi entah untuk siapa

"Rahma..." panggilnya membuat Rahma tersadar, bahwa pernyataan itu adalah untuknya

"Maaf sa-" ucap Rahma tak selesai

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang